Makalah Melza Dan Nabila
Makalah Melza Dan Nabila
DISUSUN OLEH:
1.Melza noverda
2. Nabila wulandari
BAB 1
PENDAHULUAN
Harus diakui, bayi ( neonatus ) dan anak sangat rentang terserang penyakit hal ini
dikarenakan mereka belum memiliki daya imun ( kekebalan ) yang sempurna. Bahkan,
banyak dari mereka yang tidak bisa tertolong oleh karena itu dapat dipastiakan bahwa mereka
Asuhan kebidan adalah perawatan yang di berikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidan
pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan Yang di berikan oleh bidan pada bayi baru
lahir, bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu
penyimpangan yang dapat menyebabkan dganguan pada neonatus, bayi, dan balita apa bila
Kelainan bawan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Terdapat beberapa cara menegakkan diagnosa
kelainan bawaan antara lain pemeriksaan fisik, radiologi, dan laboratorium. Penyebab
langsung kelainan kongenital sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal di pengaruhi
berbagai faktor seperti, faktor genetik, faktor lingkungan, atau kedua faktor yang secara
bersamaan.
Ada beberapa kelainan bawaan salah satunya adalah obtruksi biliaris yaitu Obstruksi
tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Hal ini
1.3 Tujuan
4. Mahasiswa mampu memahami tentang tanda dan gejala pada obstruksi biliaris.
5. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosis yang harus dilakukan pada kasus obstruksi biliaris.
BAB II
PEMBAHASAN
empedu. Jadi dapat disimpulkan bahwa obstuksi biliaris adalah suatu kelainan bawaan
dimana terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses . Atau obstruksi billiaris adalah
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yang salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh bati empedu.
Biasanya, ditandai dengan kuning pada bayi sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus
yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris apabila tidak dilakukan
pemeriksaan lebih mendetail. Obstruksi biliaris merupakan bentuk patologis dari ikterus,
sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks dari pada ikterus fisiologis
yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir. Penanganan obstruksi biliaris ini
memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. ( Sitiatava Rizema Putra; 369 – 373; 2012 ).
2.2 Etiologi
Penyebab ostruksi biliaris adalah tersumbatnya empedu sehingga empedu tidak dapat
1) Batu empedu
Penderita tampaki kterik, akan sangat beratapa bila obstruksi tidak dapat diatasi,
bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama transaminase.
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami
infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus
mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalny abeberapa jenis
vitamin).
2.3 Patofisiologi
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada
tumor, atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis
sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput
pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato
duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu.
(Reskoprodjo, 1995)
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista
koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya
dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan
endogen (Judarwanto,2009).
tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses.
(Ngastiyah, 2005)
3) Batu empedu
4) Peradangan dari saluran-saluran empedu
a. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
b. Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
e. Demam
2.5 Klasifikasi
1. Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan
Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara
klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi
pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat
Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan
regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
2.6 Diagnosis
kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi
langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.
4. Breath test
tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena
5. USG
saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor.
USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan
gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah
bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah
membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu
dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan
untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan
sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar
7. Skening hati
8. Koleskintigrafi
Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu
(kolesistitis).
9. CT scan
Bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk
mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti
perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal
(hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini
10. MRI
Memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih
mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring
melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak
kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran
empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5%
penderita.
Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian
disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG
untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,
13. Kolangiografi operatif
Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan,
zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan
Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya.
16. Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA &
2.7 Pencegahan
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan
pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan
pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat
pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila
sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat
dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa
naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat
dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-
(Reksoprodjo, 1995)
1. Penatalaksanaan Medis
pembedahan, ekstrasi batu empedu di duktus, atau insersi stent, dan drainase bilier paliatif
dapat dilakukan denagan stent yang ditempatkan melalui hati ( trans hepatik ) atau secara
pada pasien dengan batu di duktus kholedokus. Pemecahan batu di saluran empedu mungkin
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pertahankan kesehatan bayi ( pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta
2) Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa kedaan kuning pada bayinya berbeda halnya
dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubenemia biasa yang dapat hanya dengan
A. Subjektif
Informasi dari ibu riwayat kesehatan selama hamil dan faktor etiologi tidak langsung
kelainan bahwa seperti faktor : infeksi, mekanik, obat, usia ibu, hormonal, radiasi dan gizi.
B. Objektif
c) Bilirubinemia
e) Terjadi hepatomegali
C. Assesment
D. Asuhan kebidanan
a) Pertahanan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan,
b) Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami
bayinya bukan kuning biasa tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran
empedu.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu
dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat
tipis. Hernia diafragmatika adalah tonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Dengan melihat penyakit yang ada, bidan dapat dapat memberikan
pelayanan dengan baik agar keselamatan pada bayi baru lahir, bayi maupun anak balita.
Gejala Obstruksi Biliaris antara lain: Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir
minggu pertama yakni bayi ikterus, feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat
seperti dempul, Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen, Perut sakit di sisi
kanan atas, Demam, Mual dan muntah, Terjadi hepatomegali.Yang dilakukan bidan terhadap
lainnya, seperti nutrisi adekuat, pencegahan hipotermi, pencegahan infeksi, dll, Lakukan
konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan
kuning biasa tetapi disebabkan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu, Lakukan
4.2 Saran
a. Bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap
faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan
fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
DAFTAR PUSTAKA
http://midwifery87.blogspot.co.id/2015/03/makalah-kelaianan-bawaan-obstruksi.html
http://siskapurnamasari12.blogspot.co.id/2015/05/makalah-askeb-nonatus-bayi-dan-
balita.html
http://bidanvirgil.blogspot.co.id/2013/05/asuhan-kebidanan-neonatus-obstruksi.html
http://siskapurnamasari12.blogspot.co.id/2015/05/makalah-askeb-nonatus-bayi-dan-
balita.html