Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN PAKAN

1. Bahan Pakan
Bahan pakan adalah bahan yang digunakan untuk menyusun ransum atau yang
diberikan ternak. Bahan pakan untuk ransum ternak potong terdiri dari hijauan, biji-bijian dan
hewani.
a. Hijauan
Hijauan yang diberikan ternak sebagai penyusun ransum dalam bentuk utuh dan
yang diberi perlakuan/ prosesirg sebelum diberikan.
Bahan pakan utuh adalah bahan pakan sesuai aslinya tanpa_ diberi perlakuan dan
langsung diberikan ternak dalam bentuk utuh setelah dipotong / dipanen.
Bahan pakan yang akan diberikan ternak sebelumnya dilakukan perlakuan /
prosesing agar dapat meningkatkan nilai nutrisinya. Ada 3 (tiga) macam perlakuan yakni :
perlakuan secara fisik, kimia dan biologi.
(1) Perlakuan secara fisik adalah bahan pakan dicacah / dipotong-potong, dilayukan,
dikeringkan, digiling dan dipelet dsb. Dicacah, digiling atau dipelet untuk memperkecil
luas permukaan bahan pakan guna meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan.
(2) Perlakuan kimia antara lain : amoniasi (penambahan urea atau amoniak), Na (OH)
dan formal dehida. Pembuatan amoniasi yaitu penambahan urea atau amoniak,
penambahan formaldehid untuk melindungi pakan dari aktifitas fermentasi sehingga zat-
zat gizi pakan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ternak ruminansia. Perlakuan
Na(OH) bertujuan untuk memecah dinding sel (hemiselusose dan lignin) sehingga
meningkatkan nilai gizinya.
(3) Perlakuan secara biologis yakni memanfaatkan aktifitas fungi dan juga jamur
dalam meningkatkan nilai nutrisi dari hijauan atau limbah pertanian.
b. Biji-Bijian / Iimbah industri.
Bahan pakan yang berasal dari biji-bijian dapat diberikan ternak / sebagai penyusun
ransum dapat secara utuh ataupun dengan diberikan perlakuan atau melalui prosesing
terlebih dahulu seperti halnya hijauan. Perlakuan / prosesing fisik dengan cara giling,
rolling (dipipihkan), pelet, penambahan kadar air dan lainnya. Perlakuan kimia, dan
perlakuan biologis (singgel sel protein).
c. Hewani
Bahan pakan yang berasal dari hewan yakni : susu segar, produk susu (butter milik,

55
skim milk), hasil sampingan pemotongan (tepung darah, tulang, bulu) dan limbang industri
peternakan (penetasan) & perikanan (tepung ikan) dll.

2. Kebutuhan zat gizi pada ternak ruminansia


Perbedaan sifat khas ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) dengan non
ruminansia adalah terletak pada anatomi dan kondisi fisiologis alat pencernaan dan ikut-
campurnya mikroba dalarn alat pencernaan khususnya dalam rumen dalam proses
pencernaan. Ternak ruminansia memiliki lambung rumen dengan kapasitas yang besar dan
banyak sekali terdapat mikroorganisme/ mikroflora dalam rumen sedangkan ternak
nonruminansia terbatas. Pemaham terhadap kondisi fisiologis alat pencernaan tersebut akan
memudalhkan dalam menyiapakan bahan pakan.
Ternak ruminansia bahan pakan utamanya adalah hijauan, sedangkan biji-bijian
maksimum 40 % dan bahan pakan hewani secukupnya, berbeda dengan ternak ternak non
ruminansia yaitu ternak babi memerlukan biji-bijian sebagai bahan pakan utama, hijauan
sedikit dan bahan pakan hewani secukupnya. Ternak kuda membutuhkan hijauan dan biji-
bijian yang cukup banyak, serta bahan pakan yang berasal dari hewani secukupnya.
Adanya proses fermentasi o!eh mikroorganisme (bakteri, protozoadan, fungi) dalam rumen
memiliki keuntungan dan kerugian bagi ternak .
Keuntungan yang diperoleh akibat fermentasi oleh mikoorganisme dalam rumen adaiah:
1. Selulose dan polimer-polimernya yang berasal dari tanaman yang tidak bisa dicerna oleh
enzim yang dihasilkan oleh ternak yang bersangkutan, dapat dicerna dan dipakai sebagai
sumber energi.
2. Bakteri dapat menggunakan senyawa nitrogen bukan protein (non-protein nitrogen, NPN)
menjadi protein tubuh yang akhirnya tersedia untuk induk semangnya (sapi).
3. Aktivitas sintesis dari mikroorganisme dalam pembentukan vitamin menjadikan ternak
tidak tergantung dari suplai vitamin clan luar vitamin A dan D.
Sedangkan kerugiannya adalah .
1. Aktivitas fermentasi tersebut banyak energi yang terbuang
2. Proses fermentasi oleh mikroorganisme, maka semua protein terdegradasi secara
sempurna, jadi protein yang kualitas tinggi terbuang percuma manjadiamoniak.
3. Ternak mudah mengalami ketosis.
Oleh karena itu untuk mendukung pertumbuhan yang optimum ternak harus mendapatkan
bahan makanan yang mutu dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhannya dengah tetap
memeperhatikan fungsi dan fisiologis alat pencernaan (non ruminansia dan rumuinansia).

56
Disinilah perlunya dipelajari / diketahui zat-zat pokok maupun fungsinya yang diperlukan oleh
ternak potongi. Dengan demikian pemberian makanan kepada ternak dapat
diperhitungkan efisiensi biologis dan ekonomisnya.
Zat-zat pokok yang diperlukan ternak potong yaitu; energi, protein, air, mineral dan
vitamin.
a. Energi.
Berbagai cara telah digunakan untuk menetapkan nilai energi yang tersedia bagi hewan,
misalnya TDN (total digestible energi), DE (digestible engeri), ME (metabolismenergi), NE (net
energi). Untuk menggarnbarkan kebutuhan energi ternak potong adalah DE atau ME.
DE dapat dihitung dengan persamaan yang dikemukakan oleh Moir(1961):

DE (MJ/kg DM) = 19.33 DMD - 0.66,

Sedangkan DMD (dry matter digestibility = kecernaan bahan kering)dapat diukur secara in
vivo dengan persamaan:

DMI makanan - DM feses


DMD =
DMI makanan

Oleh karena hilangnya energi melalui urin relatif konstan terhadap DE, maka ME
dapat diestimasikan dari nilai DE, seperti yang dikemukakan oleh Frisch (1974),

ME = 0.78 DE
ME pakan - ME hidup pokok = ME produksi

b. Protein
Protein yang dimakan oleh hewan dihidrolisa dalam rumen menjadi asam amino oleh
enzim proteolitik yang diproduksi oleh bakteri, protozoa dan fungi rumen. Kebanyakan
species bakteri dalam rumen sanggup menggunakan amonia ( N-NH3) untuk
memproduksi asam - asam amino dan meresintesis asam-asam amino tersebut menjadi
protein tubuh mikroorganisme. Kegiatan mikroorganisme dalam memecah bahan pakan
didalam rumen tanpa mengenal batas. Pembentukan protein mikroba yang optimal sangat
tergantung pada amonia dan asam lemak terbang (VFA) yang tersedia. Oleh karena itu
ternakruminansia mampu memanfaatkan N yang berasal dari N P N contohnya urea. Bila

57
amonia yang terbentuk sebagian besar berasal dari urea diperlukan pati atau gula yang mudah
difermentasikan, maka produksi protein mikroba sangat efisien.

Tabel 4. Kebutuhar energi (DE) dan protein (DCP) (Roy, 1970) atau DMI, ME dan CP (Kearl,
1982) untuk ternak sapi dari berbagai masa pertumbuhan atau berat badan tertentu

Kebutuhan ternak (Roy, 1970) Kebutuhan ternak Kearl, (1982)


Live Gain DE DCP Gain DMI ME (Mcal/ CP
weight(kg) (kg/day MJ/day (g/day (kg/day (kg/day day) (g/day)
Steer and Heifers Steer
100 0 00 2,2 3 76 167
0 25 26 4 76 306
0 50 3,0 5 82 379
0 75 32 6 88 448
1 00 33 7 94 541
0.00 41 6 130 0 00 30 5.10 231
0 25 50.8 250 0 25 38 6 56 400
150 0 50 563 280 0 50 42 8 02 474
0 75 609 320 0 75 44 9.55 589
1 00 45 10 93 607
0 00 525 160 0 00 37 6 30 285
0.25 65.5 300 0.25 45 8.10 470
200 0.50 756 380 0 50 52 9.90 554
0.75 839 390 0 75 54 11 70 622
1 00 5.6 13 51 714
0 00 720 220 0 00 50 8.50 385
0 25 88.6 350 0.25 60 10 90 588
300 0 50 1079 520 0.50 70 13 40 679
0.75 1199 620 0.75 74 15 80 753
1.00 7.5 18.23 819
400 0.00 88.5 270 0.00 6.2 10.60 478
0.25 110.7 380 0.25 7.5 13.66 664
0,50 133.7 550 0.50 8.7 16.66 772
0,75 149,4 560 0.75 9.1 19.69 875

Didalam rumen urea akan dihidrolisa oleh enzim urease yang dihasilkan oleh
mikroorganisme rumen menjadi NH3 dan C02. bersaman dengan itu terjadi pula hidrolisa pati
menjadi VFA dan asam lemak keto. Kombinasi NH3 dan asam keto terbentuklah asam amino
sebagai penyusun protein tubuh mikroorganisme. Mikroorganisme yang telah mati didalam
abomasum mengalami hidrolisa menjadi asam amino, selanjutnya diabsorsi sebagai sebagai
sumber protein tubuh ternak. Itulah sebabnya kenapa komposisi asam amino dalam ransum

58
ruminansia tidak begitu penting, berbeda dengan non rumunansia (ternak babi) dimana
komposisi asam amino harus tersedia dalam ransum.
Kebutuhan protein ternak ruminansia dapat dinyatakan dengan berbagai .:ara yakni
diukur dengan protein dapat dicerna (DCP = digestible crude protein) :an protein kasar
(CP=crude protein).
Gram feed N - gram faecal N
DCP = x 6.25x gram total N in feed
Gram feed N

Konsentrasi DCP dalam bahan pakan sangat erat kaitannya dengan kadar Protein kasar
(CP) yang dapat dihitung dengan persamaan
DCP = 0.899 CP - 3.25 ; atau Total Protein = 1.112 DCP + 3,615

c. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh hewan yakni sekitar 70 %. Fungsi
air adalah untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan pengangkut zat
pakan dan mengeluarkan zat tak berguna dalam tubuh.Air yang diperlukan oleh ternak
potong diperoleh langsung bersama hijauan atau diberikan, secara terpisah. Tersedianya
air sangat menentukan jumlah pakan (terutama pakan dalam bentuk kering) yang dikonsumsi oleh
ternak. Jika konsumsi air sedikit maka konsumsi pakan juga rendah. Ketersediaan air umumnya
tidak menjadi masalah, namun cukup penting dalam kehidupan ternak. Hal ini terbukti, bahwa
ternak akan mati bila kehilangan air tubuh hanya 10 saja, sedangkan masih hidup meskipun
kehilan semua lemak tubuh dan 50 protein tubuhnya.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kebutuhan air adalah:
1. Iklim (suhu), meningkatnya suhu lingkungan kebutuhan air akan semakin menigkat untuk
setiap kg konsumsi bahan kering (BK). Konsumsi air pada suhu 10°C; 21,1° C ; dan 29,4' C
masing-masing berturu-turut sekitar 3,1-3,5 kg air/kgBK; 4 kg air / kg BK dan 5,9 kg air / kg
BK.
2. Kondisi tubuh: konsumsi air ternak non laktasi sekitar 3 - 8,5 kg/kg BK; ternak sedang
bunting konsumsi bertambah 50% dan ternak sedang laktasi bertambah 0,87 kg / kg air susu.
3. Umur, meningkatnya umur konsumsi air makin meningkat.
4. Aktivitas tubuh : ternak dikerjakan konsumsi air lebih banyak daripada ternak istirahat
5. Jenis pakan
a. konsumsi air sebanyak 6,4 kg air /kg BK paling efisiensi dalam penggunaan pakan,
b. meningkatny kadar air pakan , maka konsumsi air menurun

59
c. meningkatnya kadar protein pakan, maka konsumsi air bertambah banyak
d. meningkatnya kandungan garam pakan, maka konsumsi air bertambah
6. Jenis/bangsa ternak : konsumsi air pada Bos indicus lebih sedikit dari pada Bos Taurus

d. Mineral
Mineral major yang diperlukan ternak potong adalah P, Ca, Mg, Na, K, dan S,
sedangkan yang termasuk mineral minor Fe, Co, Se, Mn, Zn, dan Mo. Kebanyakan
bahan pakan sudah mengandung mineral-mineral tersebut pada level-level tertentu. Hal
yang paling penting diperhatikan dalam menyusun ransum adalah terpenuhinya kebutuhan
P, karena kadarnya dalam darah harus selalu dipertahankan dengan absorpsi dan saluran
pencernaan. Defisiensi P sering terjadi bila sapi mendapat rumput yang tumbuh di daerah
yang kadar P tanahnya rendah. Defisiensi atau kelebihan mineral minor sering terjadi, tetapi
pengaruhnya tidak signifikan terhadap produktivitas ternak.
e. Vitamin
Ruminansia yang mendapat makanan dari pasture atau diberikan hijauasegar jarang
sekali mengalami defisiensi vitamin. Jadi tidak banyak yang pert_ dibahas disini.

Tabel 5. Rata-rata konsumsi air pada ternak potong


Rata-Rata Konsumsi air
No Jenis Ternak
(Liter/ekor/hari)
1 Domba
a. Menyusui pakan kering 3
b. Menyusui pasture kering 7
c. Dewasa pasture basah 3,5
d. Penggemukan pasture kering 2,2
e. Penggemukan pasture irigasi 1,1
2 Sapi
a. Sapi Potong/daging 45
b. Pedet 22
3 Kuda
a. Kuda Kerja 55
b. Kuda digembalakan 35
4 Babi
a. Babi menyusui 22

60
b. Babi dewasa 11

3. Penyusunan Ransum
Untuk memenuhi kebutuhan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) bahan
pakan utama diberikan adalah hijauan, sedangkan pakan penguat (konsentrat) secukupnya.
Banyaknya pakan penguat yang diberikan tergantung pada kualitas hijauan yang diberikan.
Namun secara umum pakan dibatasi dan hanya diberikan pada periode akhir
penggemukan. dan masa pertumbuhan sapi muda yang dipakai sebagai stole bibit. Untuk di
Indonesia umumnya biji-bijian masih bersaing dengan manusia, sehingga bahan dasar
konsentrat berasal dari hasil ikutan industri atau Iimbahnya seperti; dedak, ampas tahu, molases,
dan bungkil-bungkilan (bungkil kelapa).
Fakrtor yang perlu sebagai pertimbangan dalam memilih bahan pakan adalah : rasa,
ongkos, ketersediaan, kandungan zat pakan dan tidak beracun. Bahan pakan dalam ransum
seyogianya disenangi ternak (rasanya enak) agar konsumsi pakan tinggi, tidak mahal (murah),
mudah didapat dan tersedia sepanjang tahun, kandungan zat pakan kualitas tinggi dan tidak
beracun artinya tidak berbahaya bagi ternak.
Formulasi ransum yamg tepat harus sesuai dengan kebutuhan ternak. Kebutuhan
ternak tergantung pada : jenis / bangsa ternak, umur ternak, berat badan, tipe dan kondisi ternak
serta tujuan usaha. Teknik yang diterapkan dalam menyusun ransum ternak potong dengan :
persamaan aljabar; metode square; dan metode substitusi. Ransum ternak potong di daerah
tropis dapat disusun berdasarkan kebutuhan ME,CP; Ca dan P menurut Kearl, (1982) tertera
pada tabel 6. Sedangkan komposisi bahan pakah dapat dilihat pada buku komposisi
bahan pakan Hari Hartadi dkk (1980).
Contoh Kebutuhan sapi jantan berat badan 300 kg, gain (pertambahan berat badan ) 0,5
kg/hari, adalah: DMI 7 kg, energi 13,4 Mcal ME, TP 679 g, Ca 14 g, P 14 g,. Bahan pakan
penyusun ransum : jerami padi, jagung dan tepung biji kapas seperti tertera pada tabel
berikut.
Tabel 6. Kebutuhan Sapi dan Kandungan Nutrien Bahan Pakan
DM ME CP (Total Ca P (%)
Uraian
(%) (Meal/kg) Protein) (%) (%)
Kebutuhan 1,90 9,7 0,2 0,2
Jeramai padi (Jp) 91,0 1,63 4,4 0,21 0,08
Jagung (J) 89,0 3,15 10,9 0,03 0,29
Tepung biji kapas (T) 91,0 2,75 45,2 0,18 1,21

61
Ransum yang harus disusun dengan kandungan: energi 1,9 Mcal /kg, total protein 9,7 %, Ca 0,2
% dan P 0,2 % (tabel 3), berdasarkan perhitungan sebagai berikut :
Energi : 13,4 McalME/ 7 kg = 1,9 Mcal/ kg
Total protein = 679 g/7 kg=79 g/kg=97 g 1000 g X 100 % =9,7%
Ca = 14 g/7000g X 100 % = 0,2%
P = 14 g /7000g x 100 % = 0,2%

Perhitungan komposisi ransum dengan menggunakan


a) Persamaan aljabar
1,63Jp3,15J =1,9
1,63Jp + 1,63 J= 1,63 –
0 JP + 1,57 J = 0,27
J= 0,27/11,57 = 0,1776 x 100 % = 17,76
Jp =100%-17,76%=82,24%
17,76 % (J) x 3,15 Mcal ME = 0,56 Mcal ME / kg
82,24 % (JP) x 1,63 McalME = 1,34 Mcal ME / kg
Jumlah = 1,90 Mcal ME / kg
b) Square

(J) 3,15 (JP) 1,63

Kebutuhan
Mcal ME/Kg

1,9 – 1,63 = 0,27 15 – 1,9 = 1,25

Jumlah bagian = 0,27 + 1,25 = 1,52


Jp = 1,25 /1,52 x 100% = 82,24
J = 0,27/1,52 x 100 % = 17,76
c) Substitusi
 Kebutuhan energi 13,4 Mcal ME

62
 Bila diberikan 7 kg jerami padi (Jp) energinya = 11,4 Mcal ME, berartikekurangan
energi 2 Mcal
 Kandungan energi jagung 3,15 Mcal atau 1,52 Mcal > dp Jp (3,15-1,63).
 Jagung yang diperlukan = 2/1,52 = 1,32 kg (18,86%)
 Jerami padi sebanyak = 7 kg - 1,32 kg = 5,68 kg (81,14 %)
 Kandungan Protein pakan campuran (J +Jp) _ (C ):
(18,86 % x 10,9 %) + (81,14 % x 4,4 %) =
2,06% +3,57% = 5,63 % atau 56,3 g /kg
tepung biji kapas (T) campuran Jp clan J = (C)

452 g/kg 56,3 g /kg


Kebutuhan
Kebutuhan
97 g / kg

97 – 56,3= 40,7 452 – 97 = 335

Jumlah = 40,7 + 355 = 395,7


Campuran (C ) = 355/395,7 x 100 % = 89,70
(T) = 40,7 / 395,7 x 100% = 10,30 % 0,72 kg
(J) = 89,70 % x 0,1886 = 16,92 % 1,18 kg
(Jp) = 89,70 % x 0,8114 = 72,78 % 5,10 kg
Jumlah = 100% 7,00 kg
Kandungan ransum: ME (Mcal) Total protein (g)
1. Jerami padi (5,10 kg) x 1,63= 8,31 x 4,4 % = 224 g (3,20 %)
2. Jagung (1,18 kg) x 3,15 = 3,72 x 10,9 % = 129 g (1,8 %)
3. Tbk (0,72 kg ) x 2,75 = 1,98 x 45,2 % = 325 g (4,7%)
Jumlah = 7,00 kg 13,01 atau 1,86 (Mcal/kg) = 678 g (9,9%)
Kebutuhan 7 kg 13,40 679 g
defisit 0 -0,39 - 1g

Bagaimana kebutuhan Ca (12,4 g); P (16,2 g) danvitamin A ?

63
Tabel 7. Komposisi ransom yang disusun

Total
Uraian DMI (kg) ME (Mcal/kg) Ca(%) P (%)
Protein (%)
Kebutuhan 7 1,90 9,7 0,2 0,2
(13,4Mcl (679g) (14g) (14g)
Terpenuhi 7 (18,01) 9,9 (678 g) (9) 2'4 (16,28)
Jeramai padi (Jp) 5 10 8,31 32(224)
(72,78%)
Jagung (J) 1,18 3,72 1,8 (129)
(16,92%)
Tepung biji kapas 0,72 1,98 4,7(325)
(T) (10,30%)
Defisit 0 0,39 Mcal -1 g 1,6 g +2, 2 g

Membuat campuran konsentrat sebanyak 100 kg Bahan kering (BK) dapat dihitung
sebagai berikut :
Tabel 8. Campuran konsentrat
DM=BK Bahan Konsumsi * Pemberian**
Uraian BK (%) 100 kg BK
(kg) pakan (kg ) (kg/ek/hari) (kg/ek/hari)
Jagung 1.18 62.11 62,11 69.78
T.B.kapas 0.72 37.89 37.89 41.64
Jumlah 1,90 100.00 100 111.42 2.11 2.43
Keterangan: * :konsumsi BK/hari dibagi rata-rata % BK =1.90/0.90=2.11kg
**: Pemberian = konsumsi + tercecer 15 % = 2.43 kg

Pemberian jerami padi = konsumsi + tercecer (sisa) 15 %= 5.87 kg BK = 6.45 kg bahan


pakan

4. Cara Pemberian pakan


Pemberian pakan pada ternak ada 2 dua cara yaitu hand feeding (dicekoki) dan self
feeding (makan sendiri). Pakan diberikan secara al-libitum dan dibatasi. Pemberian pakan
ad-libitum atau pemberian pakan bebas umumnya pakan disediakan /diberikan 15 % dari
konsumsi pakan yang diharapkan.
Cara pemberian pakan berdasarkan susunan ransum tersebut diatas adalah:
Konsentrat diberikan lebih dahulu setelah itu baru diberikan jerami padi. Jumlah konsentrat

64
yang. diberikan untuk ternak sapi tersebut sekitar 2.43 kg /ek/ hari dan jerami padi 6.45 kg / ek /
hari. Pemberian pakan sebaiknya 2 kali sehari yakni sebagian pagi dan sebagian sore.
Pemberian jerami padi pada susunan ransum tersebut diatas da!am bentuk hay.
Pemberian konsentrat dapat diberikan da!am bentuk digiling atau dipelet disesuaikan
dengan bahan campuran. Tujuan pengolahan ini untuk meningkatkan nilai nutrsi dan
memudahkan dalam penyimpanan dan pemberian serta mengurangi yang terbuang (tercecer).
Pemberian hijauan (rumput, legum atau jerami limbah pertanian) sebaiknya diberikan
dalam bentuk cacahan sepanjang 10 cm sebanyak 1 - 2% dari berat badannya dalam bentuk
bahan kering (BK), karena hijauan dalam bentuk cacahan ini lebih disenangi oleh ternak
dan meningkatkan konsumsi pakan. Sedangkan legum sebaiknya diberikan setelah dilayukan
terlebih dahulu. Pelayuan bisa mengurangi racun seperti mimosin pada lamtoro.Sebagai
tambahan, ternak muda agar tidak dibiarkan'merumput pada hijauan muda yang masih
berembun agar tidak mengalami gangguan pencernaan berupa kembung perut (bloat).
Contoh pemberian jerami segar pada susunan ransum yang telah disusun. Jerami
padi segar habis panen kandungan BK sekitar 45- 60 %.: Bila jerami padi yang diberikan
(ad-libitum) dalam bentuk segar dengan bahan kering(BK) 60 %. Berapa kg jerami padi yang
harus diberikan setiap hari agar memenuhi kebutuhannya ? Jumlah yang diberikan sebanyak
115 % dari kebutuhan (konsumsi BK). Jadi pemberian dalam bentu segar sebanyak = (1,15x
5.10 k9)/0.6 = 9.78 kg.
Usaha breeding (perkembang biakan) umumnya membutuhkan padang penggembalaan
sebagai dasar dalam produksi anak dan bibit. Jelaslah bahwa, padang penggembalaan yang
baik merupakan dasar untuk suksesnya usaha peternakan sapi, kerbau, kambing dan domba.
Jadi yang perlu diperhatikan adalah: good farmer, good pasture, good cattle.
Berdasarkan sifat-sifat pertumbuhan rumputnya, dikenal 2 macam padang
penggembalaan :
1. Padang rumput alam, adalah padang rumput yang terbentuk oleh alam sendiri tanpa
campur tangan manusia. Vegetasinya pada umumnya terdiridari campuran rumput asli,
graminae, cyperaceae dengan tumbuhan lain yang selaras seperti leguminose kecil-
kecil, dan kadang-kadang ditumbuhi pepohonan kecil yang disebut savana. Ini banyak
ditemui di NTT.
2. Padang rumput buatan, disini rumput dan leguminose yang ditanam betulbetul dipilih
dan ditanam dalam kombinasi yang serasi. Pertumbuhannya diawasi dan dirawat
dengan pemupukan dan pengairan yang teratur sehingga produksi dan kualitas
hijauannya baik. Jangka waktu pemakaian tergantung dari jumlah ternak yang

65
digembalakan dan kualitas rumputnya.
Sedangkan pada usaha penggemukan khususnya ternak sapi pada dasarnya ada dua
cara 'yaitu; secara tradisional dan pengemukan secara moderen.
1. Secara tradisional penggemukan telah dan masih dilakukan oleh peternak tanpa
suatu petunjuk atau teori, dengan sistem yang disebut sistem kereman.
 Sapi berumur 2 - 3 tahun dan dalarn keadaan kurus.
 Dipiara terus dalam kandang' selama 3 - 4 bulan dengan diberikan rumput yang
diperoleh dengan cut and carry system dan konsentrat yang terdiri dari campuran
dedak dan parutan ubi kayu sekitar 3 kg per hari.
 PBBH rata-rata yang dicapai adalah 0.35 kg/hari. Keuntungan Iainya adalah pupuk
yang dihasilkan ternaknya.
2. Secara moderen penggemukan dilakukan dengan menerapkan IPTEK dibidang
pemilihan bibit, pemberian pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Ada 3 cara yang biasa
dilakukan yaitu:
a) Pasture Fattening. Penggemukan yang dilakukan dengan cara mengembalakan sapi-sapi
di padang penggembalaan yang luas.-, dengan syarat;
a. rumput yang tumbuh dipadang pengembalaan harus berkualitas baik yakni bercampur
dengan leguminose, sehingga tidak diperlukan pemberian pakan konsentrat.
b. Sapi berumur 2.5 tahun. Karena pada umur ini sistem pencernaannya sudah sempurna
sehingga semua rumput yang dimakan dapat dicerna secara sempurna
c. Lamanya penggemukan adalah 6 - 8 bulan.
d. Keuntungangan tidak menyediakan konsentrat dan sedikit memerlukan tenaga, tetapi
kelemahannya dilakukan bila memiliki lahan yang luas.
b) Dry Lot Fattening, adalah penggemukan dengan mengutamakan pemberian makanan
penguat, yang diberikan dalam bentuk ransum halus yang biasanya berhasl dari biji-bijian,
yang cudah digiling, misalnya gandum ,Jagung , kedelai dan hasil ikutan pertanian yang lain.
Umumnya sapi yang digemukkan berumur satu tahun dan penggemukan
berlangsung 4 - 6 bulan. Dengan sistem ini penggemukan berlangsung dalam waktu yang
lebih singkat, namun cara ini hanya dilakukan pada daerah yang mempunyai surplus biji-
bijian dan harganya murah.
c) Kombinasi Pasture Fattening dan Dry Lot Fattening. Dalam sistem ini sapi diberikan
makanan penguat dan pads waktu-waktu tertentu digembalakan di padang
penggembalaan. Misainya pada musim kemarau ternak diberikan makanan penguat

66
dari biji-bijian dan pada musim hujan dimana hijauan mudah diperoleh sapi dilepas di
padang penggembalaan.
Di negara seperti Indonesia dimana persediaan hijauan terbatas terutama pada musim
kemarau, maka kombinasi Pasture Fattening dan Dry Lot Fattening mungkin merupakan model
yang paling cocok untuk diterapkan.

Penggemukan dikatakan berhasil bila pengembalian biaya lebih besar daripada yang
telah dikeluarkan sebelumnya. Pengembalian ini terutama tergantung pada : ongkos
pembelian anak sapi, harga jual ternak yang digemukkan, biaya makanan, dan biaya
pemeliharaan.
3.5. Evaluasi
Evaluasi terhadap manajemen pakan dapat diukur dari tingkat produksi dan efisiensi
produksi ternak yakni: konsumsi pakan, kondisi ternak, tingkat pertumbuhan / pertambahan berat
badan harian, konversi pakan (FCR), efisiensi pakan, biaya pakan setiap kg pertambahan berat
badan ( feed cost gain), atau biaya pakan induk, dan tingkat kedewasaan, berat badan, berat
lahir dan neonatal survival, berat potong dan hasil daging,

MANAJEMEN PAKAN TERNAK BABI

Ternak babi secara tradisional dianggap sebagai ternak yang mampu memakan segala
macam bahan pakan atau hewan omnivora. Namun ini tidak berarti bahwa babi bisa diberikan
apa saja. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang efisien maka babi harus diberikan
pakan yang mengandung zat gizi yang diperlukan. Ternak babi sangat sensitif terhadap
kualitas ransum karena:
a. Pertumbuhannya cepat,
b. Kemampuan memanfaatkan makanan berserat seperti batang pisang, hijauan kering
maupun dedak kasar rendah karena babi berlambung tunggal.
c. Babi biasanya dipelihara terkurung sehingga semua zat makanan yang diperlukan
harus disediakan.
Kebijakan pemberian pakan sangat menentukan tingkat keuntungan peternakkarena sebagian
besar biaya operasi (mencapai 75-80%) digunakan untuk penyediaan pakan. Ada dua pilihan
untuk penyiapan makanan babi yaitu dengan membeli pakan yang sudah jadi atau menyusun
sendiri ransum yang akan diberikan. Pemberian pakan yang sudah jadi memang sangat
praktis, namun harganya mahal sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar peternak.

67
Sebetulnya peternak dapat menyusun sendiri ransumnya asalkan is sudah mengetahui
kebutuhan zat gisi ternaknya dan komposisi bahan pakan yang akan digunakan.
1. Bahan makanan ternak babi
Meskipun babi termasuk ternak omnivora, makan apa saja, namun untuk memperoleh
produktivitas yang maksimum perlu diusahakan agar bahan penyusun ransum terdiri dari
bahan-bahan yang berkualitas tinggi dan diramu untuk memenuhi kebutuhan zat pakan ternak
babi.
Secara garis besarnya bahan pakan ternak babi dapat dikelompokkan menjadi bahan
pakan sumber protein dan bahan makanan sumber energi. Bahan pakan sebagai sumber
protein adalah tepung ikan, bungkil kedele, bungkil kacang tanah, bungkil biji kapas,
bungkil biji bunga matahari dan susu skim. Sedangkan sumber energi meliputi dedak padi,
jagung, sorghum, bungkil kelapa, ampas tahu, tepung ubi kayu, dan katul. Disamping itu ada
beberapa bahan makanan yang belurn banyak digunakan pada peternakan babi antara lain,
tepung daun lamtoro, terung daun turi, kembang aik (duckweed) dan banyak iagi yang belum digali
potensinya. Hasil analisa laboratorium beberapa bahan oakan yang ada di Lombok dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Komposisi zat gizi beberapa bahan pakan
Bahan Protein ME* Kalsium Fosfor Serat
Bahan
Kering (%) Kasar(%) (Kkal/kg) (C a, %) (P) (%) kasar (%)
Ampas tahu 84.68 21.7 3100 0.67 0.42 21.5
Bungkil kelapa 91.11 21 2212 0.21 0.65 15
Tepung Ikan 90.79 66.98 2868 3 2.6 1.5
Jagung 87.5 9.5 3346 0.02 0.01 2.5
Tepung Ubi
90.05 3.14 2106 0.23 0.12 1.8
Kayu
Dedak Halus 91.11 14.03 2300 0.12 1.51 12

2. Kebutuhan zat gizi ternak babi


Banyaknya zat gizi yang dibutuhkan oleh seekor ternak bervariasi sesuai dengan umur
dan tingkat pertumbuhannya / jenis produksinya. Babi muda yang Dobotnya 20 - 50 kg,
misalnya, berbeda kebutuhan akan zat gizinya dibanding oabi induk maupun babi yang
siap dipasarkan. Secara rinci kebutuhan zat gizi dapat dilihat pada berbagai publikasi
seperti NRC, maupun buku-buku nutrisi :ernak babi. Pada pokoknya yang diperhatikan
dalam menyusun ransum ternak -.abi adalah terpenuhinya kebutuhan akan energi, protein (asam
amino), kalsium San fosfor. Kebutuhan akan mineral lain dan vitamin dipenuhi melalui

68
suplementasi mineral/vitamin premix yang tersedia di setiap tempat penjualan keperluan ternak.
Tabel 10 memperlihatkan kebutuhan akan zat gizi majoruntuk masing - masing kategori babi . !
nfcrmasi mengenai kebutuhan zat gizi kelompok babi yang lainnya dapat dilihat pada NRC
(1979), Sihombing (1997) dan buku buku ternak babi yang lain. Perlu diperhatikan bahwa
protein pakan haruslah mudah dicerna dan mengandung asam-asam amino esensial dalam
imbangan yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produks / pertumbuhan yang optimal.
Tabel 10. Kebutuhan zat gizi utama untuk berbagai kategori babi
Protein Kalsium Met +
Energi Fosfor (P) Lisin
Kategori Kasar (Ca) Sis
(kkal DE/kg) (%) (%)
(%) (%) (%)
Starter (< 20 kg) 3200 - 3500 18 0.65 0.~ 0.79 0.51
Grower (20 – 50
3200 - 3500 17 0.65 0.4 0.65 0.43
kg
Finisher (> 50
3100 - 3200 15 - 16 0.6 0.4 0.61 0.40
kg)
Induk 3200 - 3500 15 - 16 0.5 0.4 0.43 0.26
Sumber: NRC (1979)

3. Cara menyusun ransum


Cara menyusun ransum ternak babi sama dengan penyusunan ransum ternak yang lain,
seperti sudah dibahas secara detail pada ternak ruminansia aiatas Ringkasan proses
penyusunan ransumnya adalah sbb:
a. Menetapkan tujuan / jenis ransum yang akan disusun,
b. Memilih bahan pakan yang tersedia, dan mencatat kandungan zat gizi dan harganya
c. Mencatat kebutuhan zat gizi ternak yang bersangkutan,
d. Melakukan. perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan komposisi bahan yang total kandungan
zat gizinya paling sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ternak.
Untuk memenuhi kebutuhan mineral micro dan vitamin peternak dapat menambahkan
supplement mineral/vitamin premix yang dengan mudah diperoleh di pusat-pusat penjualan
makanan ternak.
Pada tingkat peternak kecil ketersediaan kalkulator dapat membantu, namun pekerjaan
akan jauh lebih mudah kalau ada akses komputer. Contoh jenis ransum babi dapat dilihat
pada Tabel 11. Yang penting perhatikan bahwa ransum haruslah bisa menyediakan energi,
protein dan mineral/vitamin yang dibutuhkan oleh ternak. Oleh karena sumber protein
adalah bahan yang harganya relatif mahal, maka, bahan/sumber protein haruslah dipilih
yang lebih murah. Umumnya sumber protein nabati harganya lebih rendah,

69
tetapikualitasnya inferior dari protein hewani. Perlu dicatat bahwa ransum yang disusun dari
berbagai jenis bahan umumnya .lebih baik dari yang disusun dari dua atau tiga jenis bahan
saja mengingat adanya efek sating menutupi (complementary effect) dari masing-masing bahan
tersebut.
Tabel 11. Kebutuhan nutrisi untuk induk babi dan pejantan

Induk kering,
Zat pakan Satuan bunting dan Induk menyusui
pjantan
% 12 13
Protein kasar
g/hari 228 689
Digestibel energy Kcal/kg diet 3340 3340
(D E) Mcal/hari 6,3 17,7
Kcal/kg diet 3210 3210
Metabolisabel
Mcal/hari 6,1 17,0
energy (ME)
Ca % 0,75 0,75
g/hari 14,2 39,8
P % 0,60 0,60
__q/hari 11,4 31,8
Na % 0,15 0,20
g/hari 2,8 10,6
Cl % 0,12 0,16
g/hari 2,3 8,5
Lysine % 0,43 0,60
g/hari 8,2 31,8
Konsumsi Pakan Kg DM/hari 1,9 5,3
Sumber : NRC (1988)

Tabel 12. Susunan Ransum Babi Lepas Sapih


Weaner(<20kg) with expected daily gain 300 – 400 g

Bahan - berat SK DE M+C Harga


CP (g) ly.av(g) Ca(g) P.av(g)
bahan (kg) (g) (MJ) (g) (RP)
jagung 0.35 8.75 33.6 5.075 1.365 0.84 0.07 0.28 350
Rice
Brand 0.17 15.3 17.17 2.55 0.714 0.663 0.119 0.884 102
wheat
Polard 0.1 7.5 15.1 1.18 0.63 0.57 0.15 0.22 80
coconut
meal 0.12 14.64 26.04 1.62 0.948 0.852 0.192 0.216 84
soybean 0.15 8.25 54.75 2.925 1.62 2.985 0.36 0.255 375
fish Meal 0.09. 47.61 1.125 1.476 3.168 6.561 3.663 450
lys 0.002. . . . . 2 ? ?

70
DiCa-P 0.01 . . . . . 2.33 1.8 ?
garam 0.01. . . . . . . ? ?
vitamin mix sesuai label
kemasan ? ?
total 1.002 54.44 194.27 14.475 6.753 11.078 9.782 7.318 ?
Tabel 13. Susunan Ransum Babi Masa Pertumbuhan
Grower (20 – 50 Kg) with expected daily gain 400 - 500

Bahan - berat SK DE M+C Harga


CP (g) ly.av(g) Ca(g) P.av(g)
bahan (kg) (g) (MJ) (g) (RP)
jagung 0.3 7.5 28.8 4.35 1.17 0.72 0.06 0.24 300
Rice
Brand 0.25 22.5 25.25 3.75 1.05 0.975 0.175 1.3 175
wheat
Polard 0.13 9.75 19.63 1.534 0.819 0.741 0.195 0.286 137.15
coconut
meal 0.1 12.2 21.7 1.35 0.79 0.71 0.16 0.18 70
soybean 0.13 7.15 47.45 2.535 1.404 2.587 0.312 0.221 325
fish Meal 0.07. . 37.03 0.875 1.148 2.464 5.103 2.849 350
lys 0.002. . . . 2 . . ? ?
DiCa-P 0.01 . . . . 2.33..- 1.8 ? ?
garam 0.01. . . . . . . . ?
vitamin mix sesuai label
kemasan ?
total 1.002 59.1 179.86 14.394 6.381 10.197 8.335 6.876 ?
Tabel 14. Susunan Ransum Babi Penggemukan
Finisher (50 – 100 kg) with expected daily gain 500 g or more

Bahan - berat SK DE M+C Harga


CP (g) ly.av(g) Ca(g) P.av(g)
bahan (kg) (g) (MJ) (g) (RP)
jagung 0.3 7.5 28.8 4.35 1.17 0.72 0.06 0.24 300
Rice Brand 0.28 25.2 28.28 4.2 1.176 1.092 0.196 1.456 196
wheat
Polard 0.14 10.5 21.14 1.652 0.882 0.798 0.21 0.308 147.7
coconut
meal 0.1 12.2 21.7 1.35 0.79 0.71 0.16 0.18 70
soybean 0.12 6.6 43.8 2.34 1.296 2.388 0.288 0.204 300
fish Meal 0.04. . 21.16 0.5 0.656 1.408 2.916 1.628 200
lys 0.001 . . . . . 1 . . ?
DiCa-P 0.01 . . . . . 2,33 1,8 ?
garam 0.01. . . . . . . . ?
vitamin mix sesuai label
kemasan ?
total 1.001 62 164.88 14.392 5.97 8.116 6.16 5.816?
Catatan
1. Biji kedele disangrai dulu selama 10-15 menit, terus digiling
71
2. Harga lysine, kalau tidak salah sekitar 4-5 dollar autralia/kg
3. Makanan pejantan sama dengan dry sow dengan total intake sekitar 2 - 2.5 kg/hari
4. Bagi induk bunting, intakenya sekitar 3-3.5 kg tergantung jumlah anaknya

4. Pemberian pakan untuk breeding


Biaya pakan untuk ternak babi menempati proporsi biaya tertinggi dari biaya
operasional, sehingga teknik dan strategi pemberian pakan yang rasional dan murah_perlu
mendapat perhatian peternak.
Alokasi biaya pakan babi, digunakan untuk keperluaan induk /pejantan(breeding
stock), dan anak babi periode growing, finishing ( fattening /penggemukan). Dalam usaha
peternakan pemberian pakan pada induk dan pejantan tidak memberikan nilai tambah,
tetapi pada babi fattening akan memberikan pertambahan berat badan (PBB), yang
indikasinya dapat diketahui dari angka feed convertion ratio (FCR) dan feed cost gain.
Berdasarkan alasan tersebut dan untuk efisiensi biaya pakan, maka proporsi jumlah induk
harus dibuat seifisien mungkin dengan rasio induk / pejantan yang efisien 30 : 1 bila S/C =1
dan 15 :1 bila S/C = 2.
Tabel 15. Contoh ransum babi dengan bobot badan tertentu
Pregnant Sow Ration

Bahan - berat SK DE M+C Harga


CP (g) ly.av(g) Ca(g) P.av(g)
bahan (kg) (g) (MJ) (g) (RP)
jagung 0.2 5 19.2 2.9 0.78 0.48 0.04 0.16 200
Rice
0.5 45 50.5 7.5 2.1 1.95 0.35 2.6 350
Brand
wheat
0.1 7.5 15.1 1.18 0.63 0.57 0.15 0.22 105.5
Polard
coconut
0.15 18.3 32.55 2.025 1.185 1.065 0.24 0.27 105
meal
soybean 0.03 1.65 10.95 0.585 0.324 0.597 0.072 0.051 75
fish Meal . . . . . 1 . ?
lys 0.01 . . . . . 3.5 . ?
DiCa-P 0.01. . . . . . . . ?
garam . . . . . . . . ?
vitamin mix sesuai label
kemasan
total 1 77.45 128.3 14.19 5.019 5.662 4.352 3.301 ?

Kebutuhan nutrien untuk breeding stock (induk / pejantan) berbeda tergantung pada
kondisi dan berat badan.
Dalam manajemen pakan, beberapa faktor yang -perlu diperhatikan adalah:

72
1. Menyusun ransum dengan harga bahan pakan yang murah, tanpa mengurangi
kualitas nutrisinya, dan tersedianya harus kontinyu.
2. Bahan pakan tidak beracun.
3. Jumlah dan susunan ransum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi babi (gilt, sow,
boar, induk bunting, induk beranak dll)
4. Pemberian pakan berserat kasar rendah (kubis, kangkung dll) digunakan untuk
suplementasi vitamin.
5. Agar tidak mengganggu proses kelahiran, pemberian bungkil kelapa tidak dalam
proporsi yang dominan (maksimal 10 %).
6. Minyak kelapa sebagai sumber energi maksimal 15 %.
7. Bahan pakan yang palatabilitasnya tinggi periu diberika (tepuiig jagutig, singkong/gaplek).
8. Penggunaan molases yang ideal ± 10 %, meskipun dapat ditolerir sampai 30 %, pemberian
terlalu tinggi menyebabkan diare. Molase berfungsi untuk menambah palatabilitas.
9. Pemberian pakan (katul, dedak, jagung, dan singkong) sebaiknya dimasak untuk
meningkatkan daya cernanya dan membunuh/menghindari timbulnya bibit penyakit.
10. Untuk mempermudah pencernaan, ukuran partikel yang kecil.
11. Air harus cukup tersedia terutama untuk air minum.
Manajemen Pakan Pada Breeding meliputi
1) Managemen pakan babi bibit yaitu:
a. Pemberian pakan babi dara (sebelum kawin)
b. Pemberian pakan selama bunting
c. Pemberian pakan sesaat dansesudah melahirkan
d. Pemberian pakan selama laktasi
e. Pemberian saat penyapihan
f. Pemberian pakan setelahpenyapihan sampai kawin
2) Pemberian pakan anak menyusu (Creep feeding)

1. Manajemen pakan babi bibit.


Periode selama bunting dan laktasi merupakan periode yang paling kritis dari
seluruh siklus reproduksi. Pemberian pakan yang berkualitas balk dan tersedianya zat-
zat pakan yang cukup sangat diperlukan untuk; 1) pertumbuhan foetus, 2) pertumbuhan uterus
dan selaput uterus, 3) perkembangan kelenjar susu, 4) produksi susu, 5) perkembangan tubuh
dan 6) pergantian jaringan tubuh yang terkuras selama laktasi.
Defisionsi zat – zat pakan sangat berpengaruh terhadap penampilan reproduksi induk.

73
Defisiensi vitamin A akan mengakibatkan absorbsi fetus dan anak yang dihasilkan lemah dan
abnormal. Defisiensi riboflavin mengurangi laju konsepsi dan anak yang dengan persendian
abnormal. Defisiensi asam pantothenat dapat mengurang jumlah anak yang lahir. Kandungan
Ca dan P dalam ransum yang cukup.
a. Pemberian pakan babi dara (sebelum kawin)
Pembatasan pakan pada babi dara merupakan tindakan kurang bijaksana dan menghambat
masa pubertas. Pemberian Ca dan P ditingkatkan sebum perkawinan.
Pemberian pakan babi dara secara ad-libitum sampai sesaat akan kawin, dan setelah kawin
dikurangi menjadi maksimum 2,3 kg /ekor /hari untuk babi berat 65 -70 kg.
b. Pemberian pakan selama bunting
Pemberian pakan sebanyak 1,8 - 2,3 kg / ekor/ hari selama bunting sudah cukup memadai
pemberian pakan yang berlebihan dapat kurang ekonomis dan terlalu gemuk dan jumlah anak
per partus makin turun. Adanya korelasi negatif antara konsumsi pakan selam bunting dengan
konsumsi pakan selama laktasi. Oleh karena itu pemberian pakan selama bunting sebaikknya
tidak bertlebihan. Pemberian pakan sesaat dan sesudah kelahiran sebaikkanya konstan.
Keuntungan lain pembatasan pakan selama bunting adalah:
1. Embrio yang hidup meningkat.
2. Kesukaran induk saat melahirkan berkurang.
3. Lebih jarang anak yang matitertindih induk
4. Kehilangan bobot badan selama laktasi kecil
5. Biaya ransum drastis berkurang
6. Kejadian mastitis jarang
7. Jangka waktu reproduksi panjang
Tiga Cara pembatasan pemberian energi selamabunting yakni:
1. meberikan ransum berenergi tir igggi tetapi dibatasi
2. pemberian pakan dilewati sehari
3. pemberian pakan bebas yang berserat kasar tinggi

c. Pemberian pakan sesaat dan sesudah melahirkan.


Pemberian pakan sehari sebelum dan sesudah melahirkan dibedakan. Pemberian
pakan yang tinggi sehari sebelum melahirkan mengakibatkan usus penuh makanan
menyebabkan kelahiran seret /terhambat dan diduga sebagai salah satu penyebab mastitis.
Sebaliknya bila terlalu dibatasi menyebabkan induk gelisah dan meningkatkan anak mati
terinjak induk meningkat. Sebaiknya pertahankan jumlah pakan yang diberikan seperti

74
halnya selama bunting. Pemberian pakan yang cukup setelah melahirkan. Pemberian
pakan pekamba (bulky) sebelum melahirkan dianggap dapat mencegah konstipasi dan
mengurangi mastitis namun tidak terbukti dan tidak efektif (perlu). Pemberian anti biotik dalam
ransum induk saat melahirkan dapat mengurangi kejadian agalaksia dan infeksi uterus,
peningkatan anak yang hidup dan bobot sapih anaknya meningkat 5 %.
d. Pemberian pakan selama laktasi
Pemberian pakan selama Iaktasi sebaiknya ransum penuh sesuai kebutuhannya
dan tergantung pada jumlah anak yang disusui dan sebagai patokan jumlah pakan yang
disedian 2 kg untuk induk dan ditambah 0,5 kg bagi setiap anak. Bila 10 hari setelah
melahirkan air susunya kurang lancar perlu diteliti ransumnya terutama kandungan Ca dan
P, mungkin terlalu rendah atau sebaliknya dengan kandungan P yang lebih tinggi daripada
Ca. Diupayakan bobot induk dapat dipertahankan selama laktasi. Peningkatan konsumsi
pakan terus diusahakan dengan jalan meningkatkan energi ransum, prekuensi pemberian
ditingkatkan (lebih sering), menyediakan kerangkeng pengasuh anak memberi peluang
makan yang banyak, dan pakan dibasahai atau dipelet dapat meningkatkan konsumsi pakan.
Protein harus cukup dalam ransummempercepat berani dan konsepsi setelah anak disapih
tertama pada induk laktasi pertama.

e. Pemberian pakan saat penyapihan


Upaya untuk memempercepat menstop produksi susu dengan memuasakan/menstop
makan dan minum induk setelah penyapihan anak akan memperpanjang interval waktu
dari penyapihan ke perkawinan berikutnya. Mungkin cara terbaik untuk memberhentikan
produksi susu induk adalah dengan membiarkan air susu menumpuk didalam ambing. Hal
ini mengakibatkan tekanan di dalam kelenjar susu akan efektif dan cepat seklali
menghentikan sekresi air susu dan merangsang berahi cepat kembali.
f. Pemberian pakan setelah penyapihan sampai kawin
Tingkat pemberian pakan jangka waktu dari penyapihan sampai kawin harus
mampu mendorong pelepasan ovum yang banyak, pertunasan dan inplantasinya
berhasil. Banyak induk kelahiran pertama mengalami kesulitan mengawinkan kembali,
disebabkan karena induk tersebut kodisinya kurus dan adanya tekanan dari induk yang lebih
tua setelah penyapihan anak. Untuk itu hendaknya induk-induk diberi makan terpisah setelah
penyapihan. Induk muda kurus hendaknya diberi makan yang lebih banyak dari induk tua
sehingga laju konsepsi, jumlah anak dan waktu untuk kawin kembali dapat diperbaiki.

75
Setelah kawin pakan dikurangi dan cukup untuk memelihara tubuhnya saja. Pemberian
antibiotik (aureo-SP-250 1g/hari) dalam ransum selama waktu dari penyapihan sampai
perkawinan telah terbukti 9 % memperbaiki laju kelahiran dan pertambahan 0,2 anak
perkelahiran pada kelahiran berikutnya.

2. Pemberian pakan anak menyusu (Creep feeding)


Pakan creep feeding untuk babi prae stater (umur 3-4 minggu) dan stater (umur 5 sampai
disapih) dengan kandungan protein masing-masing 23, 7 %dan 19,69 %. seperti tertera pada
tabel 16.
Meskipun air susu induk sesungguhnya sudah memenuhi kebutuhan akan zat pakan
untuk menopang pertumbuhan anaknya kecuali zat besi. Akan tetapi produksi susu
mencapai maksimum hanya sampai minggu Ketiga dan setelah itu menurun secara
perlahan, sedangkan kebutuhan zat-zat akan semakin meningkat, hal ini hanya dipenuhi
dari pemberian tambahan zakan selama menyusu (Creep feed = pakan krip) agar
pertumbuhan anakanaknya tinggi. Perobahan yang mendadak pemberian susu ke
pakan convensional merupakan stres nutrisional. Introduksi pakan padat berangsur angsur
selama periode menyusu akan merangsang perkembangan saluran alat pencernaan dan enzim
pencernaan dan memperkecil faktor penghambat pertumbuhan anak setelah sapih.
Tabel 16. Susunan ransum prae stater diet dan stater diet
Bahan pakan Prae stater diet (%) Stater diet
Tepung jagung kuning 36,5 51,5
Bungkil kedelai 10 10
Tepung ikan 10 10
Molases/gula 5 5
Skim milk powder 30 15
Minyak kelapa 5 5
Ca2(PO4)3 2 2
Suplemen, vitamin,mineral, 1 1
Antibiotik
Analisa:
 Protein 23,7 19,7
 lemak 7,4 7,72
 serat kasar 1,9 3,25
 Ca 1,39 1,32
 P 0,96 0,81

76
Manfaat pakan krip adalah :
1. Anak lebih berbobot saat disapih,
2. Kondisi tubuh induk Iebih balk saat anak disapih,
3. Memperkecil hambatan pertumbuhan anak setelah disapih
Pakan krip harus enak, padat gizi dan mengandung zat-zat pakan yang sesuai dengan
sistem pencernaan anak babi. Pakan krip awal disusun dari bahan susu skim dan tambahan
lemak dan sedikit tambahan produk bukan susu seperti pati, sukrose dan protein dari butiran
yang berkualitas baik. Pada umur sekitar 4 minggu bahan pakan krip dari produk sususudah
dapat diganti dengan serealia dan protein bberkualitas tinggi. Butiran berenergi tinggi jagung
dan gandum, sedangkan sumber protein mudah dicerna yaitu bungkil kedelai sangat cocok
untuk pakan prapemula yang relatif murah harganya. Tepung ikan, susu skim kering, wei
kering, gula dan lemak hewan biasanya ditambahkan untuk meningkatkan citarasa ransum.
Penambahan 10 % minyak babi nyata memperbaiki pertumbuhan anak babi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan krip adalah:
1) Cara pemberian pakan
2) Citarasa pakan
3) Lingkungan
4) Produksi dan konsumsi susu induk
5) Kesehatan, ketegaran dan laju pertumbuhan anak babi
6) Ketersediaan air minum
Pemberian pakan krip pada anak babi berumur 7 hari sudah dapat mulai diajar
dengan disuguhkan dilantai, dan umumnya pemberian pakan krip mulai minggu ke tiga.
Pemberian pakan ini sampai umur 7 minggu dan pakan yang dihabiskan sebanyak 2,5 kg.
Pakan krip dalam bentuk pelet dapat merangsang nafsu makan dan sebaikknya disimpan pada
ruang yang kering dan sejuk diluar kandang anak.
Mengasuh anak babi yang piatu, sebagai pengganti kolostrum yang sangat penting untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya dapat digunakan kolostrum sapi (sebagai sumber
immunoglobulin). Susu pengganti pada babi yang piatu dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai
berikut: 950 ml susu sapi, 2 sendok makan gula, satu butir telur, ditambah unsur besi dan
antibiotik. Campuran ini diberikan kepada setiap ekor anak babi 3 kali sehari sebanyak
100 nil setiap pemberian sampai anak babi mulai makan pakanan padat.
3. Pemberian pakan untuk fattening
Anak babi lepas sapih (20 kg) sampai umur potong (BB 80 - 100 kg) secara
normal mengalami pertumbuhan sesuai dengan kurve sigmoid (huruf S). Laju pertumbuhan

77
yang tinggi dicapai pada umur menjelang dan selama pubertas, sesudah itu laju
pertumbuhan menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan adalah: keseimbangan ransum,
faktor genetis, kondisi pakan (berjamur), kondisi air minum, penyakit dan parasit, Iingkungan dan
kondisi menejemen yang diteraplkan.
Indikator untuk menilai efisiensi penggunaan pakan pada grower-finisher dengan
mengukur angka FCR dan feed cost gain. Proses penggemukan semakin lama yang
didominasi oleh deposisi lemak, angka konsumsi pakan semakin tinggi dan feed cost/ gain
semakin besar. Imbangan antara biaya pakan (feed cost) dengan nilai finansial 1 kg gain,
menentukan kapan seharusnya babi penggemukan dijual atau dipotong. Namun demikian,
deposisi lemak yg meningkat selama proses penggemukan juga mengakibatkan nilai
produk pemotongan untuk setiap unit berat badan juga menurun, dan nilai finansial 1 kg gain
juga menurun.
Respon konsumen terhadap kualitas karkas (daging babi), termasuk selera,
keempukan dan nilai gizi juga akan mempengaruhi harga daging babiKebutuhan nutrisi untuk
babi periode growing-finishing tertera pada table 17
Dari tabel 17 terlihat bahwa semakin tinggi berat badan, kebutuhan proteim
kasar dalam ransum secara proporsional menurun, namun demikian konsumsi pakan semakin
tinggi, maka secara komulatif konsumsi protein tetap meningkat. Hal yang sama terjadi pada Ca, P, Na,
CL dan Systein. Sedangkan kandungan energi (DE dan ME) ransum terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya berat badan, sehingga pemenuhan kebutuhan akan energi yang
sernakin banyak akan terpenuhi.
Babi yang termasuk ternak nonruminansia juga memerlukan mineral dan vitamin
yang cukup, dianjurkan pemberiannya melalui pakan tambahan (feed supplement). Kebutuhan
akan serat kasar maksimal 7 % , sehingga pemberian hijauan yang berserat kasar rendah
sangat diperiukan seperti kangkung dan kubis yang dapat pula mencegah defisiensi mineral
dan vitamin.
Dalam penyusunan ransum konsentrat pada periode growing-finishing, disampang
memperhatikan faktor kecukupan nutrisinya (protein, energi, Ca dan P), juga diperhatikan
harga dari bahan pakan penyusun konsentrat. Untuk menekan biaya pakan antara lain
dengan menggunakan bahan pakan dari hasil sisa prosessing industri pertanian (katul, dedak,
bungkil keiapa, tepung ikan dll), limbah restoran, rumah makan, tepung bekicot, tepung daging
cacing dll.
Oleh karena itu pengembangan teknologi yang inovatif dalam rangka memperoieh

78
bahan pakan yang murah, tetapi memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, perlu mendapat
perhatian.
Cara pemberian pakan babi (grower, finsher maupun breeding stock) yakni
1. secara wet feeding
2. secara dry feeding
Tabel 17. Kebutuhan Nutrisi untuk babi Periode growing - finshing
Variabel Satuan 5-10 kg 10-20 20-50 50 - 100
PBB G/hari 250 450 700 820
Efisiensi PBB/feed 0 543 0 474 0 368 0,264
Efisiensi Feed/PBB 1 84 211 271 3,79
0
Protein / 20 18 15 13
kasar g/hari 92 171 285 404
Digestibel Kcal/hari 1560 3230 6460 10570
energy (DE)
Metabolisab Kcal/kg diet 3240 3250 3260 3275
el energy kcal/hari 1490 3090 6200
(ME) 10185
% 0 80 0,70 0,60 0,50
Ca
g/hari 37 6,6 11,4 15,6
% 0,65 0,60 0,50 0,40
P
g/hari 30 5. 7 9,5- 12,4
% 010 0, 10 0,10 0,10
Na
g/hari 0.5 1,0 19 3,1
% 0,08 0,08 0,08 0,08
CI
g/hari 04 08 1,5 2,5
% 0 85 0 70 0,60 0,50
Lysine
g/hari 5,3 9,0 14,3 18,7
Konsumsi g /hari
460 950 1900 3110
Pakan (90%DM)

Wet feeding adalah: pemberian pakan yang diiakukan dalam kondisi basah, yaitu
ransum dan air dicampur.
Keuntungan cara ini adalah:
a. konsumsi pakan lebih banyak
b. waktu konsumsi lebih pendek, karena bila terlalu lama cepat menjadi busuk.
c. lebih praktis
d. tidak menimbuikan iritasi mata pada babi
Dry feeding adalah pemberian pakan dalam kondisi kering dan pemberian air terpisah.
Keuntungan pemberian pakan ini adalah ransum yang dikonsumsi lebih merata, sehingga
pertumbuhan babi lebih uniform dan dapat mengkonsumsi dalarn jangka waktu yang lebih
lama, karena tidak cepat membusuk. Penggunaan tenaga kerja lebih efisien.

79
Pemberian pakan dengan sistem keiompok dan individu mempunyai keuntungan dan
kerugian sbb:

Kelompok Individual
1. Iebih ekonomis karena menghemat tenaga 1. kurang ekonomis,tenaga tidaefisien
kerja 2. penyakit Iebih mudah terditeksi
2. penyakit mudah tersebar dan menular 3. tidak kompetitif,pertumbuhanIebih
3. adanya kompetitif dalam mendapatkanpakan, merata
sehingga pertumbuhan tidakmerata 4. data yang diperolehlebih akurat
4. untuk kepentingan penelitian, kurang akurat
datanya.

Keuntungan dan kerugian pemberian pakan antara : wet feeding vs dry feeding, kelompok
vs individu, merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan peternak dalam rangka
manajemen feeding. Di samping itu, fasilitas tempat pakan (self feeder) yang aplikasinya dapat
menghemat tetanga kerja. Pemberian pakan self feeder umumnya digunakan untuk grower dan
finsher dan dibuat secara portabel, keuntungan sistem ini adalah makanan yang tersisa dapat
ditekan seminimal mungkin, babi dapat makan secara teratur, pakan tidak berserakan, tidak
tercemar oleh kotoran, serangga, mudah dibersihkan dan persedian pakan dapat Iebih lama.
namun biaya untuk membuat instrument tersebut cukup mahal. Pakan pada ternak babi yang
didominasi oleh pakan konsentrat, dengan kadar bahan kering yang tinggi, sehingga babi
memerlukan air minum yang cukup banyak.

5. Evaluasi
Pada penggemukan babi ada beberapa parameter yang digunakan sebagai indikator untuk
mengevaluasi pakan yang diberikan yaitu:
a. Konsumsi pakan, yang terkait dengan palatibiltas ransum yang disusun.
b. Pertambahan berat badan atau pertambahan oerat badan harian (average daily gain =
ADG).ternak yang pertumbuhannya cepat, nilai dari gain danADG juga tinggi. rain dan
ADG rrari ternak sebagian bestir ditentukan oleh konsumsi pakan dan nilai nutrisiransum
yang diberikan.
c. Feed convertion ratio (FCR), adalah perbandingasn yang menunjukkan banyaknya
jumlah pakan (kg) dalam bahan kering (BK) yang diperlukan untuk menghasilkan gain
sebesar 1 kg. FCR yang baik ditunjukkan dengan anggka yang serendah mungkin. FCR
juga menunjukkan indikasi, apakah ternak tersebut efisien atau tidak dalam penggunaan
pakan. Hasil menunjukkan bahwa FCR pada babi sekitar 2 - 4, paling efisien
dibandingkan dengan ternak potong lainnya yakni umumnya lebih besar dari 6 ( misalnya :

80
sapi, kerbau, kambing dan domba).
d. Feed Cost Gain adalah besarnya biaya pakan yang diperlukan oleh ternak untuk
menghasilkan 1 kg gain. Secara zooteknis, angka FCR sudah cukup untuk menilai
sejauh many kemapuan ternak dalam penggunaan pakan. namun demimikian dari aspek
ekonomi, yang juga harus diperhatikan adalah besarnya feed cost gain. Feed cost gain
(FCG) dinilai balk apabila anggka yang diperoleh serendah mungkin, yang berarti dari segi
ekonomi penggunaan pakan efisien (murah). Untuk mendapatkan FCG yang rendah
maka pemilihan bahan pakan untuk menyusun ransum, juga harus semurah mungkin dan
tersedia secara kontinyu (misalnya penggunaan limbah pertanian yang tidak kompetitif).
e. Berat potong dan kualitas karkas . Untuk meghasilkan karkas (daging dan tulang) dengan
daging yang maksimal, maka harus diusahakan berat hidup saat dipotong yang maksimal
pula. Namun demikian ditinjau dari kualitas daging dan kepentingan peternak, penentuan
berat hidup saat dipotong tidak mengacu pada berat hidap yang maksimal. Sebagai
contoh pada babi berat potong yang ideal sekitar 80 kg, meskipun babi tersebut dapat
mencapai berat potong lebih dari 100 kg. Ditinjau dari aspek manajemen pakan,
pertimbangan ekonomi dan kualitas daging, penentuan berat potongOptimal, sangat
menentukan dalam implementasi prinsip manajemen pakan ternak babi.
f. Berat karkas pada ternak babi adalah hasil pemotongan dari ternak setelah dikurangi
darah, bulu dan organ dalam. Jadi pada babi, kepala, kulit dan kaki sebagai bagian dari
karkas. Sebagian pakar memasukkan organ ginjal sebagai bagian karkas, tetapi
sebagian yang menyatakan bahwa ginjal termasuk organ dalam (tidak termasuk
karkas). Persentase berat karkas babi sekitar 60 %, dengan meat bone ratio diharapkan
sekitar (1 : 3) dan sedikit lemak.

Evaluasi pakan pada breeding (perkembang-biakan) antara lain :


a. Konsumsi pakan
b. Kondisi ternak ternak
c. Letter size (jumlah anak yang dilahirkan per kelahiran )sekirar 10 ekor dan mampu
melahirkan minimal 2 kali setahun.
d. Jumlah yang disapih tinggi (sekitar 8-9 ekor) dengan berat sapih yang tinagin
e. Biaya pakan (feed cost) pemeliharaan induk serendah mungkin.

81

Anda mungkin juga menyukai