5329 14749 1 PB
5329 14749 1 PB
Abstract
Carrageenan is a natural material extracted from red algae especially Eucheuma sp, kappa-carrageenan
extracted from E. cottonii and iota-carrageenan from E. spinosum. Kappa and iota carrageenans have very
similar structures and have functional properties as gelling agent. The purpose of this research is to find
out the effect of carrageenan on the physical and microstructure quality of kamaboko. This research used a
complete randomized design by doing four treatments, namely K(-): without carrageenan, K(+): by adding
commercial carrageenan, K(k): by adding kappa-carrageenan and K(i): by adding iota-carrageenan. The
result showed that the additional carrageenan had significant effects on the physical and microstructure
quality of the kamaboko. The best treatment of kamaboko was by adding of commercial carrageenan
(K(+)). The characteristics of kamaboko were folding test (5), springness (7.3), gel strength 2872.62g/cm2
and whiteness (W*) 73.78. The microstructure of kamaboko with adding of commercial carrageenan and
kappa-carragenan exhibited a porous structure while the microstructure of kamaboko added with iota-
carrageenan exhibited a compact and smooth structure.
komposisi bahan tambahan (Mao et al. 2006). terhadap adhesiveness gel daging lumat ikan
Produk analog dari kamaboko seperti bakso yang mengandung iota-karaginan tetapi tidak
ikan dan empek-empek merupakan makanan berpengaruh terhadap gel daging lumat ikan
dari ikan yang sudah dikenal oleh masyarakat yang mengandung sodium alginat. Perez-
Indonesia. Mateos and Montero (2000) menyatakan
Secara teknis, kamaboko terbuat dari jenis hidrokoloid tertentu, yaitu LBG (Locus
daging ikan giling sebagai bahan utama Bean Gum), xanthan gum, iota-karaginan,
dengan penambahan bahan-bahan, seperti kappa-karaginan, CMC dan alginat tidak
pati, gula, garam dan sodium glutamat. Proses berpengaruh terhadap water holding capacity
selanjutnya adalah pemasakan dengan cara (WHC) gel daging lumat ikan blue whiting,
pengukusan, pemanggangan, perebusan namun WHC terendah adalah produk dengan
maupun penggorengan (Suzuki 1981). Sejalan persentase hidrokoloid yang paling rendah.
dengan perkembangan teknologi, saat ini Semakin tinggi nilai WHC tekstur gel daging
kamaboko dibuat dari surimi sebagai bahan lumat ikan Blue Whitting semakin lunak dan
utamanya (Mao et al. 2006). halus.
Atribut mutu yang penting dari Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus)
kamaboko adalah sifat teksturnya yang elastis merupakan salah satu ikan berdaging putih
(ashi). Faktor-faktor yang mempengaruhi yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya
ashi kamaboko diantaranya adalah jenis ikan Perairan Laut Jawa. Pemanfaatan ikan ini masih
dan bahan-bahan tambahan yang digunakan terbatas, yaitu hanya sebagai ikan konsumsi
dalam pembuatan kamaboko (Mao et al. dengan harganya relatif murah. Penggunaan
2006). Biasanya dalam pembuatan kamaboko ikan kurisi sebagai bahan baku dalam
menggunakan surimi dari jenis ikan berdaging pembuatan kamaboko dengan kualitas yang
putih dan berprotein tinggi, sedangkan bahan dapat diterima pasar belum dikembangkan.
tambahan (pengisi) untuk memperkuat ashi Karakteristik gel kamaboko dengan bahan
yang sering digunakan adalah pati singkong baku ikan kurisi dengan tambahan kappa dan
(tapioka), pati kentang, terigu, dan jagung iota-karaginan yang diekstrak dari rumput
(Suzuki 1981; Park 2005; Mao et al. 2006). laut juga belum banyak dilakukan. Kajian
Sifat elastis kamaboko terutama ini diharapkan dapat memberikan informasi
dipengaruhi oleh keberadaan protein ikan dan karakteristik gel ikan dari ikan kurisi dan
pati, namun adakalanya protein ikan karena diversifikasi produk olahan dari ikan. Tujuan
suatu sebab dapat mengalami denaturasi penelitian ini adalah menentukan mutu fisik
sehingga jika digunakan sebagai bahan dan mikrostruktur kamaboko ikan kurisi
baku kamaboko perlu penambahan bahan dengan penambahan karaginan.
lain untuk memperbaiki kekuatan gelnya,
misalnya karaginan. Banyak peneliti yang MATERIAL DAN METODE
telah mempelajari sifat fungsional karaginan Bahan dan Alat
sebagai gelling agent pada daging lumat Bahan utama yang digunakan dalam
ikan. Gomez-Guillen dan Montero (1996), penelitian ini adalah ikan kurisi (N.
menambah hidrokoloid (iota-karaginan dan nematophorus) segar berukuran 200-250 g per
pati) dan kombinasi hidrokoloid dengan ekor, yang diperoleh dari perairan Laut Jawa,
protein non-otot pada daging lumat ikan dengan pendaratan di TPI Pelabuhan
sardin (Sardina pilchardus) yang dapat Nusantara Brondong-Lamongan. Ikan dibawa
meningkatkan kekuatan gelnya baik pada ke Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan
daging lumat berkadar garam rendah maupun Universitas Hang Tuah Surabaya menggunakan
tinggi. Montero dan Perez-Mateos (2002) cool box yang diisi hancuran es batu dengan
menyatakan bahwa KCl terutama berpengaruh perbandingan ikan dengan es (1 bagian ikan:
3 bagian es). Bahan lain yang digunakan dan dicuci dengan air dingin, daging ikan
adalah sodium tripolifosfat (STPP), sorbitol dipisahkan dari tulang dan durinya, daging
(food grade), tepung tapioka (cap Merak), ikan yang diperoleh dikumpulkan dan
sukrosa (food grade) dan karaginan hasil dilumatkan menggunakan food processor
ekstraksi pada penelitian sebelumnya dan 1 menit low speed dan 1 menit high speed
karaginan komersil dengan karakteristik selama penggilingan ditambah hancuran es
disajikan pada Tabel 1. batu untuk mempertahankan suhu rendah.
Bahan kimia untuk analisis mikrostruktur Lumatan daging ikan dicuci dengan air dingin
kamaboko adalah larutan 2% glutaraldehida (5-10 oC) sebanyak tiga kali, pada pencucian
dalam bufer fosfat (pH 7,2), bufer fosfat (pH terakhir ditambah NaCl 0,1%. Larutan daging
7,4), larutan post fiksasi asam osmat 1%, ikan disaring dengan kain saring berdiameter
aseton absolut dan emas 24 karat sebagai 0,2 mm dan di-press secukupnya sampai
coating sampel saat pengamatan dengan kadar air sekitar 80%, selanjutnya digiling
Scanning Electron Microscopy (SEM). kembali dengan menambah STPP 0,3% dan
Peralatan untuk pembuatan kamaboko sorbitol 4%. Surimi yang dihasilkan dikemas
meliputi kotak pendingin (cool box), pisau dengan plastik polietilen, masing-masing
khusus untuk filet ikan, sendok, food processor kemasan 500 g dan dibekukan menggunakan
(Sanken AFP-700), lemari pendingin (Sharp). Air Blast Freezer pada suhu -40 oC. Surimi
Alat laboratorium yang digunakan untuk beku selanjutnya disimpan pada suhu -18 oC
analisis: color reader (Minolta), tensil strength sampai dilakukan pembuatan kamaboko.
(Shimadzu) dan SEM (JEOL JSM-T100) Pembuatan kamoboko mengikuti metode
digunakan untuk mendapatkan gambar Suzuki (1981), surimi beku dicairkan pada
mikrostruktur dari kamaboko. suhu 5 oC selama semalam kemudian dibiarkan
pada suhu kamar selama 3 jam. Garam
Metode Penelitian sebanyak 2% ditambahkan pertama kali untuk
Surimi ikan kurisi dibuat menggunakan mengekstrak protein aktomiosin sehingga
metode Suzuki (1981) dengan tahapan terbentuk pasta sol aktomiosin kemudian
sebagai berikut: ikan kurisi segar disiangi sukrosa 1%, tepung tapioka 10% dan berbagai
Tabel 1 Mutu dan sifat fungsional karaginan hasil penelitian, karaginan komersil dan standar FAO
E. cottonii E.spinosum Karaginan
Parameter Standar FAO
kappa karaginan Iota karaginan Komersil
Mutu :
Kadar air (%) 10,03 11,78 9,8 8 – 12
Kadar abu (%) 21,07 23,42 17,80 15 – 40
Kadar abu tidak
0,97 0,97 0,66 1-2
larut asam (%)
Kadar sulfat (%) 23,65 33,17 19,25 15 – 40
Derajat putih (%) 68,57 58,30 88,48 Krem – Putih
Sifat Fungsional :
Viskositas (cP) 53,20 61,87 37,64 5 - 800
Kekuatan gel (g/
584,94 416,50 998,38 20 - 500
cm2)
Titik gel (oC) 30,24 25,60 36,0 35 -65
Titik leleh ( C)
o
51,50 41,88 66,0 55 - 85
Sumber : Agustin (2010)
8,5 3500
Uji Gigit (Springness Test) matriks yang kuat. Zahiruddin et al. (2008)
Uji gigit memberikan taksiran secara menyatakan bahwa penambahan karaginan
subyektif terhadap sifat kekenyalan produk. dapat memperbaiki daya potong atau daya iris
Uji gigit dilakukan dengan cara menekan produk akhir daging olahan.
produk diantara gigi seri atas dan bawah,
kemudian panelis memberikan penilaian Kekuatan Gel (Gel Strength)
terhadap tingkat kekenyalan produk sesuai Kekuatan gel kamaboko sangat ditentukan
dengan format yang sudah ditentukan. oleh kualitas bahan bakunya dalam hal ini
Nilai rata-rata uji gigit kamaboko dengan adalah kesegaran ikan sebagai bahan baku
penambahan karaginan berkisar dari 7,3 surimi yang merupakan komponen terbesar
sampai dengan 7,9 (skor 1-9). Nilai uji gigit dalam formulasi kamaboko. Chaijan et al.
kamaboko yang dihasilkan berada diantara 2004 menyatakan bahwa pencucian daging
kriteria lenting agak kuat sampai daya lenting ikan selama proses pembuatan surimi dapat
kuat. Nilai rata-rata uji gigit kamaboko dengan menghilangkan protein sarkoplasma dan
perlakuan penambahan karaginan disajikan meningkatkan konsentrasi protein myofibril
pada Gambar 2. yang memegang peranan penting dalam
Hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan kemampuan membentuk gel. Keberadaan
bahwa perlakuan penambahan karaginan pada protein sarkoplasma meskipun dalam jumlah
formulasi kamaboko berpengaruh sangat nyata kecil dapat berpengaruh terhadap kekuatan
(sig= 0,000) terhadap daya gigit kamaboko gel surimi yang dihasilkan.
ikan kurisi. Hasil uji lanjut Mann Whitney Nilai kekuatan gel kamaboko akibat
menunjukkan bahwa kamaboko dengan penambahan karaginan berkisar dari 1679,78-
penambahan karaginan komersil (K(+)) tidak 2872,62 g/cm2 (Gambar 3). Hasil analisis
berbeda nyata dengan kamaboko dengan ragam menunjukkan bahwa penambahan
penambahan kappa-karaginan (K(k)). Nilai karaginan memberikan pengaruh sangat nyata
uji gigit tertinggi 7,9 terdapat pada kamaboko (sig = 0,000) terhadap kekuatan gel kamaboko.
dengan perlakuan penambahan karaginan Hasil analisis lanjut dengan LSD pada α=0,05
komersil (K(+)), sedangkan nilai uji gigit diketahui bahwa penambahan karaginan
terendah 7,3 terdapat pada kamaboko tanpa komersil (K(+)) memiliki nilai kekuatan gel
penambahan karaginan (K(-)). Penambahan kamaboko lebih tinggi dan berbeda nyata
karaginan dapat meningkatkan kekuatan gel dengan perlakuan lainnya, perbedaan ini
kamaboko, hal ini disebabkan kemampuan disebabkan karaginan komersil memiliki
karaginan berinteraksi dengan komponen kekuatan gel sangat tinggi yaitu mencapai
penyusun kamaboko terutama protein dan 998,38 g/cm2 (Agustin 2010), sehingga
pati melalui ikatan hidroksi. Gaonkar (1995) kamaboko yang ditambah dengan karaginan
menyatakan bahwa hidrokoloid memiliki komersial memiliki kekuatan gel yang tinggi.
gugus hidroksi yang mampu berikatan dengan Kekuatan gel kamaboko tertinggi
pati dan protein serta air sehingga membentuk (2872,78 g/cm2) terdapat pada kamaboko
Derajat putih
50
40
karena karaginan komersil lebih murni akibat 30
diproses dari bahan baku dan teknologi yang 20
10
lebih baik sedangkan karaginan hasil ekstraksi 0
K(-) K(+) K(k) K(i)
pada penelitian sebelumnya yang digunakan
Perlakuan Jenis karaginan
pada penelitian ini masih menggunakan Gambar4 4Nilai
Nilairata-rata
Rata-rataderajat
Derajadputih
Putih kamaboko.
(W*) Kamaboko
Gambar
metode ekstraksi yang konvensional sehingga
masih mengandung beberapa garam menghasilkan nilai kecerahan L* yang lebih
anorganik. Montero and Perez-Mateos (2002) rendah yaitu 67,78 dan mengakibatkan nilai
menyatakan bahwa garam anorganik pada derajat putih (W*) juga rendah yaitu 53,21.
karaginan dapat menghalangi terbentuknya Derajat putih kamaboko tertinggi
gel sehingga memiliki kekuatan gel yang diperoleh dari penambahan karaginan
rendah. komersil dan berbeda nyata dengan perlakuan
Hermanasson et al. (1991) menyatakan lainnya pada uji BNT α= 0,05 (Gambar 4).
bahwa keberadaan kation mempengaruhi Karaginan komersil memiliki nilai derajat
sifat fungsional karaginan, pengaruh sinergis putih yang tinggi yaitu mencapai 88,48%
terlihat ketika natrium ditambahkan pada (Agustin 2010) sehingga dapat meningkatkan
kalium-kappa-karaginan tetapi tidak pada derajat putih dan kecerahan kamaboko yang
kalium yang ditambahkan pada natrium- dihasilkan. Nilai derajat putih karaginan
kappa-karaginan. Montero dan Perez- hasil ekstraksi dari E. cottonii pada penelitian
Mateos (2002) menyatakan bahwa adanya sebelumnya 68,57% dan 58,30% dari E.
ion K+ dalam kappa-karaginan dapat spinosum (Agustin 2010) yang digunakan
meningkatkan kekuatan gelnya, sedangkan dalam penelitian ini sehingga derajat putih
iota-karaginan meningkat kekuatan gelnya kamaboko yang dihasilkan lebih rendah
jika terdapat ion Ca2+, adanya ion Na+ namun lebih tinggi dari perlakuan kontrol
menghalangi terbentuknya pilinan ganda negatif (K(-)) yaitu kamaboko tanpa karaginan.
pada karaginan sehingga menghasilkan gel Penambahan karaginan secara signifikan
yang rapuh. Kekuatan gel karaginan yang dapat meningkatkan derajat putih kamaboko
rendah menyebabkan kekuatan gel kamaboko karena karaginan dapat meningkatkan
juga rendah seperti pada kamaboko yang interaksi protein-protein, protein-air dan
ditambah dengan iota-karaginan (K(i)), hal protein-pati sehingga menghasilkan produk
ini disebabkan kekuatan gel iota-karaginan yang kencang (tidak berkerut) dan cerah.
rendah yang yaitu 416,50 g/cm2 (Agustin Derajat putih merupakan parameter mutu
2010). fisik yang penting untuk produk kamaboko,
derajat putih diukur menggunakan color
Derajat Putih (W*) reader dengan rumus W* = L*-3b. Simbol L*
Hasil pengamatan menunjukkan rata- adalah kecerahan dengan skala dari hitam
rata derajat putih kamaboko berkisar dari sampai putih sedangkan b adalah skala
53,21-73,78. Nilai rata-rata derajat putih kuning sampai biru (Mao dan Tao 2007).
terendah diperoleh pada perlakuan kontrol Hsu dan Chiang (2002) menyatakan bahwa
negatif yaitu tanpa penambahan karaginan secara umum derajat kecerahan yang tinggi,
(K(-)) dan berbeda nyata dengan perlakuan kekuningan yang rendah dan keputihan yang
lainnya. Perbedaan ini disebabkan kamaboko tinggi adalah permintaan konsumen.
tanpa karaginan terlihat agak mengkerut Derajat putih kamaboko sangat
sehingga saat pembacaan dengan color reader dipengaruhi oleh derajat putih surimi yang
GambarGambar 7 Mikrostruktur
7 Mikrostruktur kamaboko
Kamaboko Akibat akibat
Penambahan penambahan
Karaginan Gambar8 8Mikrostruktur
Komersil (K(+)) Gambar Mikrostruktur kamaboko
Kamaboko Akibat akibat penambahan
Penambahan kappa_karaginan pada
pada Perbesaran 1000 X ( rongga kosong, matriks gel protein)
karaginan komersial (K+) pada perbesaran kappa-karaginan pada perbesaran 1000x (
Perbesaran 1000 X ( rongga kosong, matriks gel protein)
1000x ( rongga kosong, matriks gel rongga kosong, matriks gel protein).
protein).