Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENGAUDITAN 1

RESUME MATERI PERTEMUAN KE-5


SITI NUR HILMIN (041911535021)
AKUNTANSI
PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA BANYUWANGI

BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)


1. Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk
mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam
meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua
informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman
pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi
tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain.
Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar
pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan."
Karena ada empat kata penting dalam standar tersebut yang perlu dijelaskan yaitu (1)
Bukti (2) Cukup (3) Kompeten (4) Sebagai dasar yang layak.
2. Tujuan Bukti Audit
Adapun tujuan bukti audit (Anonim : 2012) yaitu :
a) Membantu membuat keputusan tentang penilaian risiko dengan
mempertimbangkan salah saji berupa potensial yang akan mungkin terjadi.
Penilaian risiko audit adalah proses rekursif penelusuran bukti untuk
menentukan keyakinan dan menilai keaslian dan kebenaran bukti audit guna
mendukung penerbitan opini. Risiko audit merupakan salah satu yang menjadi
perhatian auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab profesionalnya
dan kemungkinan adanya risiko audit. Risiko audit dapat ditimbulkan dari tingkat
penemuan yang direncanakan dalam menghadapi irregularities, misalnya related
party transaction (transaksi perusahaan induk dan anak atau transaksi antar
keluarga); client misstate (klien melakukan penyimpangan; kualitas komunikasi
(klien tidak kooperatif); initial audit (klien baru pertama kali audit); klien
bermasalah (Anonim : 2011).
b) Membantu menentukan prosedur audit yang cocok dengan asersi dan penilaian
resiko.
Asersi sangat penting karena membantu auditor dalam memahami bagaimana
laporan keuangan mungkin disalah sajikan dan menuntun auditor dalam
mengumpulkan bukti (Anonim :2009).
3. Manfaat Bukti Audit
Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit merupakan langkah awal yang
baik dan sangat menentukan tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas audit yang
dilakukan. Dengan demikian, auditor harus mengidentifikasi secara jelas sifat, mutu,
dan jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan. Adapun manfaat bukti audit (Agung
Rai : 2008) adalah sebagai berikut :
1) Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
audit. Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat bergantung pada bukti audit
ini.
2) Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan
pelaksanaan audit. Oleh karena itu, bukti-bukti audit harus mendapatkan
perhatian auditor sejak tahap perencanaan audit sampai dengan akhir proses audit.
4. Kecukupan Bukti Audit
Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti
audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan
pendapatnya. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk
mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah
mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor
independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat pengarahan (persuasive evidence)
daripada bukti yang bersifat menyakinkan (convincing evidence).
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Hal ini
berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan kecukupan bukti audit
adalah:
 Materialitas. Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat
materialitas laporan keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti
audit memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas,
semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat
materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan pun akan semakin
sedikit.
 Risiko Audit. Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki
hubungan yang terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang
diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya
tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang
lebih banyak.
 Faktor-Faktor Ekonomi. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya
ketika menghimpun bukti audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang
akan digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam
memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas.
Auditor harus memperhitungkan apabila setiap tambahan waktu dan biaya untuk
mengumpulkan bukti audit memberikan manfaat terhadap kuantitas dan kualitas
bukti yang dikumpulkan.
 Ukuran dan Karakteristik Populasi. Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti
audit memiliki hubungan yang searah. Semakin besar populasi, semakin besar
jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasi. Sebaliknya, semakin
kecil ukuran populasi, semakin kecil pula jumlah sampel bukti audit yang diambil
dari populasi. Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau
variabilitas unsur individu yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan
lebih banyak sampel bukti audit dan informasi yang lebih kuat atau mendukung
tentang populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
5. Kompetensi Bukti Audit
Bukti disebut kompeten sepanjang bukti tersebut konsisten dengan fakta, yaitu sah
atau valid. Berikut adalah hal-hal untuk menilai kompeten tidaknya suatu bukti:
1) Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang dapat dipercaya lebih kompeten
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pihak yang diaudit.
2) Bukti yang dikembangkan dari sistem pengendalian yang efektif lebih kompeten
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pengendalian yang lemah atau
yang tidak ada pengendaliannya.
3) Bukti yang diperoleh secara langsung melalui audit fisik, pengamatan,
perhitungan, dan inspeksi lebih kompeten dibandingkan dengan bukti yang
diperoleh secara tidak langsung.
4) Dokumen asli dianggap lebih kompeten dibandingkan dengan fotokopi atau
tembusannya.
5) Bukti kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang memungkinkan orang
berbicara dengan bebas lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian
yang diperoleh dalam kondisi yang tidak bebas.
6) Bukti kesaksian yang diperoleh dari individu yang independen atau pakar
mengenai bidang tersebut lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian
yang diperoleh dari individu yang memihak atau yang hanya memiliki
pengetahuan awam mengenai bidang tersebut.
Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat
dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian intern
klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti yang
berupa informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor, berikut ini :
 Relevansi Bukti. Bukti audit yang relevan adalah yang sesuai atau tepat jika
digunakan untuk suatu maksud tertentu. Bukti yang relevan lebih kompeten
daripada bukti yang tidak relevan. Sebagai contoh pengamatan fisik persediaan
yang di auditor relevan digunakan untuk menentukan keberadaan persediaan.
Namun, pengamatan fisik persediaan tidak relevan digunakan untuk menentukan
apakah persediaan tersebut benar-benar dimiliki perusahaan.
 Sumber Informasi Bukti. Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap
kompetensi bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak
luar entitas yang independen merupakan bukti yang paling tepat dipercaya. Bukti
semacam ini memberikan tingkat keyakinan atas keandalan yang lebih besar
daripada bukti yang diperoleh dari internal entitas atau dari dalam perusahaan.
 Ketepatan Waktu. Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal
pemakaian bukti audit. Ketepatan waktu sangat penting, terutama dalam
melakukan verifikasi atas aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit
terkait karena berkaitan dengan apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan
secara tepat. Bukti yang diperoleh mendekati tanggal neraca lebih kompeten
dibanding bukti yang diperoleh jauh dari tanggal neraca.
 Objektivitas. Bukti audit yang bersifat objektif lebih dapat dipercaya atau reliabel
dan kompeten daripada bukti audit yang bersifat subjektif. Dalam menelaah bukti
subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus mempertimbangkan
kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan menentukan ketepatan
proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.
6. Pendekatan Pengumpulan Bukti
Pengumpulan bukti dilakukan dari 2 arah secara simultan (top-down & bottom-up) :
 Top-down audit evidence
Fokus kepada perolehan pemahaman bisnis dan industri klien, tujuan dan sasaran
manajemen, penggunaan sumber-sumber untuk mencapai tujuan, keunggulan
kompetitif organisasi klien, proses bisnis yang utama, earnings dan cash flow
yang dihasilkan.
Tujuan memperoleh pengetahuan tentang perusahaan klien dan mengembangkan
harapan auditor terhadap laporan keuangan.
 Bottom-up audit evidence
Fokus kepada pengujian-pengujian secara langsung terhadap transaksi-transaksi,
saldo-saldo akun, dan sistem yang mencatat transaksi dan menghasilkan saldo-
saldo akun.
Tujuan memperoleh dan bukti-bukti yang mendukung transaksi-transaksi dan
saldo-saldo akun dalam laporan keuangan.
7. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
1) Penentuan Prosedur Audit Yang Akan Digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Contoh
prosedur audit disajikan berikut ini.
 Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi
uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
 Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua
minggu setelah tanggal neraca.
 Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan
oleh klien.
2) Penentuan Besarnya Sampel
Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor
untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang
satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang
lain.
3) Penentuan Unsur Tertentu Yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih
harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk
diperiksa.
4) Penentuan Waktu Yang Cocok Untuk Melaksanakan Prosedut Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu,
biasanya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera
awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu
minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.
8. Prosedur Audit Yang Biasa Dilakukan Oleh Auditor
Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi :
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan catatan-
catatan atau kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi
fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor akan dapat menaksir keaslian dokumen,
atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang mungkin dilakukan.
2) Pengamatan
Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat
pelaksanaan suatu kegiatan.
3) Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
4) Permintaan keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan
meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini
adalah bukti lisan dan dokumenter.
5) Penelusuran
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelurusan informasi
sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan
dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6) Pemeriksaan dokumen pendukung.
Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi:
 Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mengdukung suatu transaksi atau
data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
 Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
7) Perhitungan
Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas dan
pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
8) Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelidikkan lebih mendalam.
9) Pelaksanaan ulang
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.
Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi yang
telah dilakukan oleh klien.
10) Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik,
auditor perlu menggunakan teknik audit berbantuan komputer dalam
menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan diatas.
9. Sifat Dan Jenis Bukti Audit
1) Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)
Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku
pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar
lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi
secara keseluruhan.
 Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat
digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor
harus mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah
melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan
bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
 Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut
melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan
bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah
dilakukan oleh klien.
2) Bukti Penguat
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui;
informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan/mengajukan
pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi), inspeksi (inspection), dan
pemeriksaan fisik (physical examination); serta informasi lain yang dikembangkan
oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Jenis2 bukti penguat :
 Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu
yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas (eksistensi aktiva) dan untuk
menentukan kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan yang
tinggi, contoh : kas, persediaan, aktiva tetap.
 Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan
atau angka atau simbol-simbol dan lain-lain, yang diperoleh melalui
pemeriksaan dokumen dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Menurut sumbernya, bukti dokumenter
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a) Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung
kepada auditor.
b) Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip
klien.
c) Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan yang berasal dari dalam (internal)
perusahaan klien. Tingkat keandalan bukti ini akan lebih lagi apabila
dikirim secara langsung kepada auditor oleh pihak luar.
 Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)
Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya
dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini
dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam perhitungan. Perhitungan
yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
a) Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
b) Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
c) Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
d) Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba
per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
 Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan
kepada klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari
pertanyaan tersebut merupakan tipe bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan
membutuhkan bukti penguat lainnya.
 Perbandingan (analitycal evidence)
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna
penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang
berkaitan dalam tahun sebelumnya. Bukti diperoleh melalui penggunaan
perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji
material, tingkat keandalan bergantung pada data yang digunakan. Contoh:
Pembandingan saldo atau rasio dengan data tahun lalu dan budget dan rata-rata
industri.
 Confirmation evidence.
Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi
kecermatan informasi tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual,
memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Contoh : konfirmasi bank, piutang,
utang.
 Pernyataan tertulis (written representation)
Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan
ditanda tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai
sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan
konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari luar
perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat
pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya.
Contoh : surat pernyataan manajemen klien.
Auditor diharuskan oleh GAAS untuk mendapatkan pernyataan tertulis dari
manajemen untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan.
 Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau
pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada
umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan
yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan
nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor
menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil
kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi
pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia
memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil
pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat
wajar dalam laporan auditnya.
10. Dokumentasi Bukti Audit (Kertas Kerja Audit)
Kertas kerja audit adalah catatan yang diselenggarakan auditor mengenai: prosedur
audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dibuat.
Manfaat utama :
1) Penunjang utama laporan audit
2) Dasar bagi supervise
3) Dasar bagi perencanaan
a) Pedoman pokok isi kertas kerja, memuat :
 Bukti yang menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai standar
auditing
 Bukti yang menunjukkan bahwa laporan keuangan dan informasi lainnya
yang dilaporkan telah sesuai dengan catatan klien
 Penjelasan mengenai keputusan yang diambil auditor terhadap
pengecualian
 Komentar/kesimpulan mengenai aspek lainnya
b) Kuantitas dan Bentuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas, bentuk, isi :
 Sifat dan tujuan penugasan
 Sifat laporan audit
 Sifat laporan keuangan, daftar-daftar atau informasi lain yang diperlukan
dalam pembuatan laporannya
 Sifat dan kondisi catatan klien
 Tingkat resiko pengendalian
 Kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti untuk supervisi dan review
c) Filtlintg
 Permanent file : memuat data yang bersifat historis dan kontinu
 Copy dokumen penting
 Informasi mengenai penilaian struktur internal control
 Hasil analytical prosedur
 Current file : semua berkas yang dibuat dan digunakan untuk tahun buku
yang bersangkutan
 audit program
 informasi umum
 working trial balance
 lead schedule

Anda mungkin juga menyukai