Anda di halaman 1dari 16

MODEL APLIKASI DIKLAT UNTUK SUMBER DAYA

MANUSIA APERATUR PEMERINTAH

Makalah ini Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Manajemen


pendidikan dan pelatihan (Diklat) Semester 6 MPI.C

Oleh:
FIRDAWATI
NIM: 2018.153.1076
GUNNARDI
NIM: 2018.153.1077
INDRA SAPUTRA
NIM: 2018.153.1083

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala


kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelasaikan
Tugas. Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat
wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu berusaha
mencarinya dan tak jarang menggunakan cara – cara yang tidak
semestinya dan bisa berakibat buruk. Dengan mengucap puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa
sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SWT  atas
petunjuk dan risalah-Nya, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai
pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine google yang ikut
berperan besar dalam pembuatan makalah ini.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan
saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
 
 
 
Muara Bulian, 2 April 2021
 
 
Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
 

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTRAISI.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 1
C. Tujuan Penulis................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Pemerintahaan yang baik (Good Governance)............... 3


B. Upayah untuk menjamin penyelenggaraan Good governance..... 4
C. Konsep pendidikan pelatihan untuk PNS....................................... 7
D. Bagaiamana Implementasi Dan Tantangan Diklat Pimpinan........ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Good Governance sebagai kriteria Negara-negara yang baik dan
berhasil dalam pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk
memperoleh kemampuan bantuan optimal dan Good
Governance dianggap sebagai istilah standar untuk organisasi publik
hanya dalam arti pemerintahan. Secara konseptual “good” dalam bahasa
Indonesia “baik” dan “Governance” adalah “kepemerintahan”. Good
governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka
harus memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya
dapat dicapai, yang meliputi: Politik, ekonomi, sosial, hukum.
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk
proses dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.
Human interest adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik
buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan
yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa
setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu,
kelompok, dan/atau kepentingan masyarakat nasional bahkan
internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut
selalu terjadi benturan. Implementasi Dan Tantangan Diklat Pimpinan
terdapat seperti : Produk Lembaga Diklat, Diklat Implementasi Standar
Struktur Biaya Penganggaran, Pengukuran Hasil Diklat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Pemerintahaan yang baik (Good Governance?)
2. Bagaimana Upayah untuk menjamin penyelenggaraan Good
governance?
3. Apa Konsep pendidikan pelatihan untuk PNS?
4. Bagaiamana Implementasi Dan Tantangan Diklat Pimpinan?

1
2

C. Tujuan penulis
1. Untuk memahami Konsep Pemerintahaan yang baik (Good
Governance
2. Untuk memahamiUpayah untuk menjamin penyelenggaraan Good
governance
3. Untuk memahami Konsep pendidikan pelatihan untuk PNS
4. Untuk memahami Implementasi Dan Tantangan Diklat Pimpinan
BAB II
PEMBAHSAN

A. Konsep Pemerintahaan yang baik (Good Governance)


Good Governance sebagai kriteria Negara-negara yang baik dan
berhasil dalam pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk
memperoleh kemampuan bantuan optimal dan Good
Governance dianggap sebagai istilah standar untuk organisasi publik
hanya dalam arti pemerintahan. Secara konseptual “good” dalam bahasa
Indonesia “baik” dan “Governance” adalah “kepemerintahan”. Menurut
LAN (Lembaga Administrasi Negara) dalam Sedarmayanti
1:
mengemukakan arti good dalam good governance mengandung dua arti
1. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan / kehendak rakyat dan
nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam
pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat tidak transparan,
nonpartisipatif serta sentralisasi , menumbuhkan rasa tidak percaya
dikalangan masyarakat bahkan menimbulkan antipati terhadap pihak
pemerintah. Masyarakat sangat tidak puas terhadap kinerja pemerintah
yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Berbagai
ketidakpuasan dan kekecewaan akhirnya melahirkan tuntutan dari
masyarakat untuk mengembalikan dan melaksanakan penyelenggaraan
pemerintah yang ideal, sehingga Good Governance tampil sebagai upaya
untuk menjawab berbagai keluhan masyarakat atas kinerja birokrasi yang
telah berlangsung.

1 A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat


Madani, (Jakarta : ICCE  UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. IV, hal, 215.

3
4

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 prinsip-


prinsip kepemerintahan yang baik terdiri dari 2:
1. Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara
pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat,
tepat dengan biaya yang terjangkau.
2. Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan
dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
3. Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai.
4. Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang mencakup
prosedur yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu, kemudahan
akses, kelengkapan sarana dan prasarana serta pelayanan yang
ramah dan disiplin.
5. Demokrasi dan Partisipasi, mendorong setiap warga untuk
mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat
baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.
7. Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat,
mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian.
B. Upayah untuk menjamin penyelenggaraan Good governance
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan
yang baik maka harus memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar
tujuan utamanya dapat dicapai, yang meliputi:

2 Yenny, Prinsip-prinsip Good Governance, vol. 1, 2013, p. 3, (http://ejournal.an.fisip-


unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/03/EJOURNAL%20YENNY%20(03-02-13-06-
48-29.pdf).
5

1. Politik
Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya
msalah karena seringkali menjadi penghambat bagi terwujudnya good
governance. Konsep politik yang kurang bahkan tidak demokratis yang
berdampak pada berbagai persoalan di lapangan. Krisis politik yang saat
ini terjadi di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari penataan sistem politik
yang kurang demokratis. Maka perlu dilakukan pembaharuan politik yang
menyangkut berbagai masalah penting seperti:
a. UUD NRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok
penyelenggaraan pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya
harus dilakukan untuk mendukung terwujudnya good governance.
Konsep good governance itu dilakukan dalam pemilihan presiden
langsung, memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR,
kemandirian lembaga peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan
penambahan pasal-pasal tentang hak asasi manusia,
b. Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin
partisipasi dan mencerminkan keterwakilan rakyat.
c. Reformasi agraria dan perburuhan.
d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI.
e. Penegakan supremasi hokum.
2. Ekonomi
Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global
yang bahkan bisa menimpa Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia
saat ini masih terbilang krisis karena masih banyaknya pihak yang belum
sejahtera dengan ekonomi ekonomi rakyat. Hal ini dikarenakan krisis
ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi
akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
Permasalahan krisis ekonomi di Indonesia masih berlanjut sehingga perlu
dilahirkan kebijakan untuk segera.
6

3. Sosial
Masyarakat yang sejahtera dengan terwujudnya setiap
kepentingan masyarakat yang tercover dalam kepentingan umum adalah
perwujudan nyata good governance. Masyarakat selain menuntut
perealisasikan haknya tetapi juga harus memikirkan kewajibannya dengan
berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintahan.
Hal ini sebagai langkah nyata menjalankan fungsi pengawasan yang
efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Namun
keadaan Indonesia saat ini masih belum mampu memberikan kedudukan
masyarakat yang berdaya di hadapan negara. Karena diberbagai bidang
yang didasari kepentingan sosial masih banyak timbul masalah sosial.
Sesuai dengan UUD NRI Pasal 28 bahwa “Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Masyarakat diberikan
kesempatan untuk membentuk golongan dengan tujuan tertentu selama
tidak bertentangan dengan tujuan negara. Namun konflik antar golongan
yang masih sering terjadi sangat kecil kemungkinan good governance bisa
ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan dengan keadaan
masyarakat dengan konflik antar golongan tersebut.
4. Hukum
Dalam menjalankan pemerintahan pejabat negara memakai
hukum sebagai istrumen mewujudkan tujuan negara. Hukum adalah
bagian penting dalam penegakan good governance. Setiap kelemahan
sistem hukum akan memberikan influence terhadap kinerja pemerintahan
secara keseluruhan, karena good governanance tidak akan dapat
berjalan dengan baik dengan hukum yang lemah. Penguatan sistem
hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi
terwujudnya good governance. Hukum saat ini lebih dianggap sebagai
komiditi daripada lembaga penegak keadilan dan kalangan kapitalis
lainnya. Kenyataan ini yang membuat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan
pada hukum oleh masyarakat.
7

C. Konsep pendidikan pelatihan untuk PNS


Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan
mencapai keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor
swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam,
sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai good
governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,
pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan
publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan
efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai
bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan
masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan.
Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk
proses dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.
Human interest adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik
buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan
yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa
setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu,
kelompok, dan/atau kepentingan masyarakat nasional bahkan
internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut
selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang
namanya “good governance” benturan kepentingan selalu lawan utama.
Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok yang
membuat sulit tercapainya kata “sepakat”.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang
mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya
yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu
konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor
swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Negara berperan memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat
dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan yang dapat
dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3 (tiga) pilar
8

pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan,


dan pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak
yaitu pihak pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia
usaha (penggerak ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan
kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling berperan dan mempengaruhi
dalam penyelenggaraan negara yang baik. Sinkronisasi dan harmonisasi
antar pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun dengan keadaan
Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi. 3
Dengan berbagai statement negatif yang dilontarkan terhadap
pemerintah atas keadaan Indonesia saat ini. Banyak hal mendasar yang
harus diperbaiki, yang berpengaruh terhadap clean and good governance,
diantaranya:
1. Integritas Pelaku Pemerintahan Peran pemerintah yang sangat
berpengaruh, maka integritas dari para pelaku pemerintahan cukup
tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk
melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri Jangan menjadi dianggap lumrah setiap
hambatan dan masalah yang dihadirkan oleh politik. Bagi terwujudnya
good governance konsep politik yang tidak/kurang demokratis yang
berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan. Maka tentu harus
segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai
masalah sosial yang bila tidak teratasi akan mengganggu kinerja
pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat Masyarakat yang solid dan berpartisipasi
aktif akan sangat menentukan berbagai kebijakan pemerintahan.
Khususnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga
menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan

3 Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri
Negara PAN 22 September 2005.
9

penyelenggaraan pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum


berdaya di hadapan negara, dan masih banyak timbul masalah sosial
di dalamnya seperti konflik dan anarkisme kelompok, akan sangat
kecil kemungkinan good governance bisa ditegakkan.
5. Sistem Hukum Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap
penyelenggaraan negara. Hukum merupakan faktor penting dalam
penegakan good governance. Kelemahan sistem hukum akan
berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan secara
keseluruhan. Good governanance tidak akan berjalan dengan baik di
atas sistem hukum yang lemah. Oleh karena itu penguatan sistim
hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi
terwujudnya good governance.4
D. Implementasi Dan Tantangan Diklat Pimpinan
1. Produk Lembaga Diklat
Apapun nama organisasi lembaga diklat, produk utamanya
pastilah sebuah layanan kediklatan. Tantangan utama lembaga diklat
adalah bagaimana caranya agar produk layanan kediklatan tersebut
mampu menjawab tantangan zaman dan mendukung pencapaian visi
dan misi organisasi Kementerian/Lembaga tempat organisasi lembaga
diklat tersebut bernaung. Tantangan yang dihadapai lembaga diklat
adalah menghasilkan produk diklat yang memenuhi ekpektasi dari
para stakeholder. Untuk itu diklat-diklat yang dihasilkan harus
berkualitas tinggi sesuai dengan ekspektasi para stakeholder. 5 Langkah-
Langkah Menghasilkan Produk Diklat Yang Berkualitas Telah banyak
dibahas dalam literature-literatur kependidikan bagaimana sebuah
produk diklat mampu memenuhi kualitas yang baik. Dalam dunia
kependidikan dan kepelatihan (Instructional System Design) dikenal
istilah ADDIE. Model Instructional System Design (ISD) yang telah

4 Mardoto, Mengkritisi Clean And Good Governance Di Indonesia (2009). Dalam


http://mardoto.com.
5 Primiani C. Novi dan D. Wahyu Ariani, Total Quality Management dan Service Quality
dalam Organisasi Pendidikan Tinggi. (Cakrawala Pendidikan, Juni 2005). Hal 20.
10

dikembangkan dan menjadi standar Internasional tersebut (ADDIE) yang


terdiri dari proses desain pembelajaran yang diyakini keandalannya
sampai saat ini. ADDIE sendiri terdiri dari tahapan: Analisys phase,
Design phase, Development phase, Implementation phase dan
evaluation phase. 6
2. Diklat Implementasi Standar Struktur Biaya Penganggaran
Diklat Implementasi Standar Struktur Biaya Penganggaran
Bagi Satuan Kerja Di Lingkungan Kementerian Keuangan adalah
salah satu diklat yang anggap berhasil memenuhi kriteria diklat yang
berkualitas. Diklat ini mendapat apresiasi khusus dan memberikan
dampak yang luas pada organisasi Kementerian Keuangan. Diklat
ini didedikasikan untuk Biro Perencanaan Keuangan (Rocankeu)
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Lulusan diklat ini
mengimplementasikan hasil diklat berupa penyusunan standar struktur
biaya bagi satuan kerja di Kementerian Keuangan dan menyusun
Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan standarisasi struktur biaya
dan saat ini telah diimplementasikan pada satker vertikal pada seluruh
unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.
3. Pengukuran Hasil Diklat
Ada empat level evaluasi untuk mengetahui apakah training
telah memberikan manfaat maksimal. Keempat level tersebut adalah:
Reaction (mengukur kepuasan peserta), Learning (mengukur sejauh
mana peserta memahami materi training yang disampaikan baik skill,
knowledge dan attitude, Behaviour (mengukur sejauh mana peserta
mengimplementasikan hasil training) dan Result (mengukur seberapa
besar dampak training terhadap kinerja bagi perusahaan. 7

6 Supriyanto, Achmad.. “Implementasi Total Quality Management dalam Sistem” (2011)


Hal. 12-15
77 Manajemen Mutu Pembelajaran.” Cakrawala Pendidikan, Februari 2011, Th. XXX,
No. 1, Hal. 17-29.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Good Governance sebagai kriteria Negara-negara yang baik dan
berhasil dalam pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria
untuk memperoleh kemampuan bantuan optimal dan Good
Governance dianggap sebagai istilah standar untuk organisasi publik
hanya dalam arti pemerintahan.
2. Secara konseptual “good” dalam bahasa Indonesia “baik” dan
“Governance” adalah “kepemerintahan”. Good governance sebagai
upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik maka harus memiliki
beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai,
yang meliputi: Politik, ekonomi, sosial, hukum.
3. Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses
dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik.
Human interest adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik
buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta
pemerintahan yang baik.
4. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap
manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok,
dan/atau kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional.
Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut selalu terjadi
benturan. Implementasi Dan Tantangan Diklat Pimpinan terdapat
seperti : Produk Lembaga Diklat, Diklat Implementasi Standar
Struktur Biaya Penganggaran, Pengukuran Hasil Diklat.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap semoga makalah ini bisa
menjadi inspirasi dan motivasi agar teman-teman bisa membuat makalah
yang lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan


Masyarakat Madani, (Jakarta : ICCE  UIN Syarif Hidayatullah), Cet.
IV, 2007
Yenny, Prinsip-prinsip Good Governance, vol. 1, 2013, p. 3,
(http://ejournal.an.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/03/
EJOURNAL%20YENNY%20(03-02-13-06-48-29.pdf).
Effendi, Sofian. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance.
Makalah Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi
Diselenggarakan Kantor Menteri Negara PAN 22 September 2005.
Mardoto, Mengkritisi Clean And Good Governance Di Indonesia. Dalam
http://mardoto.com. 2009
Primiani C. Novi dan D. Wahyu Ariani, Total Quality Management dan
Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi. (Cakrawala
Pendidikan, 2005
Supriyanto, Achmad.. “Implementasi Total Quality Management dalam
Sistem” 2011
Manajemen Mutu Pembelajaran.” Cakrawala Pendidikan, Th. XXX, No.
1, 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai