Anda di halaman 1dari 52

PETUNJUK PELAKSANAAN

(JUKLAK)

DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM


PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN
AGRIBISNIS HORTIKULTURA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2012
KATA PENGANTAR

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Dukungan Inovasi Teknologi


dalam Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
merupakan petunjuk yang disusun sebagai acuan bagi Balai
Penelitian lingkup Puslitbang Hortikultura dalam melaksanakan
kegiatan Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura.
Materi Petunjuk Pelaksanaan meliputi panduan penyusunan rancang
bangun dukungan inovasi dalam pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura, kerja sama kemitraan dalam dukungan inovasi pada
program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, dan
pengawalan dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura.
Juklak ini disusun sebagai tindak lanjut dari Surat Keputusan Kepala
Badan Litbang Pertanian Nomor: 130/Kpts/OT.160/I/5/2012
Tentang Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan
Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH).
Semoga Petunjuk Pelaksanaan ini dapat bermanfaat dalam
menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan Dukungan Program
Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura sesuai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.

Jakarta, Mei 2012


Kepala Pusat,

Dr. Ir. Yusdar Hilman, MS

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi i


dalam Program PKAH
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................. 3
1.3. Keluaran .............................................................. 3
1.4. Manfaat ............................................................... 4
1.5. Indikator Kinerja................................................... 4
1.6. Ruang Lingkup ..................................................... 5

BAB II PANDUAN PENYUSUNAN RANCANG BANGUN


DUKUNGAN INOVASI DALAM PENGEMBANGAN
KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA....................... 7

BAB III KERJA SAMA KEMITRAAN DALAM DUKUNGAN


INOVASI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN
AGRIBISNIS HORTIKULTURA ....................................... 22

BAB IV PENGAWALAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN


AGRIBISNIS HORTIKULTURA ....................................... 31

BAB V PENUTUP .................................................................... 39

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi ii


dalam Program PKAH
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan Monitoring dan Evaluasi.......................... 37

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi iii


dalam Program PKAH
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Matrik Bentuk Dukungan dalam Program Kerja


Sama Kemitraan di dalam Kawasan..................... 41

Lampiran 2. Format Naskah Perjanjian Kerja Sama antar Pihak


yang Terlibat dalam Dukungan Inovasi dalam
Program PKAH .................................................. 43

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi iv


dalam Program PKAH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)


merupakan salah satu implementasi kebijakan Kementerian
Pertanian yang mengarahkan bahwa pembangunan komoditas
unggulan mengacu pengembangan kawasan yang terpadu secara
vertikal dan/atau horizontal dengan mengkonsolidasikan usaha
produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat berdaya saing
tinggi di pasar domestik maupun internasional. Program tersebut
perlu didukung secara optimal agar memberi dampak nyata
terhadap peningkatan nilai PDB, pendapatan ekspor dan
kesejahteraan petani. Salah satu dukungan yang diperlukan
dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura ialah
penerapan inovasi sebagai faktor utama peningkatan daya saing
dan nilai tambah. Mengingat peran inovasi di dalam
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura sangat strategis,
maka dukungan penerapan inovasi perlu dilakukan secara
sistemik. Hal ini diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja
keseluruhan subsistem agribisnis di dalam kawasan, sehingga
mampu menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 1


dalam Program PKAH
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
(Puslitbang Hortikultura) beserta UPT di bawahnya perlu
merumuskan secara kongkrit pemberian dukungan inovasi dalam
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. Dukungan
inovasi tersebut dirumuskan dengan mengacu pada PANDUM
yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian. Sesuai dengan
arahan PANDUM dukungan inovasi, Puslitbang Hortikultura
berkewajiban mengkoordinasikan seluruh potensi lingkup
Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya untuk
mengakselerasi adopsi teknologi secara masal di dalam
kawasan. Hal ini membutuhkan kerja sama instansi terkait
mengingat pengembangan dukungan inovasi bersifat lintasan
sektoral.

Untuk mengoptimalkan peran UPT lingkup Puslitbang


Hortikultura dalam memberikan dukungan inovasi terhadap
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura diperlukan
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak). Dokumen tersebut memberikan
panduan kepada tiap UPT dalam pelaksanaan di lapangan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. JUKLAK dukungan inovasi
disusun dengan pendekatan partisipatif agar dapat
mengakomodasi seluruh variasi rancang bangun pengembangan
inovasi berdasarkan spesifikasi komoditas. Pemahaman terhadap
JUKLAK sangat diperlukan untuk penyamaan gerak langkah

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 2


dalam Program PKAH
dalam pelaksanaan di lapangan. Juklak berisi tentang panduan
pelaksanaan yang harus diikuti oleh UPT lingkup Puslitbang
Hortikultura dalam pelaksanaan dukungan inovasi dalam PKAH.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan JUKLAK dukungan inovasi ialah


memberikan panduan kepada UPT lingkup Puslitbang Hortikultura
dalam memberikan dukungan inovasi teknologi terhadap PKAH.
Dukungan inovasi diberikan dalam bentuk implementasi model
integrasi inovasi pada sistem agribisnis industrial yang ditunjang
oleh kerja sama antar stakeholder melalui pola kemitraan dan
pengawalan secara sistematis untuk menjamin keberlanjutan
pengembangan inovasi dalam kelembagaan usaha pada skala
regional.

1.3 Keluaran

Keluaran yang diharapkan ialah terselenggaranya


pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada program PKAH
dalam bentuk implementasi model integrasi inovasi pada sistem
agribisnis industrial yang spesifik komoditas dalam skala
kawasan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 3


dalam Program PKAH
1.4 Manfaat

Manfaat JUKLAK Dukungan inovasi dalam


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) ialah:

a) Terbangunnya kesamaan persepsi UPT lingkup Puslitbang


Hortikultura dalam mengimplementasikan dukungan inovasi
pada PKAH.

b) Tersusun dan terlaksananya penerapan rancang bangun


model integrasi inovasi dalam sistem agribisnis industrial
hortikultura berbasis sumberdaya lokal.

c) Terbangunnya kerja sama antar instansi yang sinergis untuk


mendukung implementasi model integrasi inovasi pada
pengembangan sistem agribisnis industrial berbasis
sumberdaya lokal.

d) Terlaksananya kegiatan pengawalan untuk menjamin


keberlanjutan pengembangan model integrasi inovasi dalam
sistem agribisnis industrial hortikultura.

1.5 Indikator Kinerja

Indikator kinerja penyusunan JUKLAK Dukungan inovasi


dalam Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
ialah:

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 4


dalam Program PKAH
a) Dipahaminya prinsip dasar dukungan inovasi dalam program
PKAH melalui pembentukan model integrasi inovasi ke dalam
sistem agribisnis industrial pada skala kawasan.

b) Tersusunnya dan diterapkannya rancang bangun model


integrasi inovasi ke dalam sistem agribisnis industrial pada
skala kawasan.

c) Teradopsinya inovasi dalam sistem agribisnis industrial


hortikultura pada skala kawasan.

e) Terbangunnya kerja sama antar instansi yang sinergis untuk


mendukung implementasi model integrasi inovasi pada
pengembangan sistem agribisnis industrial berbasis
sumberdaya lokal.

d) Diterapkannya kegiatan pengawalan untuk menjamin


keberlanjutan pengembangan model integrasi inovasi dalam
sistem agribisnis industrial hortikultura.

1.6. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kerja penyusunan JUKLAK dukungan


inovasi pengembangan kawasan agribisnis hortikultura ialah:

a) Penyusunan dan penerapan rancang bangun model integrasi


inovasi dalam sistem agribisnis industrial hortikultura berbasis
sumberdaya lokal.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 5


dalam Program PKAH
b) Pengembangan kerja sama antar instansi yang sinergis untuk
mendukung implementasi model integrasi inovasi pada
pengembangan sistem agribisnis industrial berbasis
sumberdaya lokal.

c) Pelaksanaan kegiatan pengawalan untuk menjamin


keberlanjutan pengembangan model integrasi inovasi dalam
sistem agribisnis industrial hortikultura

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 6


dalam Program PKAH
BAB II

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANG BANGUN


DUKUNGAN INOVASI
DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS
HORTIKULTURA

Kementerian Pertanian menetapkan Pengembangan


Kawasan Agribisnis sebagai program utama pembangunan
komoditas hortikultura. Kawasan Agribisnis Hortikultura
didefinisikan sebagai suatu ruang geografis yang mempunyai
keserupaan ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruktur
yang sama, sehingga membentuk kawasan yang berisi berbagai
kegiatan usaha termasuk penyediaan sarana produksi, budidaya,
penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran, serta
berbagai kegiatan pendukungnya. Pertimbangan yang mendasari
pembentukan kawasan agribisnis hortikultura ialah: (a)
mencapai produksi skala massal dengan mutu yang
terstandarisasi, (b) memudahkan pengelolaan rumpun usaha ke
dalam satu unit usaha yang terintegrasi, (c) menghimpun tenaga
kerja yang terampil dan terspesialisasi, (d) melakukan pemusatan
investasi, input dan jasa-jasa, (e) mengembangkan jaringan
pemasaran, dan (d) mengembangkan inovasi spesifik lokasi dan
spesifik komoditas sesuai kebutuhan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 7


dalam Program PKAH
Inovasi merupakan komponen utama dalam peningkatan
daya saing subsektor hortikultura. Dukungan inovasi perlu
diberikan untuk mewujudkan pembangunan subsektor
hortikultura yang tangguh guna menghadapi persaingan global.
Integrasi inovasi ke dalam Program Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hortikultura merupakan dukungan yang bersifat
strategis untuk mempercepat terwujudnya subsektor hortikultura
yang berdaya saing. Dukungan inovasi diarahkan untuk
mengembangkan komoditas hortikultura unggulan dalam sistem
agribisnis industrial unggul dan berkelanjutan yang berbasis
sumberdaya lokal.

Implementasi dukungan inovasi pengembangan


kawasan dilakukan untuk mendorong terciptanya sistem
agribisnis hortikultura yang mengkonsolidasikan semua segmen
usaha secara vertikal maupun horisontal berbasis kelembagaan
ekonomi masyarakat. Implementasi dukungan inovasi
pengembangan kawasan perlu dilakukan untuk mendorong
terciptanya sistem agribisnis hortikultura yang
mengkonsolidasikan semua segmen usaha secara vertikal
maupun horisontal berbasis kelembagaan ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu di dalam memberikan dukungan inovasi


perlu disusun rancang bangun yang mendesain pengintegrasian
inovasi ke dalam sistem agribisnis hortikultura dalam bentuk

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 8


dalam Program PKAH
“pilot model sebagai embrio berkembangnya usaha
agribisnis industrial yang memadukan seluruh segmen
usaha hortikultura berbasis unggulan lokal dari hulu
sampai ke hilir dalam ikatan kelembagaan yang efektif
dan berkelanjutan”. Inisiasi pembentukan usaha industrial
tersebut harus dikaitkan dengan program dan kegiatan serupa di
berbagai instansi dan lembaga di tingkat Pusat maupun Daerah,
sehingga pelaksanaannnya di lapangan berjalan terintegrasi.
Untuk mewujudkan kesatuan kinerja yang sinergis dan harmonis
maka diperlukan koordinasi secara intensif semua instansi yang
terlibat agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan
pendanaan.

Tujuan penyusunan panduan ini ialah memberikan


Panduan penyusunan rancangan bangun dukungan inovasi dalam
pembangunan kawasan agribisnis hortikultura terpadu dalam
bentuk pilot model usaha industrial dengan mengkonsolidasikan
usaha produktif dari hulu sampai ke hilir berbasis unggulan lokal
dan kelembagaan ekonomi masyarakat yang efektif berdaya
saing tinggi.

Ruang Lingkup panduan penyusunan rancang bangun


dukungan inovasi dalam program PKAH ialah :

1. Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan


percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis inovasi.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 9


dalam Program PKAH
2. Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain
benih dasar, sarana produksi. teknologi budidaya, prototipe
alat/mesin pertanian, usaha pasca panen skala komersial)
secara luas dan desentralistik.

3. Membentuk pilot model dukungan langsung penyediaan


inovasi, penguatan kelembagaan, dan introduksi rekomendasi
kebijakan yang menjadi komponen utama dalam
pengembangan usaha industrial hortikultura.

4. Mendorong konsolidasi komponen usaha industrial


hortikultura dalam kerangka usaha produktif yang terpadu di
dalam kawasan.

5. Mendorong sinergi kinerja instansi terkait di sektor hulu dan


hilir untuk mempercepat terciptanya pembangunan sistem
usaha agribisnis industrial hortikultura yang berdaya saing.

Kerangka Kerja Pembuatan Rancang Bangun Dukungan


Inovasi dalam PKAH diuraikan sebagai berikut:

1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura memerlukan


kerangka kerja yang bersifat holistik.

2. Salah satu kerangka kerja yang relevan dengan program


dukungan inovasi dalam pengembangan kawasan hortikultura
ialah pendekatan rantai nilai (value chain), yaitu
mengintegrasikan inovasi ke dalam sistem agribisnis untuk

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 10


dalam Program PKAH
peningkatan daya saing, nilai tambah dan kesejahteraan
petani. Proses integrasi inovasi memperhatikan keterkaitan
fungsi yang dinamis antar segmen dalam hubungan vertikal
dan horisontal yang terwadahi oleh kelembagaan agribisnis
yang efektif dan efisien. Penerapan rantai nilai berbasis
inovasi bertujuan untuk:

a. Membangun segmen usaha yang menjadi bagian dari


kesatuan integrasi sistem agribisnis;

b. Membangun interdependensi antar segmen usaha dalam


ikatan kelembagaan agribisnis yang memberi nilai
ekonomi secara berkeadilan pada masing-masing segmen
sesuai peran, fungsi, investasi dan faktor risiko;

c. Mengintegrasikan pengembangan inovasi ke dalam


sistem agribisnis industrial hortikultura untuk peningkatan
daya saing;

d. Membangun dinamika interaksi semua segmen usaha di


dalam kesatuan sistem agribisnis industrial yang berdaya
saing.

3. Manfaat pendekatan rantai nilai dalam pengembangan


kawasan agribisnis hortikultura adalah peningkatan efisiensi
dalam pengelolaan usaha skala ekonomis yang melibatkan
kelompok-kelompok usaha yang beragam.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 11


dalam Program PKAH
Penyusunan Rancang Bangun Dukungan Inovasi perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Pendekatan
1. Pendekatan agroekosistem: memperhatikan kesesuai-
an kondisi bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya
lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan.
2. Pendekatan agribisnis: memperhatikan struktur dan
keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani,
pascapanen, pemasaran, dan penunjang dalam satu
sistem.
3. Pendekatan wilayah: penggunaan lahan mengacu pada
satu kawasan.
4. Pendekatan kelembagaan: memperhatikan modal
sosial, norma, dan aturan yang berlaku di lokasi.
5. Pendekatan pemberdayaan masyarakat: penumbuh-
an kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi
sumber daya pedesaan.

b. Kriteria Inovasi
1. Dirasakan sebagai kebutuhan petani;
2. Memberikan keuntungan secara kongkrit bagi petani;
3. Mempunyai keselarasan dengan pola pengembangan yang
telah ada dan sedang berlaku, nilai sosial budaya,

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 12


dalam Program PKAH
kepercayaan, gagasan yang dikenal sebelumnya dan
keperluan yang dirasakan petani;
4. Dapat mengatasi faktor-faktor pembatas dengan mengacu
pada kondisi sumberdaya lokal;
5. Dapat dijangkau oleh kondisi ekonomi petani;
6. Mudah dicoba, sederhana dan tidak rumit;
7. Mudah diamati.

c. Proses Penyusunan Rancang Bangun


1. Pemetaan kesesuaian sumber daya lahan, kondisi
agroklimat, dan kondisi sosial, ekonomi serta budaya
2. Pelaksanaan PRA/RRA
3. Analisis rantai nilai, identifikasi segmen sistem agribisnis,
keterkaitan antar segmen usaha dan identifikasi peran
dan fungsi kelembagaan agribisnis.
4. Menetapkan teknologi inovatif tepat guna secara
partisipatif berdasarkan paradigma penelitian untuk
pembangunan. Inovasi dipamerkan dalam bentuk
demplot/demarea di dalam kawasan agribisnis
hortikultura. Demplot disusun secara partisipatif dengan
melibatkan petani dan BPTP. Pembuatan
demplot/demarea memperhatikan tahapan sebagai
berikut:
a. Jenis komoditas,

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 13


dalam Program PKAH
b. Jenis inovasi,
c. Lokasi,
d. Rancangan demplot
e. Organisasi pelaksanaan,
f. Instansi terkait
g. Penganggaran,
h. Pelatihan bagi pelaksana

5. Membangun pilot model percontohan sistem dan usaha


agribisnis berbasis teknologi inovatif yang
mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan
dengan sistem agribisnis skala industrial dengan
melibatkan para pihak terkait sebagai embrio bisnis yang
mengintegrasikan segmen hulu s/d hilir dalam sistem
agribisnis hortikultura yang berdaya saing. Di dalam
merancang pilot model perlu memperhatikan berbagai hal
sebagai berikut:
a. Identifikasi dan integrasi segmen usaha di dalam
sistem agribisnis,
b. Luas area pengembangan inovasi (demarea) di dalam
kawasan,
c. Perumusan mekanisme kerja integrasi segmen usaha
di dalam sistem agribisnis

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 14


dalam Program PKAH
d. Perumusan keterlibatan dan kontribusi para pihak
terkait
e. Perumusan bentuk kelembagaan
f. Perumusan jadwal pelaksanaan

6. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan


teknologi inovatif melalui diseminasi informasi, advokasi
serta fasilitasi. Adapun fasilitasi yang dapat dilakukan
mencakup :
a. Pengembangan inovasi skala industri dalam bentuk
pilot model dengan prinsip partisipatif,
pemberdayaan, dan sinergi antar pemangku
kepentingan
b. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
c. Koordinasi para pihak yang terlibat

7. Rencana monitoring dan evaluasi


a. Menyiapkan perangkat monitoring dan evaluasi
b. Analisis umpan balik

Rancang Bangun model integrasi inovasi dalam sistem


agribisnis industrial hortikultura berbasis sumberdaya lokal
diimplementasikan dengan tahapan sebagai berikut:

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 15


dalam Program PKAH
1. Persiapan
a. Melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan harmonisasi
eksternal dan internal
b. Menyiapkan langkah-langkah operasional sebagai
penjabaran skema rancang bangun yang telah disusun dan
disepakati bersama
c. Membuat rencana demplot dukungan inovasi
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura di lokasi
terpilih melalui pola kemitraan dengan pemda dan swasta,
serta pola SL-PAH dengan gapoktan/poktan melibatkan
BPTP setempat.
d. Mempersiapkan pengembangan inovasi ke area yang lebih
luas (demarea) sebagai embrio usaha industrial hortikultura
yang berdaya saing.
e. Menyusun dokumen pendukung.
f. Penyiapan perjanjian kerja sama dan kerangka acuan
(TOR) (diuraikan dalam Bab III).
g. Penyusunan jadwal palang kegiatan, dan perangkat monev.
h. Penyusunan konsep sistem pengawalan untuk menjamin
keberlanjutan penerapan model integrasi inovasi di dalam
sistem agribisnis industrial skala kawasan (diuraikan dalam
Bab IV).
i. Penyusunan roadmap rencana kegiatan dalam periode
2009-2014. Roadmap berisi tentang uraian kegiatan

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 16


dalam Program PKAH
(persiapan, pelaksanaan, tahapan pengembangan, indikator
kinerja dan sasaran tahunan)
j. Mengumpulkan data dan informasi pendukung
k. Melaksanakan seminar/lokakarya rencana pelaksanaan
dengan melibatkan seluruh instansi terkait dan kelompok
sasaran

2. Pelaksanaan
a. Kegiatan dukungan diimplementasikan di lapangan dalam
bentuk demplot sesuai dengan kerangka acuan yang
disepakati oleh para pihak yang terlibat,
b. Pengembangan inovasi ke area yang lebih luas sebagai
embrio usaha industrial dengan melibatkan para pihak yang
terkait,
c. Penggunaan lokasi kawasan prioritas berdasarkan program
pengembangan kawasan hortikultura Ditjen Hortikultura.
d. Implementasi kegiatan dukungan PKAH disesuaikan dengan
kebutuhan mitra.
e. Kemitraan dengan PEMDA diarahkan pada topik spesifik
sesuai kebutuhan.
f. Kemitraan dengan perusahaan swasta difokuskan pada
pengembangan dan komersialisasi teknologi inovatif sesuai
dengan kesepakatan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 17


dalam Program PKAH
g. Kemitraan dengan gapoktan/poktan diarahkan pada
pengembangan kegiatan PKAH melalui SL-PAH dengan
melibatkan BBP2TP, BPTP serta Dinas Pertanian setempat.

Di dalam mengimplementasikan model integrasi inovasi


dalam sistem agribisnis industrial hortikultura berbasis
sumberdaya lokal perlu dikembangkan sistem kerja sama antar
stekeholder melalui pola kemitraan. Di dalam kerja sama
tersebut dilakukan deliniasi tugas dan fungsi masing-masing
pihak yang terlibat. Deliniasi tugas antar instansi diuraikan
sebagai berikut:

1. Puslitbang Hortikultura berperan sebagai penyusun


PANDUM PDPKAH, koordinator dan koordinasi
2. UPT Lingkup Puslitbang Hortikultura berperan penyedia
teknologi inovatif hortikultura.
3. Unit Kerja terkait lainnya di lingkup Badan Litbang Pertanian
berperan memberi dukungan informasi dan teknologi inovatif
yang diperlukan sesuai kondisi biogeofisik di lokasi target.
4. Direktorat Jenderal Hortikultura, Ditjen Sarana dan
Prasarana Pertanian dan Ditjen P2HP memberi dukungan
teknis sesuai dengan kebijakan dan program masing-masing.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 18


dalam Program PKAH
5. PEMDA berperan memfasilitasi terselenggaranya kegiatan
pengembangan dan adopsi teknologi di tingkat daerah melalui
dukungan kebijakan yang kondusif.
6. Dinas Pertanian, berperan melakukan pembinaan dan
penyediaan sumberdaya yang diperlukan mendukung
percepatan adopsi teknologi inovatif.
7. Perusahaan swasta berperan sebagai pengguna teknologi
dan obyek pembinaan yang berkewajiban menyediakan
fasilitas pendukung dan sumberdaya yang diperlukan untuk
proses transfer teknologi.
8. Gapoktan merupakan target pembinaan yang berperan
mengikuti proses diseminasi inovasi teknologi secara tertib dan
partisipatif.
9. BPTP berperan menginisiasi pertemuan dan
mengkonsultasikannya kepada para pihak terkait di daerah,
serta melakukan pendampingan implementasi inovasi
dilapangan.

Implementasi model integrasi inovasi dalam sistem


agribisnis industrial hortikultura berbasis sumberdaya lokal perlu
didukung oleh sistem monitoring dan evaluasi yang efektif dan
efisien. Adapaun pelaksanaan monitoring dan evaluasi diuraikan
sebagai berikut:

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 19


dalam Program PKAH
1. Monitoring dan evaluasi (monev) dilaksanakan oleh Tim
Puslitbang Hortikultura dengan melibatkan instansi terkait
lingkup Badan Litbang Pertanian.
2. Monev dilaksanakan terhadap perencanaan dan pelaksanaan
program, perkembangan dan permasalahan yang dihadapi
dengan mengacu pada Road Map Pelaksanaan Dukungan
PKAH.
3. Monev dilakukan untuk perbaikan atau penyempurnaan
pelaksanaan Dukungan PKAH.
4. Kegiatan Monev terdiri atas evaluasi laporan kemajuan
kegiatan dan pemantauan lapangan ke lokasi penerapan
kegiatan PKAH, 1 – 2 kali setahun sesuai keperluan.

Hasil kegiatan dukungan inovasi dalam program PKAH


dilaporkan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut.
1. Pelaporan pelaksanaan Program Dukungan PKAH disusun
oleh masing-masing UPT terkait dengan format baku.
2. Tiap UPT membentuk tim yang akan menyusun laporan
dalam bentuk laporan akhir.
3. Laporan memuat data dan informasi tentang semua kegiatan
yang dilaksanakan, hasil yang dicapai, permasalahan yang
dihadapi dan jalan keluar yang telah dilakukan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 20


dalam Program PKAH
4. Laporan akhir akan dipresentasikan dalam lokakarya yang
dihadiri oleh para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan penerapan dukungan PKAH.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 21


dalam Program PKAH
BAB III

KERJA SAMA KEMITRAAN DALAM DUKUNGAN INOVASI


PADA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN
AGRIBISNIS HORTIKULTURA

Pengembangan teknologi inovatif hortikultura pada masa


mendatang sebaiknya dibangun melalui pendekatan kemitraan.
Penerapan pola kemitraan memiliki beberapa keuntungan, yaitu
terdeliniasinya peran masing-masing pihak yang terlibat,
terkelolanya sumberdaya secara terpadu, dan terwujudnya
komitmen para pihak yang adil dan berimbang. Program litbang
hortikultura memiliki keterkaitan erat dengan program pengkajian
teknologi di BPTP. Di dalam pelaksanaan pengkajian dan
penerapan teknologi spesifik lokasi dilakukan melalui proses
sinkronisasi, konsultasi dan asistensi dengan Balai Penelitian
lingkup Puslitbang Hortikultura dan UPT terkait lingkup Badan
Litbang Pertanian. Program pengkajian yang terkait dengan
pengembangan komoditas hortikultura berbasis wilayah
mencakup : (1) karakterisasi dan analisis zona agroekologi, (2)
penelitian adaptif dan komoditas spesifik lokasi, (3) rekayasa
usaha agribisnis, (4) pengkajian sistem agribisnis berbasis
komunitas, (5) sosial ekonomi budaya masyarakat pedesaan dan
(6) diseminasi inovasi hortikultura.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 22


dalam Program PKAH
Kemitraan dapat dilakukan dengan kelembagaan terkait,
seperti pemerintah daerah, instansi lingkup Kementerian
Pertanian, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian
Perdagangan, Kementerian PU, Kementerian Pariwisata,
Perguruan Tinggi, perusahaan swasta, gapoktan/poktan dan
lainnya. Kesepakatan kerja sama kemitraan antar lembaga
tersebut dituangkan dalam Naskah Perjanjian Kerja sama
pengembangan kawasan agribisnis industrial hortikultura berbasis
inovasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Di dalam program
kemitraan tersebut, Puslitbang Hortikultura yang memiliki mandat
nasional menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
hortikultura berperan sebagai koordinator dalam memobilisasi
dan mengkoordinasikan unit kerja lainnya di dalam lingkup Badan
Litbang Pertanian dan instansi lainnya untuk memberikan
dukungan inovasi yang terkait dengan PKAH, seperti kesesuaian
lahan dan agroklimat, teknologi pasca panen, produk
bioteknologi, mesin dan alat pertanian, informasi sosial ekonomi,
demografi, serta komunikasi.

Ruang lingkup kerja sama di dalam PKAH sangat luas


sejalan dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan di
lapangan, mencakup pengembangan (1) infra struktur, (2)
industri hulu (benih, pupuk, pestisida, media, dan pembiayaan),
industri on farm (kegiatan budidaya, sertfikasi kebun), (3)

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 23


dalam Program PKAH
industri off farm (pasca panen, grading, sortasi, pengemasan dan
sertfikasi mutu, dan transportasi), serta (4) bidang pendukung
(perijinan dan pelatihan). Setiap bidang kerja sama tersebut
menyangkut tugas pokok instansi pemerintah di pusat dan
daerah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, asosiasi
pengusaha, dan lembaga swadaya masyarakat dan pelaku usaha.
Oleh karena itu koordinasi antar para pihak yang terlibat sangat
diperlukan untuk mencapai target pengembangan kawasan
agribisnis hortikultura. Koordinasi diikuti dengan penyusunan
rencana aksi dan pelaksanaan kegiatan secara terintegrasi.
Dengan demikian permasalahan yang terjadi di lapangan dapat
diatasi secara cepat, sehingga kinerja kawasan agribisnis dapat
ditingkatkan.

Membangun kemitraan merupakan prasyarat bagi


keberhasilan pencapaian sasaran akhir program pengembangan
kawasan agribisnis industrial. Di dalam kemitraan tersebut para
pihak bersepakat untuk melakukan kerja sama pada bidang
tertentu dengan ruang lingkup kegiatan yang spesifik.
Kesepakatan kerja sama selanjutnya didokumentasikan dan
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

Tahapan mewujudkan kemitraan dalam dukungan


inovasi program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura
adalah sebagai berikut:

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 24


dalam Program PKAH
1. Persiapan
- Memahami rancangan model dengan cakupan luasan yang
telah ditentukan.
- Mengidentifikasi Balit/Balai Besar/BPTP yang akan terlibat
(teknologi).
- Mengidentifikasi para pihak yang akan terlibat pada model
tersebut dari hulu sampai hilir.
- Mengidentifikasi potensi untuk kontribusi dan jejaring yang
dimiliki para pihak yang terlibat serta potensi lain yang
mendukung pelaksanaan kerja sama.

2. Pelaksanaan
- Membuat pertemuan antar pelaku (para pihak) untuk
membangun komitmen, sehingga secara partisipatif
terbentuk kesepakatan dan didokumentasikan.
- Membuat matriks kesepakatan dalam kisaran waktu
pencapaian target (model mampu mandiri sebagai model
agribisnis industrial berbasis komoditas tersebut).
Kemudian dibuat matriks lebih terinci untuk tahun berjalan,
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari matriks
kesepakatan.
- Menuangkan kesepakatan dalam bentuk dokumen yang
ditandatangani para pihak dan diketahui pihak yang

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 25


dalam Program PKAH
berwenang/institusi penentu kebijakan. Bentuk dokumen
dapat berupa pernyataan kesediaan, surat perintah kerja,
kerangka acuan, atau naskah perjanjian kerja sama
tergantung dari keperluan dan tingkat kompleksitas pola
kerja sama.
- Melaksanakan kegiatan berdasarkan kesepakatan dan
jadwal yang jelas.
- Membuat kesepakatan tentang hasil yang diperoleh dari
model.
- Membuat kesepakatan untuk usaha komersial, apakah
berupa badan usaha (Koperasi, lainnya) dan pola kemitraan
antar para pihak.

3. Pemantauan dan evaluasi


- Secara periodik, matriks dievaluasi pelaksanaannya,
kemungkinan perlu penyesuaian dikaitkan dengan kendala
dan target yang telah ditetapkan. Evaluasi dilaksanakan
secara partisipatif bersama para pihak (fasilitator dari Tim
DPKAH)
- Saat pemantauan/evaluasi terdapat kemungkinan terjadi
perubahan sehingga perlu dibuat addendum atau
kesepakatan baru. Jika demikian, maka harus dituangkan
dalam dokumen kesepakatan tambahan atau perubahan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 26


dalam Program PKAH
- Kesepakatan baru dapat dibuat sesuai dengan
perkembangan model, termasuk penambahan pihak baru,
investor, keterlibatan bank sebagai sumber pembiayaan
usaha, dan lainnya.
- Pemantauan dan evaluasi 1-2 kali setahun.

4. Tahap akhir pelaksanaan


- Membuat daftar varietas/teknologi yang telah digunakan
dalam Model Pengembangan Kawasan Agribisnis
Hortikultura.
- Mengusahakan Surat Pernyataan sebagai bukti
dimanfaatkannya inovasi Badan Litbang Pertanian oleh
Dunia Usaha atau Pemerintah Daerah
- Membuat analisis dampak
- Membuat Berita Acara Serah Terima (jika ada)
- Menyelenggarakan ekspose

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 27


dalam Program PKAH
5. Pelaporan
- Laporan kemajuan dibuat tiap tahun sebagai bahan
pembahasan dengan semua pihak untuk merancang
kegiatan tahun berikutnya.
- Laporan akhir: dibuat saat berakhirnya model. Laporan
disampaikan pada workshop yang dilengkapi dengan
ekspose keberhasilan dengan mengundang banyak pihak.
- Laporan akhir dilengkapi analisis dampak.

Berbagai bentuk kerja sama kemitraan dapat


dikembangkan dalam pelaksanaan kegiatan dukungan inovasi di
lapangan. Ruang lingkup kerja sama sangat beragam tergantung
pada cakupan kegiatan model dukungan inovasi. Demikian juga
subyek kerja sama bersifat terbuka bagi siapapun dan lembaga
manapun yang tertarik untuk mendukung pengembangan model
dukungan inovasi. Pada bagian berikut diberikan contoh kerja
sama yang melibatkan berbagai komponen pelaku usaha dalam
skema kerja model dukungan inovasi.

Berikut ini contoh kemitraan pada model dukungan


inovasi pada pengembangan kawasan agribisnis krisan tabanan.

- Jenis kerja sama yang telah dilakukan pada model dukungan


inovasi dalam program Pengembangan Kawasan Agribisnis
Industrial Krisan adalah:
Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 28
dalam Program PKAH
a. Kerja sama antara Kelompok tani/Gapoktan – distributor
pupuk, pada bidang pengembangan produksi dan
komersialisasi produk pupuk organik;
b. Kerja sama antara Kelompok tani/ Gapoktan – pengguna
benih, pada bidang pemanfaatan stek pucuk krisan untuk
benih dalam kegiatan produksi bunga potong.
c. Kerja sama Kel Tani /Gapoktan – LPM Udayana, pada
bidang pelatihan agribisnis tanaman hias
d. Kerja sama Kel Tani/Gapoktan - Outlet – Florist, pada
bidang pemasaran bunga potong krisan

- Kerja sama Balit-Gapoktan, pada bidang pemanfaatan hasil


penelitian tanaman hias
- Kerja sama Balit-BPTP-Dinas, pada bidang pembinaan,
pengawalan, pendampingan teknologi dalam pengembangan
dan pemanfaatan inovasi
- Kerja sama Puslitbang-Bupati, pada pemanfaatan teknologi
hortikultura mendukung pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura
- Badan Litbang-Gubernur, pemanfaatan IPTEK dan inovasi
pertanian mendukung ketahanan pangan di tingkat propinsi

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 29


dalam Program PKAH
Di dalam melaksanakan kegiatan kerja sama, para pihak
bersepakat untuk memberikan kontribusi sesuai sumberdaya
yang dimiliki. Kontribusi tersebut berupa input yang akan
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, kemungkinan berwujud
kegiatan, produk, teknologi ataupun jasa yang mendukung
tercapainya luaran kerja sama. Penyediaan input dari masing-
masing pihak dilakukan pada waktu yang telah ditentukan sesuai
kesepakatan dalam naskah kerja sama. Matriks dukungan
inovasi dalam program kerja sama kemitraan PKAH disajikan
dalam Lampiran 1.

Naskah perjanjian kerja sama disusun bersama oleh


para pihak yang bersepakat yang berisi tentang tujuan, ruang
lingkup kegiatan, waktu pelaksanaan, hak dan kewajiban,
kepemilikan HKI, pembinaan dan pengendalian, keadaan
memaksa, perselisihan, adendum dan penutup. Format naskah
kerja sama disajikan dalam Lampiran 2.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 30


dalam Program PKAH
BAB IV

PENGAWALAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN


AGRIBISNIS HORTIKULTURA

Untuk menjamin keberhasilan dukungan inovasi dalam


Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH),
kegiatan pengawalan memegang peranan penting. Pengawalan
dapat dipahami sebagai kegiatan pemberdayaan petani/poktan/
gapoktan dengan menempatkan tenaga pengawalan yang
berperan sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan
dinamisator. Dalam konteks pemberdayaan petani/poktan/
gapoktan, kegiatan pengawalan merupakan aktivitas untuk
memfasilitasi petani/poktan/gapoktan dalam proses pembelajaran
bersama-sama, sehingga terwujud kemampuan pengambilan
keputusan teknis, budidaya dan manajemen serta peningkatan
posisi tawar dalam sistem agribisnis. Tenaga pengawalan sifatnya
sementara, sehingga perlu dilahirkan kader pendamping dari
petani/poktan/gapoktan setempat untuk keberlanjutan PKAH.

Unit kerja dan unit pelaksana teknis Puslitbang


Hortikultura dan instansi terkait lainnya, berkewajiban melakukan
pengawalan untuk pencapaian tujuan PKAH. Pengawalan
dilakukan agar terbentuk ketrampilan, kesamaan persepsi dan
aksi, serta terciptanya pijakan yang sama bagi
Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 31
dalam Program PKAH
petani/poktan/gapoktan dalam memulai dan membangun
partisipasinya dalam PKAH dengan tujuan akhir keberhasilan
tujuan kawasan agribisnis hortikultra. Pengawalan juga dilakukan
agar perbedaan-perbedaan inheren yang melekat dengan sosial
budaya serta karena faktor jarak dan geografis dapat diperkecil
sehingga akhirnya setiap petani/poktan/gapoktan memiliki
kesempatan yang sama dalam PKAH. Konsep pengawalan di
dalam PKAH mencakup empat aktivitas, yaitu: (1) advokasi dan
konsultasi, (2) supervisi, (3) konsolidasi dan koordinasi
serta, (4) monitoring dan evaluasi.

Advokasi dan Konsultasi

Aktivitas yang harus dilaksanakan pertama kali dalam


proses pengawalan adalah advokasi dan konsultasi. Advokasi di
dalam PKAH merupakan suatu proses atau kegiatan strategis
untuk menjamin dan meyakinkan seluruh pelaku Kawasan
Agribisnis, bahwa program PKAH merupakan upaya
pemberdayaan petani/poktan/gapoktan dalam sistem agribisnis
hortikultura secara berkesinambungan baik teknis manupun
manajemen. Langkah-langkah dalam proses advokasi adalah: 1)
merumuskan secara konkrit permasalahan, tujuan yang akan
dicapai dan sasaran advokasi dalam suatu Kawasan Agribisnis, 2)

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 32


dalam Program PKAH
membangun dukungan dan cara-cara advokasi teknis budidaya
dan manajemen, serta 3) implementasi advokasi.

Advokasi di dalam PKAH mencakup aspek manajemen


dan teknis. Aspek manajemen di dalam advokasi dan supervisi
dilakukan oleh Puslitbang Hortikultura, Unit Kerja Litbang lainnya,
Unit Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat
Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian, dan Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Advokasi
mencakup beberapa kegiatan yaitu intermediasi antar pelaku di
dalam kawasan agribisnis dan fasilitasi dokumentasi kerja sama.
Di dalam aspek teknis, advokasi dilakukan oleh Balai Penelitian
dan Dinas Teknis baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
Ruang lingkup kegiatan yang dapat diadvokasikan adalah
keseluruhan sub sistem di dalam agribisnis, yaitu saprodi,
budidaya, pasca panen, pemasaran dan kelembagaan.

Sementara itu konsultasi didefinisikan sebagai upaya


penerima teknologi untuk mendapatkan saran, masukan atau
informasi dari narasumber, terkait permasalahan yang di hadapi
dalam implementasi PKAH. Pihak-pihak yang disebut sebagai
penerima teknologi adalah petani/poktan/gapoktan, pedagang,
perusahaan swasta, dan pihak-pihak lainnya yang terlibat di
dalam rantai pemasaran komoditas hortikultura. Sedangkan
narasumber adalah peneliti di Balai Penelitian, petani maju,

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 33


dalam Program PKAH
penyuluh, dinas teknis dan perguruan tinggi. Prasarana
pendukung di dalam proses konsultasi adalah pusat informasi
PKAH, berupa klinik agribisnis, di mana penerima teknologi dan
narasumber dapat berinteraksi baik secara langsung(fisik)
maupun tidak langsung (non fisik).

Supervisi

Supervisi diartikan sebagai pembinaan petani/poktan/


gapoktan dengan memberikan bimbingan program PKAH untuk
pemberdayaan secara berkelanjutan. Berbeda dengan konsultasi
di mana para pelaku sistem agribisnis aktif menggali informasi
dari narasumber, arah aktivitas supervisi berjalan sebaliknya,
yaitu dari narasumber kepada para pelaku agribisnis. Supervisi
mencakup aspek manajemen dan teknis. Narasumber dalam
aspek manajemen adalah Direktorat Jenderal Hortikultura,
Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian, dan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Di dalam aspek teknis, narasumber utama adalah Balai Penelitian
dan Dinas Teknis baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
Ruang lingkup kegiatan yang dapat disupervisikan adalah
keseluruhan sub sistem di dalam agribisnis, yaitu saprodi,
budidaya, pasca panen, pemasaran dan kelembagaan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 34


dalam Program PKAH
Konsolidasi dan Koordinasi

Aktivitas ketiga di dalam pengawalan PKAH adalah


konsolidasi dan koordinasi. Konsolidasi adalah upaya
menyamakan persepsi dan aksi sesuai dengan road map di dalam
PKAH. Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian
beberapa elemen dalam PKAH yang pada awalnya memiliki
tujuan dan kegiatan yang terpisah atau berbeda, diselaraskan
dalam program PKAH untuk dapat mencapai tujuan yang lebih
besar dan mengelola sumber daya secara lebih efisien. Beberapa
hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa koordinasi
harus terpusat, terpadu, berkesinambungan, dan multi
institusional. Sama dengan advokasi ataupun supervisi, ruang
lingkup konsolidasi dan koordinasi juga mencakup aspek
manajemen dan teknis. Konsolidasi dan koordinasi dapat
dilakukan dalam tiga tahap dalam keseluruhan jangka waktu
PKAH, yaitu sebelum, selama dan setelah implementasi PKAH.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi (Monev) program PKAH


dilakukan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan
dan pelaksanaan dukungan PKAH. Monitoring dan evaluasi
dilaksanakan seoptimal mungkin berdasarkan kriteria yang dapat
dinilai secara kuantitatif, sehingga langkah perbaikan dapat

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 35


dalam Program PKAH
ditentukan secara lebih terukur. Monitoring merupakan rangkaian
kegiatan yang meliputi mengamati, meninjau kembali, dan
mempelajari secara berkala kegiatan di setiap tahapan pelaksanaan
kegiatan, untuk memastikan bahwa pengadaan, penggunaan
masukan, jadwal kerja, hasil yang ditargetkan, dan tindakan lainnya
berjalan sesuai dengan rencana. Sedangkan evaluasi merupakan
suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan
dampak pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif.

Monev dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun yang


mencakup ex-ante, on going dan ex-post pada tahapan masukan
(input), proses dan keluaran (output). Masukan atau inputs
adalah materi yang digunakan atau dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan menghasilkan keluaran (outputs) yang diharapkan,
seperti SDM, dana, material, teknologi, dan waktu. Sedangkan
keluaran atau outputs merupakan tujuan jangka pendek dan atau
jangka panjang dari kegiatan/program yang diharapkan langsung
dicapai dari penggunaan inputs dalam kegiatan/program. Outputs
dapat berbentuk produk fisik maupun non fisik.

Monev juga dilakukan pada hasil, manfaat dan dampak


yang terjadi setelah kegiatan selesai dilaksanakan dalam satu
tahun. Hasil atau outcomes adalah tujuan jangka menengah
sebagai hasil dari penggunaan outputs kegiatan/program. Monev

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 36


dalam Program PKAH
outcomes biasanya dilakukan setelah 2-3 tahun kegiatan
berakhir. Manfaat atau benefits merupakan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan yang memberikan perubahan terhadap
pengguna, biasanya dilakukan setelah 3-5 tahun kegiatan
berakhir. Dan selanjutnya secara lebih luas dapat dilakukan
monev dampak, di mana dampak atau impacts merupakan hasil
ikutan yang timbul dan berkembang sejalan dengan
berkembangnya kelompok sasaran sebagai efek langsung
maupun tidak langsung dari outputs kegiatan/program. Monev
dampak biasanya dilakukan setelah 5-6 tahun kegiatan berakhir
(Gambar 1).

Gambar 1. Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Monev dilaksanakan oleh Tim Puslitbang Hortikultura


dengan melibatkan instansi terkait lingkup Badan Litbang
Pertanian. Monev dilaksanakan terhadap kesesuaian antara
Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 37
dalam Program PKAH
perencanaan dan pelaksanaan program serta perkembangan dan
permasalahan yang dihadapi dengan mengacu pada Road Map
Pelaksanaan Dukungan PKAH.

Strategi pelaksanaan monev di dalam PKAH adalah: 1)


Monev secara langsung yang bertujuan untuk memperoleh data,
informasi maupun klarifikasi pelaksanaan PKAH yang berasal dari
para pelaku PKAH, terutama petani/poktan/gapoktan secara
langsung dengan cara mendatangi responden ke lapangan untuk
melakukan wawancara maupun pengisian instrumen, 2) Monev
tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh data dan
informasi yang terkait dengan pelaksanaan program PKAH yang
diperoleh dari laporan pelaksanaan kegiatan maupun data - data
sekunder lainnya yang dikirim oleh penanggung jawab program
PKAH di setiap kawasan. Output konkrit dari monev adalah
pelaporan sebagai bahan rekomendasi untuk perbaikan kegiatan
selanjutnya.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 38


dalam Program PKAH
BAB V
PENUTUP

Untuk mengoptimalkan peran UPT lingkup Puslitbang


Hortikultura dalam memberikan dukungan inovasi terhadap
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura diperlukan
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak). Dokumen tersebut memberikan
panduan kepada tiap UPT dalam pelaksanaan di lapangan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi. Penyusunan JUKLAK dukungan
inovasi dilakukan dengan pendekatan partisipatif agar dapat
mengakomodasi seluruh variasi rancang bangun berdasarkan
spesifikasi komoditas.

Implementasi dukungan inovasi pengembangan


kawasan dilakukan untuk mendorong terciptanya sistem
agribisnis hortikultura yang mengkonsolidasikan semua segmen
usaha secara vertikal maupun horisontal berbasis kelembagaan
ekonomi masyarakat. Implementasi dukungan inovasi
pengembangan kawasan perlu dilakukan untuk mendorong
terciptanya sistem agribisnis hortikultura yang
mengkonsolidasikan semua segmen usaha secara vertikal
maupun horisontal berbasis kelembagaan ekonomi masyarakat.

Di dalam memberikan dukungan inovasi perlu disusun


rancang bangun yang mendesain pengintegrasian inovasi ke

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 39


dalam Program PKAH
dalam sistem agribisnis hortikultura dalam bentuk “pilot model
sebagai embrio berkembangnya usaha agribinis industrial yang
memadukan seluruh segmen usaha hortikultura berbasis
unggulan lokal dari hulu sampai ke hilir dalam ikatan
kelembagaan yang efektif dan berkelanjutan”. Inisiasi
pembentukan usaha industrial tersebut harus dikaitkan dengan
program dan kegiatan serupa di berbagai instansi dan lembaga di
tingkat Pusat maupun Daerah, sehingga pelaksanaannnya di
lapangan berjalan terintegrasi. Untuk mewujudkan kesatuan
kinerja yang sinergis dan harmonis maka diperlukan koordinasi
secara intensif semua instansi yang terlibat agar tidak terjadi
tumpang tindih kegiatan dan pendanaan.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 40


dalam Program PKAH
Lampiran 1. Matriks bentuk dukungan dalam program
kerja sama kemitraan di dalam kawasan

No Pelaku Bentuk Dukungan 2011 2012 2013


1. Balithi 1. 1. Varietas
2. 2. Benih sumbver
3. 3. Tekn. Perbenihan
4. 4. Tekn. Pupuk
5. 5. Tekn. Night break
6. 6. Narasumber
2. Gapoktan
1. Produksi 1. Lahan
pupuk 2. Tenaga kerja
2. Produksi 3. Sarana Produksi
benih 4. Modal
3. Produksi 5. Nara sumber
bunga
3. LPM 1. Peserta pelatihan
Udayana: 2. Dana pelatihan
Fasilitator
pelatihan
4. Penyalur 1. Sarana (kios, mobil)
Pupuk:
pemasaran
pupuk hasil
produksi
5. Pengguna 1. Dana untuk
Benih: membeli benih
produksi
bunga
6. Florist: 1. Kios
pemasaran 2. Sarana transportasi
produk 3. Modal
bunga hasil
produksi

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 41


dalam Program PKAH
No Pelaku Bentuk Dukungan 2011 2012 2013
7. BPTP 1. Tenaga pendamping
(kelembagaan)
8. BB Pasca 1. Narasumber
Panen: tekn 2. Teknologi pulsing
pengemasan
dan
transportasi
9. BB 1. Narasumber
Mekanisasi: 2. Teknologi
Tekn. irigasi

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 42


dalam Program PKAH
Lampiran 2. Format naskah perjanjian kerja sama antar pihak
yang terlibat dalam dukungan inovasi dalam
program PKAH

NASKAH PERJANJIAN KERJA SAMA

Antara

…………………………….

Dengan

……………………………………..

Tentang

………………………………………….

Nomor:
Nomor:

Pada hari ............, tanggal ……….., bulan ………… tahun


......................, yang bertandatangan di bawah ini:

1. ………………………………. : ………………………., untuk selanjutnya


dalam perjanjian ini disebut
PIHAK KESATU.

2. ……………………………………. : ………………………….., untuk


selanjutnya dalam perjanjian
ini disebut PIHAK KEDUA

Dengan ini menyatakan sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman


.......................................dengan……………..………………………………………
……………………………………………… dan bersepakat dan mengikatkan diri
dalam suatu perjanjian kerja sama .................................... dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 43


dalam Program PKAH
Pasal 1
TUJUAN

Tujuan perjanjian kerja sama ini adalah untuk


……………………………………………..

Pasal 2
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup perjanjian kerja sama ini


meliputi:......................................

Pasal 3
PELAKSANAAN KERJA SAMA

Kerja sama tersebut dalam pasal 1 di atas harus dilaksanakan sesuai


dengan Kerangka Acuan (TOR) yang sudah ditandatangani oleh kedua
belah pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian ini.

Pasal 4
HAK DAN KEWAJIBAN

A. Hak dan Kewajiban PIHAK KESATU

1. Hak PIHAK KESATU :


a.

2. Kewajiban PIHAK KESATU :


a.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 44


dalam Program PKAH
B. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA

1. Hak PIHAK KEDUA :


a.

2. Kewajiban PIHAK KEDUA :


a.

Pasal 5
JANGKA WAKTU

(1) Perjanjian kerja sama ini berlaku untuk jangka waktu …………tahun,
terhitung sejak tanggal ditandatanganinya naskah perjanjian kerja
sama dan akan dibuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah perjanjian
kerja sama ini;
(2) Naskah perjanjian kerja sama ini dapat diakhiri sebelum masa
berlaku yang dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 atau dapat
diperpanjang dengan kesepakatan KEDUA PIHAK dengan
ketentuan pihak yang ingin mengakhiri atau memperpanjang
perjanjian kerja sama ini harus memberitahukan maksud tersebut
secara tertulis kepada pihak lainnya, paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelumnya.

Pasal 6
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)

Hal-hal yang berkenaan dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) akan


dibahas dan ditetapkan kemudian dalam perjanjian pelaksanaan kerja
sama yang disetujui dan ditandatangani oleh KEDUA PIHAK.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 45


dalam Program PKAH
Pasal 7
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

Untuk menjamin tercapainya tujuan kerja sama secara optimal, maka


selama pelaksanaan kegiatan kerja sama berlangsung, PIHAK KESATU
dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama atau sendiri-sendiri
berkewajiban melakukan pembinaan/pengendalian terhadap
pelaksanaan kegiatan baik administratif maupun teknis.

Pasal 8
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

1. Yang termasuk dalam "keadaan memaksa" adalah peristiwa-peristiwa


seperti berikut:
a. bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, dan banjir);
b. kebakaran yang tidak disengaja, atau bukan merupakan suatu
kesalahan;
c. perang, huru-hara politik, pemogokan, pemberontakan, dan
epidemi, yang secara keseluruhan ada hubungan langsung
dengan kerja sama ini;
d. kegagalan pelaksanaan kegiatan yang bukan karena kesalahan
dari PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.

2. Apabila terjadi ”keadaan memaksa” sebagaimana dimaksudkan


butir (1) di atas, PIHAK KESATU harus memberitahukan kepada
PIHAK KEDUA secara tertulis paling lambat 7 hari kerja sejak
terjadinya ”keadaan memaksa” disertai bukti-bukti yang sah,
demikian juga pada waktu ”keadaan memaksa” berakhir.

3. Perjanjian ini dapat berakhir, apabila terjadi keadaan memaksa


seperti pada ayat 1 dan 2.

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 46


dalam Program PKAH
Pasal 9
PERSELISIHAN

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada


dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah/mufakat;

2. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah/


mufakat, maka perselisihan dapat diselesaikan secara hukum
melalui Badan Arbitrasi Nasional atau melalui Pengadilan Negeri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10
ADENDUM

Segala sesuatu yang belum diatur dalam kerja sama ini PARA PIHAK
akan mengatur dalam addendum/amandemen yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari perjanjian kerja sama ini

Pasal 13
PENUTUP

Perjanjian kerja sama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak di


Jakarta pada hari dan tanggal tersebut di atas dan dibuat dalam
rangkap 4 (empat), 2 (dua) di antaranya bermaterai cukup, yang
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU,

..................................... ........................................

Juklak Dukungan Inovasi Teknologi 47


dalam Program PKAH

Anda mungkin juga menyukai