Anda di halaman 1dari 22

[Jurnal Hukum

[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

KEWENANGAN PTUN DALAM MENYELESAIKAN


SENGKETAPERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH
PEMERINTAH (ONRECHMATIGE OVERHEIDSDAAD)
Bambang Arwanto1
Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum
Universitas Narotama Surabaya
Email : bambang.arwanto@narotama.ac.id

ABSTRAK

Jurnal ini berjudul Kewenangan PTUN Dalam Menyelesaikan Sengketa Perbuatan


Melanggar Hukum Oleh Pemerintah (Onrechmatige Overheidsdaad)” berfokus pada ” Objektum
Litis dan Tolok ukur pengujian Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Pemerintah (Onrechmatige
Overheidsdaad)oleh PTUN.Berdasarkan hasil penelitian ketentuan Pasal 85 objek kewenangan
PTUN adalah KTUN maupun tindakan faktual (feitelijke handelingen) yang dapat menyebabkan
Onrechmatige Overheidsdaad. Pengertian “dilimpahkan” itu hanya terbatas pada pemeriksaan,
pemutusan dan penyelesaian gugatan/tuntutan yang bener-benar menjadi wewenang PTUN,
sedangkan mengenai gugatan/tuntutan yang bersifat murni hukum perdata diajukan ke Peradilan
Umum. Pengujian Onrechmatige Overheidsdaad oleh PTUN berdasarkan pada aspek
“rechmatigheids van bestuur”, diukur berdasarkan keabsahan wewenang, prosedur dan substansi
yang berdasar pada peraturan perundang undangan yang berlaku dan AUPB.

Kata Kunci: Kewenangan, PTUN, Onrechmatige Overheidsdaad.

1 Dosen Fakultas Hukum Narotama

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 1


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

A. PENDAHULUAN Setelah dibentuknya UUAP,


1. Latarbelakang
sengketa Onrechmatige Overheidsdaad
Sebelum dibentuknya UU AP, dialihkan dari Peradilan Umum kepada
sistem tanggung gugat terhadap PTUN. Sebagaimana dinyatakan dalam
pemerintah terkait dengan tanggung ketentuan Pasal 85 UUAP
jawab hukum (control segi hukum) bahwaPengajuan gugatan sengketa
terhadap tindak pemerintahan (bestuur Administrasi Pemerintahan yang sudah
handelingen) dikategorikan dalam dua didaftarkan pada pengadilan umum tetapi
jenis tanggung gugat, yaitu tanggung belum diperiksa, dengan berlakunya
gugat terhadap KTUN yang merugikan Undang-Undang ini dialihkan dan
warga masyarakat dan tanggung gugat diselesaikan oleh Pengadilan,2 dan
terhadap tindakan pemerintah yang Pengajuan gugatan sengketa Administrasi
dikategorikan sebagai perbuatan Pemerintahan yang sudah didaftarkan
melanggar hukum oleh pemerintah pada pengadilan umum dan sudah
(Onrechmatige Overheidsdaad). diperiksa, dengan berlakunya Undang-
Perbedaan terhadap dua jenis system Undang ini tetap diselesaikan dan diputus
tanggung gugat pemerintah ini oleh pengadilan di lingkungan peradilan
berimplikasi kepada lingkup kompetensi umum dimana Putusan pengadilan
pengadilan dalam menguji dan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh
menetapkan gugatan terhadap pengadilan umum yang
pemerintah. Dimana gugatan terhadap memutus.Ketentuan peralihan tentang
terhadap KTUN yang dikeluarkannya kewenangan PTUN menyelesaikan
pemerintah menyebabkan kerugian pada sengketa Onrechmatige Overheidsdaad
warga masyarakat diajukan melalui dalam UUAP, sebelumnya telah diatur
PTUN sedangkan untuk perbuatan dalam ketentuan Pasal 142 UU PTUN
pemerintah yang merugikan warga sebagaimana diatur pula dalam Surat
masyarakat atas dasar Onrechmatige Edaran Mahkamah Agung Nomor 1
Overheidsdaad disalurkan melalui Tahun 1991 Tentang Petunjuk
Peradilan Umum (Pengadilan Negeri).
2dalam UUAP yang dimaksud Pengadilan
adalah PTUN.

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 2


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Undang pokus kajian tentang perubahanobjektum


Undang Nomor 5 Tahun 1986, yang litis kewenangan PTUN dalam
menyatakan bahwa Sengketa Tata Usaha menyelesaikan sengketa perbuatan
Negara yang pada saat terbentuknya melanggar hukum oleh pemerintah
Pengadilan menurut Undang-undang ini (onrechmatige overheidsdaad) dan tolok
belum diputus oleh Pengadilan di ukur pengujian sengketa perbuatan
lingkungan Peradilan Umum tetap melanggar hukum oleh pemerintah
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan di (onrechmatige overheidsdaad) oleh
lingkungan Peradilan Umum dan PTUN.
Sengketa Tata Usaha Negara yang pada
saat terbentuknya Pengadilan menurut 2. Rumusan Masalah
Undang-undang ini sudah diajukan a. PerubahanObjektum Litis
kepada Pengadilan di lingkungan kewenangan PTUN dalam
Peradilan Umum tetapi belum diperiksa, menyelesaikan sengketa perbuatan
dilimpahkan kepada Pengadilan di melanggar hukum oleh pemerintah
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. (Onrechmatige Overheidsdaad).
Atas dasar ketentuan peralihan b. Tolok ukur pengujian sengketa
sebagaimana disebutkan dalam Ketentuan perbuatan melanggar hukum oleh
Pasal 85 UUAP diatas yang sebelumnya pemerintah (Onrechmatige
selaras dengan Pasal 142 UU PTUN Overheidsdaad) oleh PTUN.
sebagaimana diatur pula dalam Surat 1. Tujuan Penelitian
Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Penelitian ini bertujuan untuk
Tahun 1991 Tentang Petunjuk menganalisis perubahan Objektum
Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Undang Litiskewenangan PTUN dalam
Undang Nomor 5 Tahun 1986, menjadi menyelesaikan sengketa perbuatan
dasar penulisan Jurnal ini dengan Judul melanggar hukum oleh pemerintah
Kewenangan PTUN Dalam (Onrechmatige Overheidsdaad) dan
Menyelesaikan Sengketa Perbuatan Tolok ukur pengujian sengketa perbuatan
Melanggar Hukum Oleh Pemerintah melanggar hukum oleh pemerintah
(Onrechmatige Overheidsdaad) dengan

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 3


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

(Onrechmatige Overheidsdaad) oleh pendekatan historis(historical


PTUN. approach).3Metode analisis bahan hukum
didasarkan pada bahan hukum primer
2. Manfaat Penelitian berupa perundangan-
undangandikumpulkan dengan metode
Dari segi teoritik penelitian ini
inventarisasi dan kategorisasi. Bahan
diharapkan dapat bermanfaat bagi
hukum sekunder dikumpulkan dengan
pengembangan ilmu hukum, khususnya
sistim kartu catatan (card sistem), baik
hukum Administrasi. Dari segi praktis,
dengan kartu ikhtisiar (memuat ringkasan
diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar
tulisan sesuai aslinya, secara garis besar
pedomanbagi Pemerintah, Warga
dan pokok gagasan yang memuat
Masyarakat dan PTUN terhadap
pendapat asli penulis); Kartu kutipan
kompetensi PTUN dalam menyelesaikan
(digunakan untuk memuat catatan pokok
sengketa Onrechmatige Overheidsdaad.
permasalahan); serta kartu ulasan (berisi
analisis dan catatan khusus penulis).
3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan B. PEMBAHASAN


penelitian hukum normatif, dengan 1. PerubahanObjektum Litis
Kewenangan PTUN dalam
menggunakan metode penelitian hukum
Menyelesaikan Sengketa Perbuatan
yang bertujuan untuk mencari pemecahan Melanggar Hukum Oleh
Pemerintah (Onrechmatige
atas isu hukum yang timbul didalamnya.
Overheidsdaad).
Sehingga hasil yang akan dicapai adalah
a. Tinjauan Historis Kewenangan
memberikan preskripsi mengenai apa
Peradilan Umum dalam
yang seyogyanya atas isu hukum yang Menyelesaikan Sengketa
Onrechmatige Overheidsdaad.
diajukan. Pendekatan yang digunakan
Dalam bukunya yang
adalah pendekatan perundang-undangan
berjudul “Perlindungan Hukum Bagi
(statute approach), pendekatan
Rakyat Di Indonesia” Philipus M.
konseptual (conceptual approach), dan
3Peter Mahmud Marzuki, Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2005,h. 113

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 4


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

Hadjon mengkritisi beberapa alasan MA Nomor 421


K/Sip/1969 tanggal 22
yang dijadikan dasar hukum oleh
November 1969, dalam
Peradilan Umum untuk menyatakan kasus Oentoeng Sediatmo
melawan Kejaksaan
dirinya kompeten menangani gugatan
Agung, dalam
terhadap pemerintah atas dasar pertimbangan putusan
tersebut menyatakan
onrecmatige overheidsdaad dari
“sebelum ada UU tentang
putusan-putusan yang pernah ada Peradilan Tata Usaha
Negara, maka Pengadilan
yakni dengan menunjuk pada Pasal 2
Negeri berwenang untuk
Wet op de Rechtelijke Organisatie memeriksa dan memutus
gugatan terhadap
(RO) sebagai dasar hukum, belum
Pemerintah RI”.
adanya peradilan administrasi dan Pertimbangan Putusan MA
tersebut menegaskan
menyatakan sebagai dasar hukum
bahwa onrechmatige
adalah yurisprudensi,4 menurutnya: oveirheidsdaad
sesungguhnya termasuk
a. Tidak tepat bagi
dalam sengketa
pengadilan di Indonesia
administrasi dan
dalam hal menyatakan
merupakan kompetensi
kewenangannya mengadili
peradilan administrasi;
kasus gugatan terhadap
c. Yurisprudensi sebagai
pemerintah mendasarkan
dasar hukum bagi
diri pada ketentuanPasal 2
pengadilan negeri dalam
RO…, dikarenakan
menangani sengketa
struktur tidak ada
perbuatan melanggar
hubungan apapun dengan
hukum oleh pemerintah
(organisasi maupun
terutama pada putusan MA
fungsional) dengan Hoge
No. 981 K/Sip/1972
Raad, misalnya putusan
tanggal 31 Oktober 1974
pengadilan yang menunjuk
dalam kasus Jong Kong
Pasal 2 RO sebagai dasar
Seng melawan Pemerintah
kewenangan misalnya
Daerah Kabupaten
Putusan Pengadilan Negeri
Panarukan cs. yang
Jakarta No. 1278/1953
berbunyi “Berdasarkan
dalam perkara `Septheno`.
yurisprudensi perbuatan
b. Mengenai, belum adanya
melanggar hukum yang
Peradilan Administrasi,
dilakukan oleh pejabat
misalkan pada Putusan
negara tunduk pada
4Philipus M. Hadjon, Perlindungan yurisdiksi Pengadilan
Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Peradaban, Umum”. Putusan MA
Surabaya, 2007,h.106-109

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 5


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

tersebut dengan merujuk dimana PTUN hanya memiliki


kepada yurisprudensi
kompetensi absolute memeriksa
Mahkamah Agung
Republik Indonesia, sengketa administrasi yang
Nomor 838 K/Sip/1970
ditimbulkan oleh KTUN sedangkan
tanggal 20 Januari 1971,
dalam kasus W. untuk sengketa antara pemerintah
Josopandojo melawan
dengan rakyat dari jenis tindakan
Pemerintah DKI Jakarta
Raya dan Ali Husien pemerintah lainnya diluar KTUN
Tajibalay. Hal menarik
disalurkan melalui gugatan
dalam putusan Mahkamah
Agung Republik Onrechmatige Overheidsdaad
Indonesia, Nomor 838
sebagaimana dijelaskan dalam
K/Sip/1970 tanggal 20
Januari 1971, yang Penjelasan Umum UU Nomor 5 Tahun
menjadi yurisprudensi MA
1986 menyatakan bahwa sengketa
adalah penentuan kriteria
onrechmatige sengketa administrasi atau gugatan
overheidsdaad di
terhadap pemerintah yang tidak
Indonesia dinilai
dengan/berdasarkanundan termasuk kompetensi PTUN, termasuk
g-undang dan peraturan
kompetensi Peradilan Umum.
formal yang berlaku, dan
selain itu dengan kepatutan Fockema Andrea5dan
dalam masyarakat yang
Logemenn6sendiri menyatakan ketika
seharusnya dipatuhi oleh
Pemerintah. pemerintah melanggar peraturan
undang-undang, pemerintah dianggap
Kewenangan Peradilan
telah melakukan tindakan yang tidak
Umum dalam menangani sengketa
sah, sekalipun ketentuan yang
onrechtmatige overheidsdaaddengan
dilangggar bersifat hukum publik, dan
berdasar pada beberapa Putusan
tidak dapat dianggap sebagai
Mahkamah Agung diatas diperkuat
pelanggaran hukum subyektif
lagi setelah dibentuknya UU Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata 5Djenal Hoesen Koesoemahatmadja,
Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara, Bandung,
Usaha Negara, sebagaimana telah Citra Aditya Bakti, 1990, h. 45
6 Kuntjoro Purbobronoto, Beberapa
diubah dengan UU Nomor 9 Tahun
Catatan Hukum Tata Pemerintahan Dan Peradilan
2004 jo. UU Nomor 51 Tahun 2009, Administrasi Negara, Cet ke-2, Alumni Bandung,
1978, h. 132

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 6


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

(administrasi negara tidak mungkin kecelakaan lalu lintas. Apabila aturan


dapat berlaku norma yang sama yang tersebut tidak diindahkan dan sebagai
berlaku untuk seorang swasta). Artinya penyebab terjadinya kecelakaan dan
kedua pakar tersebutkeberatan apabila menyebabkan kerugian pada warga
diberlakukan norma yang sama atau masyarakat maka berdasarkan
saluran penegakan hukum yang sama ketentuan Pasal 273 ayat (1),(2),(3)
terhadap pelanggaran hukum yang dan (4) maka pemerintah sebagai
dilakukan oleh badan/pejabat penyelenggara negara akan dijatuhi
pemerintahan dengan yang berlaku sanksi pidana penjara minimal 6 bulan
untuk seorang swasta mengingat dengan maksimal 6 tahun penjara atau
kedudukan khusus badan/pejabat dikenakan denda paling banyak
pemerintahan dalam melaksanakan Rp.120.000.000,00 (seratus dua puluh
fungsinya menjaga dan memajukan juta rupiah).
kesejahteraan umum. Contoh kongkret Apabila ditinjau berdasarkan
suatu perbuatan melanggar hukum konsep hukum administrasi dalam
oleh pemerintah (onrechtsmatige substansi Pasal 24 dan 273 Undang
overheidsdaad) dapat dijumpai dalam Undang Nomor 22 Tahun 2009 di atas
ketentuan Pasal 24 dan Pasal 273 terutama mengatur tentang kewajiban
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 hukum terhadap pelaksanaan urusan
tentang Lalu-lintas dan Angkutan pemerintah di bidang lalu lintas
Jalan. Mendasarkan pemerintah badan/pejabat pemerintah yang
sebagai pihak penyelenggara jalan berwenang dituntut untuk senantiasa
wajib segera dan patut untuk menyediakan dan memperbaiki akses
memperbaiki jalan yang rusak yang lalu lintas dengan baik dan aturan
dapat mengakibatkan kecelakaan lalu tersebut secara tegas mengatur upaya
lintas dan/atau dalam hal belum dapat hukum yang diberikan kepada
dilakukan perbaikan jalan yang rusak seseorang yang merasa dirugikan
penyelenggara jalan wajib memberi (kecelakaan) karena kesengajaan atau
tanda atau rambu pada jalan yang kelalaian badan/pejabat pemerintah
rusak untuk mencegah terjadinya dalam arti melakukan atau tidak

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 7


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

dilakukannya suatu perbaikan dan/atau terealisasinya tujuan pembangunan


penerangan jalan raya penyediaan nasional.
pasilitas jalan raya yang buruk oleh Menurut Paulus Effendi
pemerintah akibatnya pemerintah Lotulung, penanganan perkara
wajib mempertanggungjawabkan Onrechtmatige Overheidsdaad
terhadap pasilitas negara yang sejatinya merupakan kompetensi
menyebabkan kerugian kepada rakyat. PTUNbukan kompetensi Pengadilan
Philipus M. Hadjon Umum dikarenakan sejatinya semua
menyatakan ada beberapa hal yang sengketa administrasi pemerintahan
tidak menunjang efektifitas yang disebabkan oleh berbagai jenis
penanganan perkara-perkara tindakan pemerintahan
onrecmatige oveiheidsdaad oleh (bestuurshandelingen) baik itu KTUN
Peradilan Umum yaitu meliputi aspek maupun tindakan faktual (feitelijke
dasar hukum, perkembangan criteria handelingen) termasuk Onrechmatige
perbuatan melanggar hukum oleh Overheidsdaad menjadi kompetensi
pemerintah, spesialisasi hakim, PTUN, hal ini didasarkan sebelumnya
kuantitas perkara, keseimbangan dalam dokumen yang bersifat naskah
antara hak dan kewajiban, keserasian akademik penyusunan RUU tentang
hubungan antara pemerintah peradilan administrasi tahun 1980
berdasarkan asas kerukunan dan yang disusun oleh tim ahli dari BPHN
Prinsip penyelesaian sengketa secara (Badan Pembinaan Hukum Nasional)
musyawarah dan peradilan merupakan Departemen Kehakiman telah
sarana terakhir.7Serta pada prinsipnya diusulkan dan direkomendasikan
bahwa semua tindakan pemerintahan bahwa yuridiksi atau kompetensi
yang dilakukan oleh pemerintah PTUN itu sangat luas, yaitu meliputi
sejatinya berdasar pada kewenangan tentang sengketa KTUN maupun
khusus (hukum administrasi) ditujukan mencakup semua perbuatan faktual
untuk kepentingan umum dalam pemerintah yang berdasarkan dan
penyelenggaraan pemerintahan demi melanggar hukum publik yang
7Ibid., h. 131-140

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 8


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

menimbulkan kerugian bagi rakyat mengadili sengketa TUN yang lahir


dan pencari keadilan.8 dari KTUN, bahkan revisi kedua
Upaya untuk meletakkan dengan UU Nomor 51 Tahun 2009
obyek sengketa yang timbul dalam tetap tidak mengalami
administrasi pemerintahan atas dasar perubahan.Pemberian kewenangan
onrechmatige overheidsdaad tidak yang terbatas kepada PTUN itu
dibarengi dengan dukungan politik sejatinya justru mengingkari dasar
hukum yang dominan pada tahun 1986 filosofi dibentuknya PTUN itu sendiri,
sangat dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mengambil alih fungsi Peradilan
sepihak dari pemerintah bahwa Umum dalam mengadili
sebagai lembaga peradilan baru, onrechtmatige overheidsdaad.
PTUN tidak perlu diberi kewenangan Seharusnya PTUN diberikan
yang luas terlebih dahulu untuk kewenangan sesuai dengan filosofi
menghindari terjadinya kegoncangan- pembentukannya, apalagi dengan
kegoncangan. Oleh karena itu PTUN perkembangan ketatanegaraan saat ini,
hanya diberikan kewenangan untuk khususnya dalam dunia peradilan
mengadili KTUN yang bersifat Indonesia, alasan pemerintah terhadap
kongkret individual dan final, ketidaksiapan PTUN menerima
sehingga belum mampu kewenangan yang luas tentu saja tidak
mengakomodir atau memungkinkan dapat dipertahankan. Usia PTUN yang
dibentuknya PTUN yang mempunyai kini sudah mencapai 32 tahun (1986-
yuridiksi yang luas terutama ketika 2018) tentu sudah sangat matang
ditetapkannya UU No 5 Tahun 1986 apabila diberikan kewenangan
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. mengadili semua sengketa
Pada saat UU Nomor 5 Tahun administrasi. PTUN telah mengalami
1986 telah direvisi dengan UU Nomor perkembangan baik dari jumlah
9 tahun 2004 kompetensi PTUN tetap pengadilannya maupun kualitas
sumber dayanya yang meliputi
8Paulus Effendi Lotulung, Lintasan
Sejarah Dan Gerak Dinamika Peradilan Tata Usaha hakimnya, pegawainya atau sarana dan
Negara (PERATUN), Salemba Humanika, Jakarta,
2013, h. 81-82 prasarana lainnya sehingga dijadikan

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 9


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

dasar pertimbangan perluasan administrasi negara),


termasuk kepegawaian
kompetensi PTUN.
berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.”
b. Objektum Litis
Selanjutnya Pasal 1 angka 3
KompetensiPTUNDalam
Menyelesaikan Sengketa UU Nomor 5 Tahun 1986, KTUN
Onrechmatige
adalah suatu penetapan tertulis yang
OverheidsdaadSetelah
Berlakunya UUAP. dikeluarkan oleh badan atau pejabat
TUN yang berisisi tindakan hukum
Sebelum ditetapkannya UU TUN yang berdasar pada peraturan
AP, kompetensi PTUN diatur dalam perundang undangan yang berlaku
ketentuan Pasal 47 UU Nomor 5 bersifat kongkret, individual dan pinal
Tahun 1986 yang menyatakan bahwa yang menimbulkan akibat hukum bagi
pengadilan bertugas dan berwenang seseorang atau badan hukum perdata.
memeriksa, memutus, dan Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa
menyelesaikan sengketa tata usaha apabila badan atau pejabat TUN tidak
negara. Sengketa yang dimaksud mengeluarkan keputusan sedangkan
dalam Pasal 47 diatas sebelumnya hal itu menjadi kewajibannya maka
ditegaskan dalam Pasal 1 angka 4 UU hal itu disamakan dengan KTUN
Nomor 5 Tahun 1986 Jo UU Nomor 9 (KTUN fiktif). Juga keputusan negatif
Tahun 2004, yang menyatakan bahwa: yaitu jika suatu badan atau pejabat
“Sengketa tata usaha negara TUN tidak mengeluarkan keputusan
(sengketa administrasi
negara) adalah sengketa yang yang dimohon sedangkan jangka
timbul dalam bidang tata waktu yang ditentukan telah lewat,
usaha negara (administrasi
negara) antara orang atau maka badan atau pejabat TUN
badan hukum perdata dengan dianggap telah menolak mengeluarkan
badan atau pejabat tata usaha
negara administrasi negara) keputusan yang dimaksud. Meskipun
baik di pusat maupun di demikian tidak sembarang KTUN
daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan dapat menjadi kompetensi PTUN
tata usaha negara (keputusan sebagaima pengecualian KTUN

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 10


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

dikmaksudkan dalam ketentuan Pasal Dalam ketentuan Pasal 49 UU


2 dan Pasal 49 UU Peratun. Peratun, PTUN tidak berwenang untuk
Pasal 2 UU Peratun memeriksa, dan memutus sengketa
menyatakan hal yang dikecualikan TUN tertentu apabila KTUN tersebut
atau yang tidak menjadi kewenangan dikeluarkan:
untuk diadili oleh hakim PTUN a. Dalam waktu perang,
keadaan bahaya, keadaan
walaupun itu merupakan KTUN:
bencana alam atau keadaan
a. Keputusan TUN yang luar biasa yang
merupakan perbuatan membahayakan
hukum perdata; berdasarkan peraturan
b. Keputusan TUN yang perundang undangan yang
merupakan pengaturan berlaku;
yang bersifat umum; b. Dalam keadaan mendesak
c. Keputusun TUN yang untuk kepentingan
masih memerlukan berdasarkan peraturan
persetujuan; perundang undangan yang
d. Keputusan TUN yang berlaku.
dikeluarkan berdasarkan
ketentuan KUHP dan
Sebagaimana disebutkan pada
KUHAP atau peraturan
perundang undangan lain pembahasan sebelumnya bahwa
yang bersifat hukum
ketentuanPasal 85 UUAP mengadakan
pidana.
e. Keputusan TUN yang peralihan kewenangan penyelesaian
dikeluarkan atas dasar
sengketaOnrechmatige Overheidsdaad
hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan dari Peradilan Umum kepada PTUN.
ketentuan peraturan
Yang mana sesungguhnya telah diatur
perundang undangan yang
berlaku; dalam ketentuan Pasal 142 UU PTUN
f. Keputusan TUN mengenai
sebagaimana diatur pula dalam dalam
tata usaha tentara nasional
indonesia; Surat Edaran Mahkamah Agung
g. Keputusan komisi
Nomor 1 Tahun 1991 Tentang
pemilihan umum, baik
dipusat maupun di daerah Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan
mengenai hasil pemilihan
Peralihan Undang Undang Nomor 5
umum.
Tahun 1986. Dalam Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 11


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

1991 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dalam menyelesaikan sengketa


Ketentuan Peralihan Undang Undang perbuatan melanggar hukum oleh
Nomor 5 Tahun 1986 ditegaskan Pemerintah (Onrechtsmatige
bahwa ketentuan Peralihan Overheidsdaad) tidak lagi atas dasar
penyelesaian sengketa Onrechmatige KTUN berdasarkan UUPeratun,
Overheidsdaad dari Peradilan Umum namun KTUN berdasarkan UUAP
kepada PTUN hanya berkaitan kepada sebagaimana dimaksud dalam
Onrechmatige Overheidsdaad yang ketentuan Pasal 87 UUAP mengenai
disebabkan oleh KTUN dengan perluasan elemen KTUN, yakni:
pembatasan dalam Pasal 2 dan Pasal a. penetapan tertulis yang
juga mencakup tindakan
49 UUPeratun yang merugikan warga
faktual;9
masyarakat. Dimana sebelumnya b. Keputusan Badan dan/atau
Pejabat Tata Usaha Negara
termasuk kedalam kompetensi
di lingkungan eksekutif,
Peradilan Umum atas dasar perkara legislatif, yudikatif, dan
penyelenggara negara
Onrechmatige overhaidsdaad yang
lainnya;
kemudian dialihkan menjadi
kompetensi PTUN berdasarkan
UUPeratun. Sedang mengenai tuntutan 9Secara teoritis beberapa pakar hukum
administrasi keberatan apabila tindakan faktual
ganti ruginya atau tututan yang lainnya dimaknai sebagai KTUN dikarenakan dua jenis
tindakan pemerintahan (bestuurs handelingen)
yang bersifat perselisihan murni tersebut berbeda, namun politik hukum yang
dibangun dalam UUAP berupaya memberikan
hukum perdata tetap merupakan kepastian perlindungan hukum kepada warga
masyarakat dan pejabat pemerintah terhadap segala
wewenang Peradilan Umum dan hal tindakan pemerintahan (bestuurs handelingen) yang
itu baru dapat diputuskan oleh merugikan warga masyarakat, karena sebelum
dibentuknya UUAP, kerugian warga masyarakat yang
Peradilan Umum setelah ada putusan disebabkan oleh tindakan factual (feitelijke
handelingen) yang tidak berdasar KTUN versi
mengenai sah tidaknya pencabutan UUPeratun tidak dapat dilakukan upaya hukum
melalui PTUN sehingga menjadi kewenangan
KTUN tersebut oleh PTUN setempat Peradilan Umum. Sehingga dengan dibentuknnya
UUAP, dilakukannya perluasan KTUN sebagaimana
sampai nantinya memperoleh kekuatan
dimaksudkan dalam Pasal 87 sehingga KTUN
hukum tetap. berdasarkan UUAP dapat mengakomodir/sebagai
dasar kewenangan dilakukannya tindakan faktual
Setelah dibentuknya UUAP pemerintah (feitelijke handelingen) yang merugikan
warga masyarakat dan selanjudnya sebagai perluasan
objektum litis kewenangan PTUN objektum litis kompetensi PTUN.

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 12


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

c. berdasarkan ketentuan perdata.Dengan demikian setelah


perundang-undangan dan
dibentuknya UU AP terjadi perluasan
AUPB;
d. bersifat final dalam arti elemen objektum litis kompetensi
lebih luas;
PTUN dan lebih tepatnya perluasan
e. Keputusan yang berpotensi
menimbulkan akibat element KTUN dalam UUPeratun,
hukum; dan/atau
artinya segala sengketa administrasi
f. Keputusan yang berlaku
bagi Warga Masyarakat. negara terlebih dahulu diperiksa
melalui PTUN. Peralihan kewenangan
Berdasarkan ketentuan tersebut objek
penyelesaian sengketa onrechmatige
kewenangan PTUN adalah tindakan
overheidsdaad dari Peradilan Umum
pemerintahan (bestuurshandelingen)
ke PTUN yang dimaksutkan dalam
yang tergolong KTUN (termasuk
ketentuan Pasal 85 UU AP diatas,
didalamnyakeputusan Diskresi (tidak
dipertegas dalam Surat Edaran
tertulis/berbentuk tindakan pisik) yang
Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun
mendasari dilakukannya tindakan
2016 Tentang Pemberlakuan Rumusan
faktual (feitelijke handelingen) yang
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah
menyebabkan Onrechmatige
Agung Tahun 2016 Sebagai Pedoman
Overheidsdaadsehingga menimbulkan
Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan,
kerugian bagi warga masyarakat.
sub bagian Rumusan Hukum Kamar
Sehingga pengertian
Tata Usaha Negara. Perubahan
“dilimpahkan/dialihkan” dalam
paradigma beracara di Peradilan Tata
ketentuan Pasal 85 UUAP itu hanya
Usaha Negara pasca berlakunya UU
terbatas pada pemeriksaan, pemutusan
AP tentang Kompetensi PTUN
dan penyelesaian gugatan/tuntutan
mengadili onrechtmatige
yang bener-benar menjadi wewenang
overheidsdaad (OOD).
PTUN saja sedangkan mengenai
Sebelum sengketa diajukan
gugatan/tuntutan tentang hal hal yang
ke PTUN terlebih dahulu harus
bersifat murni sengketa dan tututan
ditempuh salah satu prosedur
tentang hal-hal yang bersifat murni
penyelesaian sengketa administrasi
sengketa dan tuntutan hukum
yang dilakukan melalui pejabat atau

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 13


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

atasan pejabat serta melalui lembaga Nomor 2 tahun 1991, pengajuan


khusus diluar intansi yang sengketa dilakukan melalui jalur
bersangkutan namun masih sebagai berikut: apabila peraturan
dilingkungan eksekutif atau disebut dasar tidak menyediakan saluran
sebagai upaya administrative. “banding administrative” atau dengan
Berdasarkan Pasal 48 UU Nomor 5 kata lain hanya, menyediakan prosedur
tahun 1986, upaya administratif “keberatan” maka sengketa
sebagai suatu proses pertama administrasi tersebut langsung
penyelesaian sengketa yang dilakukan diajukan ke PTUN.
dalam lingkungan administrasi Dalam UU AP ketentuan
pemerintahan sebagai akibat mengenai upaya administrasi diatur
dikeluarkannya keputusan yang dalam Pasal 75 menyatakan bahwa
merugikan, terdiri dari upaya warga masyarakat yang dirugikan
keberatan dan banding administrative. terhadap keputusan dan/atau tindakan
Upaya administrative dipergunakan dapat mengajukan upaya administratif
manakalah peraturan yang mengatur kepada pejabat pemerintahan atau
masalah yang dipersengketakan atasan pejabat yang menetapkan
menyediakan prosedur, keberatan dan dan/atau melakukan keputusan
banding administrative atau dan/atau tindakan. Pasal 76 ayat (1),
menyediakan salah satunya. Apabila (2) dan ayat (3) menyatakan pula
tersedia kedua-duanya maka bahwa badan dan/atau pejabat
penyelesaian sengketa dilakukan pemerintahan berwenang
terlebih dahulu melalui keberatan, menyelesaikan keberatan atas
kemudian apabila tidak puas dapat keputusan dan/atau tindakan yang
diajukan banding admistrative dan ditetapkan dan/atau dilakukan yang
apabila juga tidak puas, maka barulah diajukan oleh warga masyarakat.
dapat dilanjutkan ke lingkungan Dalam hal warga masyarakat tidak
PTUN. Berdasarkan petunjuk yang menerima atas penyelesaian keberatan
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung oleh badan dan/atau pejabat
sebagaimana termuat di dalam SEMA pemerintahan, dapat mengajukan

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 14


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

banding kepada atasan pejabat. Jikalau Keberadaan system


dalam hal warga masyarakat tidak pengawasan dan pengendalian dari
menerima atas penyelesaian banding segi hukum (yuridiscontrol) ini
oleh atasan pejabat baru mereka dapat bertujuan untuk mengantisifasi dan
mengajukan gugatan ke PTUN. memperbaiki penyimpangan terhadap
Namun UU AP sendiri penggunaan wewenang pemerintahan
ditemukan adanya ketidak oleh pejabat pemerintah baik dalam
konsistenan/kontradiksi pengaturan bentuk deternement de pouvoir
mengenai upaya administrative dan/atau willkeur, atau perbuatan
sebagai sarana pertama menyelesaikan melanggar hukum oleh pemerintah
sengketa antara pejabat pemerintah (onrechmatige overheisdaad) melalui
dengan warga masyarakat yang penggunaan berbagai macam bentuk
dirugikan terhadap keputusan yang tindakan pemerintahan (bestuur
dikeluarkan dan/atau tindakan yang handelingen) yang mengakibatkan
dilakukan sebagaimana dinyatakan timbulnya kerugian negara dan pada
dalam Pasal 75 dan Pasal 76 ayat (1), warga masyarakat dan sekaligus
(2) dan ayat (3) sebelumnya. Karena merupakan faktor penyebab timbulnya
dalam ketentuan Pasal 76 ayat (4) sengketa antara rakyat dengan
menyatakan bahwa penyelesaian pemerintah.Penentuan letak
sengketa melalui upaya administrative tanggungjawab hukum teradap
hanya berkaitan dengan batal atau tuntutan beban ganti kerugian yang
tidak sahnya keputusan dengan atau ditimbulkan oleh tindakan
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan pemerintahan (bestuurshandelingen)
tuntutan administratif. didasarkan pada teori
pertanggungjawaban yaitu tanggung
2. Tolok Ukur Pengujian Sengketa jawab jabatan (faute de service) dan
Onrechmatige OverhaidsdaadOleh
tanggungjawab pribadi (faute de
PTUNSetelah Dibentuknya UUAP
personille). Tanggungjawab jabatan ini
a. Parameter Pengujian Sengketa
berkaitan dengan kedudukan jabatan
Onrechmatige OverhaidsdaadOleh
PTUN pemerintahan yang melekat pada

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 15


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

individu (pejabat) merupakan jabatan wewenang yang ada padanya.


lembaga, atau menurut Logemenn, Sementara tanggung jawab hukum
jabatan sebagai personifikasi hak dan atas wewenang yang diperoleh dengan
kewajiban memerlukan perwakilan cara delegasi terletak pada delegatari,
(vertegen woordgiving).10 sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
Philipus M. Hadjon, butir 6 UU No 5 Tahun 1986 yo. UU
berpendapat bahwa sumber wewenang No 9 Tahun 2004 bahwa tergugat
baik dari atribusi, delegasi atau adalah badan atau pejabat TUN yang
mandate menentukan siapa yang mengeluarkan keputusan berdasarkan
bertanggungjawab atas suatu tindak wewenang yang dilimpahkan
pemerintahan, khususnya berkaitan kepadanya.12Sedangkan tagungjawab
dengan tanggung jawab jabatan hukum pemberian mandat maka
menyangkut masalah legalitas.11 tanggungjawaab jabatan tidak beralih
Dalam hal wewenang diperoleh secara kepada penerima mandat, dalam
atribusi (wewenanag yang melekat konteks Pasal 1 butir 6 UU No 5
pada suatu jabatan, baik yang Tahun 1986 yo. UU No 9 tahun 2004,
diberikan oleh UUD maupun tergugat adalah pemberi mandate.
peraturan perundang undangan) letak Berdasarkan uraian
tanggungjawab jabatan ada pada sebelumnya semua tindakan
pejabat yang memperoleh wewenang pemerintahan tidak luput dari asas
tersebut, sebagaimana ditegaskan “rechmatigheids van bestuur”, atau
dalam Pasal 1 butir 6 UU No 5 Tanun “asas keabsahan dalam pemerintahan.
1986 yo UU No 9 Tahun 2004 yang Asas ini menjadi alternative untuk
menyatakan bahwa tergugat adalah mengontrol setiap tindakan
badan atatu pejabat TUN yang pemerintahan (bestuurshandelingen)
mengeluarkan keputusan berdasarkan sekaligus memberikan jaminan

10 E. Utrecht, Pengantar Hukum


kepastian perlindungan hukum bagi
Administrasi Republik Indonesia, Pustaka Tinta Mas,
Surabaya, 1986, h. 202 12Istilah teknis dilimpahkan (pelimpahan)
11Philipus M. Hadjon, Kaitan Hukum mengandung konsep delelegasi wewenang dalam
Administrasi dan Tata Naskah Dinas, Universitas konteks adanya gugatan TUN yang digugat adalah
Airlangga Surabaya, h,1 penerima delegasi.

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 16


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

pejabat pemerintah yang jabatan(ambtelijke handeling).15


menyelenggarakan pemerintahan dan Dalam arti pejabat pemerintah yang
warga masyarakat sebagai obyek dari melakukan tindakan atas dasar
penyelenggaraan pemerintahan. kewenangannya maupun batas-batas
Kriteria keabsahan setiap tindakan kebebasan bertindak (diskresi)
pemerintahan diukur berdasarkan pada sebagaimana ditentukan oleh UU AP,
keabsahan dari wewenang, prosedur pada asanya tidak berbuat melanggar
dan substansi yang berdasar pada hukum (onrechmatigedaad) meskipun
peraturan perundang undangan yang orang lain menderita kerugian,
berlaku dan AUPB.13Dengan demikian misalnya selama pelaksanaan tugas
pengujian terhadap keabsahan dan urusan jabatan masih sesuai
berhubungan erat untuk memetakan dengan dasar-dasar kewenangan
letak tanggungjawab hukum dan misalnya sesuai dengan program tetap
beban ganti kerugian kepada warga (protap) atau menurut perintah atasan,
masyarakat. Warga masyarakat yang dan sepanjang tidak dicampurkan
dirugikan berdasar oleh perbuatan dengan kepentingan pribadi yang tidak
yang rechmatigeheid melekat mengaburkan kemurniannya sebagai
kesalahan jabatan (faute de service) urusan dan kepentingan dinas dan
dan melekat pada tanggung jawab dan lembaga maka pemeriksaan dan
tanggung gugat jabatan,14 yang timbul penilaian mengenai "kebenaran "
karena tindakan seseorang yang dalam pelaksanaan tugas dan urusan itu
rangka pelaksanaan urusan dan tugas tunduk pada peraturan hukum, bahkan
peradilan terhadap lembaga (institusi)
tempat bertugas.
13 Indroharto, Usaha Memahami
Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Sedangkan onrechmatige
Negara(Buku 1 Beberapa Pengertian Dasar Hukum
Tata Usaha Negara), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, overheidsdaadyang terjadi karena
1993, h. 52
14Tatiek Sri Djatmiati, Perizinan Sebagai
adanya kesalahan pribadi (faute
Instrumen Yuridis Dalam Pelayanan Publik, Pidato, personelle) berdampak pada tanggung
Disampaikan pada Pengukuan Jabatan Guru Besar
dalam bidang hukum administrasi pada Fakultas 15Philipus M. Hadjon, et al., Hukum
Hukum Universitas Airlangga di Surabaya pada hari Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi, Gadjah
sabtu tanggal 24 November, 2007, h. 20 Mada University Press, Yogyakarta, 2011, h. 94

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 17


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

jawab dan tanggung gugat Pengaturan beban gantian


pribadi.16Kesalahan pribadi (faute kerugian pada warga masyarakat yang
personelle) atau tanggung jawab dirugikan akibat perbuatan pemerintah
pribadi berdasarkan pada perbuatan yang rechmatigeheid18sebagai
dalam urusan pribadi dan kepentingan tanggungjawab dan tanggung gugat
pribadi yang dilakukan secara jabatan pengaturannya terdapat dalam
disengaja ataupun karena kelalaiannya UU Peratun beserta turunannya dan
maka seseorang akan melekat UU AP. Dalam UU Peratun tuntutan
tanggunggugat (liability) terhadap apa ganti kerugian bersifat sanksi
yang dilakukan yang dikategorikan tambahan sebagaimana ditegaskan
sebagai perbuatan maladministrasi. dalam Pasal 53 ayat (1) UU Nomor 9
Dengan demikian dalam menjalankan Tahun 2004 tentang Perubahan UU
pekerjaan jabatan secara kongkrit Peratun menyatakan:
sangat dipengaruhi oleh kondisi Orang atau badan hukum
perdata yang merasa
pribadi seseorang (individu) yang
kepentingannya dirugikan
menerima jabatan, sehingga akibat oleh suatu keputusan tata
usaha Negara dapat
dari perbuatannya tidak semata-mata
mengajukan gugatan tertulis
menjadi tanggungjawab dan kepada pengadilan yang
berwenang yang berisi
tanggunggugat jabatannya atau
tuntutan agar keputusan tata
lembaga, akan tetapi melekat tanggung usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan
jawab/tanggung gugat pribadi
batal atau tidak sah, dengan
(individu/perorangan).17 atau tanpa tuntutan ganti rugi
dan/atau rehabilitasi.

b. Ganti KerugianKepada Warga Peraturan pelaksana dari UU Peratun


Masyarakat di PTUN. khusus mengenai besaran ganti
kerugian yang dibebankan kepada
pemerintah melalui putusan PTUN
16Philipus M. Hadjon, et al., Hukum
Administrasi Dan Good Governance, Universitas diatur dalam Peraturan Pemerintah
Trisakti, Jakarta, 2010,h. 88-91
17Sadjijono, Memahami Hukum 18 A.D. Belifante, Pokok-Pokok Hukum
Kepolisian, Cet ke-I, Laksbang Presindo, Yogyakarta, Tata Usaha Negara, Terjemahan, Binacipta, 1983, h.
2010, h. 190 163

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 18


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti hanya mengatur atau berisi tuntutan
Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya agar KTUN yang disengketakan itu
Pada Peradilan Tata Usaha yang dinyatakan batal atau tidak sah,
ditindak lanjuti dengan dengan atau tanpa tuntutan ganti rugi
Keputusan Menteri Keuangan Republi dan/atau rehabilitasi, namun
k Indonesia mengingat UU Peratun belum
Nomor 1129/Kmk.01/1991 Tentang disesuaikan dengan UU AP maka
Tata Cara Pembayaran Ganti Rugi aturan tersebut secara mutatis
Pelaksanaan Keputusan Pengadilan mutandis berlaku terhadap tuntutan
Tata Usaha Negara, dimana ganti kerugian bagi warga masyarakat
Pemerintah (badan/jabatan akibat tindakan faktual pemerintah
pemerintah) melakukan ganti rugi yang absah (rechmatigeheid).19
dalam bentuk pembayaran sejumlah Dalam UU AP pengaturan
uang kepada orang atau badan hukum mengenai ganti kerugian kepada
perdata atas beban badan atau jabatan warga masyarakat akibat
administrasi berdasarkan putusan keputusan/tindakan faktual pemerintah
PTUNnamun dibatasi minimal hanya yang merugikan warga masyarakat
Rp 250.000 (dua ratus lima puluh ribu diatur dalam ketentuan Pasal 71 ayat
rupiah) sampai dengan maksimal Rp (5) menyatakan bahwa kerugian yang
5.000.000 (lima juta rupiah) dan timbul akibat keputusan dan/atau
hanya terhadap tuntutan ganti tindakan yang dibatalkan menjadi
kerugian materil saja dan tidak untuk tanggung jawab badan dan/atau
kerugian inmateril. pejabat pemerintahan. Selanjutnya
Pada dasarnya kerugian yang Pasal 72 menyatakan ketentuan
dialami oleh setiap warga masyarakat mengenai tata cara pengembalian
menjadi dasar diajukannya gugatan di sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70
PTUN namun tujuan pokoknya adalah ayat (3) dan tanggung jawab badan
agar PTUN membatalkan keputusan
19Bambang Arwanto, Perlindungan
yang merugikan kepentingan warga Hukum Bagi Rakyat Akibat Tindakan Faktual
Pemerintah, Yuridika, Fakultas Hukum Universitas
masyarakat. Aturan tersebut memang Airlangga, 2016, h 23

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 19


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

dan/atau pejabat pemerintahan akibat kerugian yang ditimbulkan akibat


kerugian yang ditimbulkan dari keputusan administrasi pemerintahan.
keputusan dan/atau tindakan Prinsip ganti kerugian dalan Pasal 41
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) RUU AP senyatanya tidak
ayat (5) diatur dalam Peraturan dianut dalam UU AP maupun dalam
Pemerintah. UU Peratun sebelumnya yang
Sebelumnya mengenai mengurangi pemberian jaminan
pengaturan ganti kerugian akibat perlindungan bagi warga masyarakat
keputusan/tindakan pemerintah yang secara adil dan maksimal akibat
rechmatigeheid diatur dalam RUU AP tindakan pemerintah
dalam Pasal 41 menyatakan: (bestuurshandelingen). Hal ini
1) Pencabutan dan/atau didasarkan karena pengaturan ganti
pembatalan terhadap
kerugian dalam UU AP dan UU
keputusan administrasi
pemerintahan wajib Peratun beserta peratun pelaksanaanya
memuat ganti rugi kepada
nampak tuntutan ganti kerugian
pihak yang dirugikan dan
disertai dengan menjadi tuntutan tambahan yang
penyerahan kembali
sifatnya fakultatif dan nilainya sangat
keputusan yang dibatalkan
beserta dokumen dan/atau terbatas yang berbeda dari semangat
arsip yang terkait.
ganti kerugian dan berdasarkan
2) Besarnya ganti rugi
sebagaimana dimaksud keadilan dan kelayakan sebagaimana
pada ayat (1) wajib
dicantumkan dalam RUU AP
memenuhi unsur keadilan
dan kelayakan; sebelumnya.
3) Pejabat administrasi
pemerintahan atau badan
menetapkan besarnya ganti C. KESIMPULAN DAN SARAN
rugi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
1. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan Pasal 41 ayat Dengan dibentuknya UUAP


(2) dinyatakan bahwa keadilan dan adanya perubahanobjektum litis
kelayakan adalah sebanding dengan kewenangan PTUN dalam

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 20


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

menyelesaikan sengketa perbuatan PTUN termasuk pula tolok ukur


melanggar hukum oleh pemerintah pengujian perbuatan melanggar hukum
(Onrechmatige Overheidsdaad) yang pemerintah (onrechtsmatige
sebelumnya adalah KTUN Overheidsdaad) di PTUN.
berdasarkan UUPeratun menjadi
KTUN berdasarkan UUAP yang
DAFTAR PUSTAKA
didalamnya termasuk pula tindakan
faktual pemerintah (feitelijke A.D. Belifante, Pokok-Pokok Hukum Tata
handelingen)yang menimbulkan Usaha Negara, Terjemahan,
kerugian bagi Warga Masyarakat. Binacipta, 1983.
Tolok ukur pengujian sengketa Bambang Arwanto, Perlindungan Hukum
Bagi Rakyat Akibat Tindakan
perbuatan melanggar hukum oleh
Faktual Pemerintah, Yuridika,
pemerintah (Onrechmatige Fakultas Hukum Universitas
Airlangga, 2016
Overheidsdaad) di PTUN berdasarkan
pada asas rechtsmatigeheid van Djenal Hoesen Koesoemahatmadja, Pokok-
Pokok Hukum Tata Usaha Negara,
bestuursyang didasarkan pada
Bandung, Citra Aditya Bakti, 1990;
keabsahan tindakan pemerintahan
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi
(wewenang, prosedur dan substansi)
Republik Indonesia, Pustaka Tinta
berdasar pada peraturan perundang Mas, Surabaya, 1986;
undangan yang berlaku dan AUPB.
Indroharto, Usaha Memahami Undang-
Undang Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara(Buku 1 Beberapa
2. Saran Pengertian Dasar Hukum Tata
Usaha Negara), Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1993;
Diperlukan peraturan
pelaksana yang mengatur mengenai Kuntjoro Purbobronoto, Beberapa Catatan
Hukum Tata Pemerintahan Dan
kewenangan PTUN menyelesaikan
Peradilan Administrasi Negara,
sengketa perbuatan melanggar hukum Cet ke-2, Alumni Bandung, 1978;
oleh Pemerintah (onrechmatige
Paulus Effendi Lotulung, Lintasan Sejarah
overheidsdaad) dengan mengingat
Dan Gerak Dinamika Peradilan
perubahan objektum litiskompetensi

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 21


[Jurnal Hukum
[UNIVERSITAS MATARAM]
JATISWARA
JATISWARA]

Tata Usaha Negara (PERATUN),


Salemba Humanika, Jakarta, 2013;
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2005;
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum
Bagi Rakyat di Indonesia,
Peradaban, Surabaya, 2007;
-----------;Kaitan Hukum Administrasi dan
Tata Naskah Dinas, Universitas
Airlangga Surabaya;
-----------; et al., Hukum Administrasi Dan
Good Governance, Universitas
Trisakti, Jakarta, 2010;
-----------;, et al., Hukum Administrasi Dan
Tindak Pidana Korupsi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta,
2011;
Tatiek Sri Djatmiati, Perizinan Sebagai
Instrumen Yuridis Dalam
Pelayanan Publik, Pidato,
Disampaikan pada Pengukuan
Jabatan Guru Besar dalam bidang
hukum administrasi pada Fakultas
Hukum Universitas Airlangga di
Surabaya pada hari sabtu tanggal
24 November, 2007;

Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian,


Cet ke-I, Laksbang Presindo,
Yogyakarta, 2010;

[Kewenangan PTUN dalam menyelesaikan…] | Bambang Arwanto 22

Anda mungkin juga menyukai