Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KAPASITAS

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional dan Rantai Pasok
Diampu oleh Moh. Farih Fahmi, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2 MBS 6F
1. Surya Betris Shela (12405183291)
2. Putfui Maras Ati (12405183292)
3. Intania Muyana Shofi (12405183273)
4. Siska Setianingkrum (12405183274)
5. Siska Ulfaturrohmah (12405183294)

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan hasil makalah ini
dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Operasional Rantai Pasok Semoga dengan jadinya makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan pengetahuan.

Kiranya dalam penulisan ini, cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini
tak lepas dari bantuan berbagai pihak,terutama ucapan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu yaitu;

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku rektor IAIN Tulungagung.


2. Moh. Farih Fahmi, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Operasional Rantai Pasok

Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Tulungagung, 23 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I :PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................. 2

BAB II :PEMBAHASAN .............................................................................. 3


A. Pengertian Kapasitas................................................................. 3
B. Proses Perencanaan Kapasitas .................................................. 3
C. Jenis-Jenis Kapasitas ................................................................ 4
D. Macam-macam Perencanaan Kapasitas.................................... 4
E. Perencanaan Kapasitas dengan Metode BEP ...........................7
BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................... 10
B. Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam teori ekonomi, kegiatan perusahaan adalah memproduksi sampai kepada
tingkat di mana keuntungan mencapai jumlah yang maksimum. Sehingga tujuan
memaksimumkan keuntungan merupakan tujuan yang paling penting. Untuk tujuan
itu, perusahaan menjalankan usaha yang bersamaan yaitu mengatur penggunaan
faktor-faktor produksi dengan cara yang seefisien mungkin sehingga usaha
memaksimumkan keuntungan. Di samping itu, perusahaan harus mampu mengukur
kemampuannya dalam memenuhi permintaan para konsumen dan pasar dengan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Kapasitas yang tersedia akan menentukan
seberapa besar atau banyak keluaran atau output yang dihasilkan. Oleh karena itu,
peran salah satu kegiatan manejemen sangat penting yakni dalam hal manajemen
kapasitas.
Manajemen kapasitas merupakan bagian dari keputusan strategis perusahaan yang
dirumuskan berdasarkan hasil peramalan permintaan di masa mendatang. Apabila
kapasitas yang tersedia di perusahaan terbatas, maka output yang dihasilkan akan
berada dibawah tingkat permintaan pasar. Sehingga menyebabkan sebagian potensi
pasar tidak dapat diyalani dan mungkin akan dikuasai oleh pesaing lain. Sebaliknya,
apabila kapasitas yang ada terlalu besar, output kemungkinan akan menganggur dan
tidak akan terpasarkan seluruhnya dan menyebabkan pemborosan pemakaian sumber
daya ekonomi perusahaan yang seharusnya dioptimalkan penggunaannya. Oleh
karena itu, perlu adanya pengetahuan mengenai manajemen kapasitas dan hal-hal apa
saja yang harus diperhatikan agar tujuan-tujuan perusahaan yang diinginkan dapat
tercapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kapasitas?
2. Bagaimana proses perencanaan kapasitas?
3. Apa saja jenis-jenis kapasitas?
4. Apa saja macam perencanaan kapasitas?
5. Bagaimana metode perencanaan kapasitas dengan metode BEP?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kapasitas.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses perencanaan kapasitas.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kapasitas.
4. Untuk mengetahui apa saja macam perencanaan kapasitas.
5. Untuk mengetahui perencanaan kapasitas dengan metode BEP.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kapasitas

Menurut Chase dan Aquilano serta Russel dan Taylor, kapasitas merupakan
jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam waktu
tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam beberapa tahun mendatang. Kapasitas
dapat pula diartikan sebagai jumlah unit produk yang dapat ditangani, diterima,
disimpan, atau diakomodasi dalam waktu tertentu. Pengertian pertama terpakai
dalam menyatakan kemampuan menghasilkan dari sebuah pabrik. Sedang makna
kapasitas yang kedua, lazim dipakai untuk menyatakan kemampuan sebuah fasilitas
jasa. Misalnya kapasitas tampung sebuah gudang wilayah atau gudang distribusi
100.000 ton per tahun pada waktu simpan rata-rata 5 hari kalender. Kapasitas
menyalurkan dari Distributor X adalah 10.000 unit kendaraan roda empat per tahun.
Hotel Z atau Rumah Sakit Y memiliki kapasitas 1.000 orang tamu/pasien per tahun.
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi
dalam waktu tertentum biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per
satuan waktu.1
B. Proses perencanaan kapasitas

Proses perencanaan kapasitas dimulai dari perkiraan permintaan. Perkiraan


permintaan ini dapat dilakukan dengan model peramalan, model pohon keputusan
atau model regresi. Setelah diperoleh perkiraan permintaan ke depan, maka
dihitunglah tingkat kapasitas yang ada. Tahap berikutnya menghitung tingkat
kapasitas yang dibutuhkan serta mengembangkan rencana-rencana alternatif.
Setelah rencana dipilih, tahap berikutnya adalah mengevaluasi rencana kapasitas.
Dalam melakukan evaluasi ini, perlu diperhitungkan faktor-faktor kuantitatif
seperti faktor biaya, serta faktor-faktor kualitatif seperti faktor keahlian. Tahap
berikutnya adalah memilih rencana kapasitas terbaik. Pemilihan rencana kapasitas
terbaik didasarkan pada faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif tadi. Setelah dipilih

1
Antarikso, dkk, Manajemen Produksi/Operasi Modern, Jilid 1 Edisi 7 (Jakarta: Erlangga, 1994), 121.

3
rencana kapasitas terbaik, maka tahap terakhir adalah menerapkan rencana terbaik
tersebut.2

C. Jenis-jenis kapasitas
Menurut T. Hani Handoko, ada beberapa macam jenis kapasitas, yaitu:
1. Design capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu saat dirancang
2. Rated capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan
bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya
3. Standart capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan
sebagai “sasaran” pengoperasian bagi manajemen, supervisi, dan para
operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggraran
4. Actual dan operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per satuan
waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat
5. Peak capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yang dapat dicapai
melalui maksimalisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja
lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan,
mengurangi jam istirahat, dan sebagainya3
D. Macam-macam Perencanaan Kapasitas
Perencanaan kapasitas (capacity planning) merupakan keputusan
perencanaan strategis jangka panjang yang ditujukan untuk mengadakan seluruh
sumber daya produktif yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat dipakai
menghasilkan level produksi tertentu. Jangka waktu di sini harus cukup panjang
sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan untuk membangun atau
mengadakan bangunan pabrik baru, pemasangan mesin pabrik yang baru, atau
membangun fasilitas untuk menangani pengerjaan produk baru.
Jangka waktu yang dimaksud mungkin satu atau beberapa tahun, tergantung
pada jenis bisnis yang dikelola oleh perusahaan. Selanjutnya, dalam hal ini level
produski dimaksudkan sebagai perencanaan agregat untuk menghasilkan volume

2
M. Syamsul Ma’arif dan Hendri Tanjung, Manajemen Operasi, (Jakarta: PT Grasindo) hlm. 241, dalam
https://books.google.co.id/books?id=MzZ4T0MjvcAC&lpg=PA235&dq=proses%20perencanaan%20kap
asitas&hl=id&pg=PA235#v=onepage&q=proses%20perencanaan%20kapasitas&f=false di akses pada 23
Maret 2021, pukul 12.35 WIB
3
T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2011) hlm 300.

4
keluaran tertentu secara tetap (constant level basis), fluktuasi permintaan
diharapkan dipenuhi melalui sediaan, khususnya sediaan pengaman. Sehubungan
dengan itu, maka dalam perencanaan kapasitas, kemampuan menghasilkan yang
akan dibangun atau diadakan ialah sebesar estimasi volume produksi yang
diharapkan dapat menjawab permintaan pasar dalam jangka waktu tertentu, satu
tahun atau lebih di masa yang akan datang.4
Ada dua macam perencanaan berdasarkan waktu yang digunakan, yakni
sebagai berikut:
1. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani
secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan datang,
misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika
dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperasi penuh
selama 24 jam per hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per
minggu. Jika perusahaan beroperasi selama delapan jam per hari (satu shift)
dan lima hari per minggu, maka kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah
40 jam per minggu. Namun demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas
maksimum yang dimiliki. Dalam banyak kasus perusahaan dimungkinkan
untuk bekerja melebihi kapasitas normal, sehingga kapasitas output
maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan
kapasitas mungkin perusahaan akan melakukan penambahan dan
pengurangan jam kerja, melakukan sub-kontrak dengan perusahaan lain
apabila terjadi perubahan permintaan. Untuk meningkatkan kapasitas jangka
pendek terdapat lima cara yang dapat digunakan perusahaan, yakni:
a. Meningkatkan jumlah sumber daya, yaitu:
 Penggunaan kerja lembur
 Penambahan regu kerja
 Memberikan kesempatan kerja secara part-time
 Sub-kontrak

4
Murdifin Haming dan Mahfud Nurjanamuddin, Manajemen Produksi Modern: Operasi Manufaktur dan
Jasa (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 211.

5
 Kontrak kerja
b. Memperbaiki penggunaan sumber daya, yaitu:
 Mengatur regu kerja
 Menetapkan skedul
c. Modifikasi produk, yaitu:
 Menentukan standar produk
 Melakukan perubahan jasa operasi
 Melakukan pengawasan kualitas
d. Memperbaiki permintaan, yaitu:
 Melakukan perubahan harga
 Melakukan perubahan promosi
e. Tidak memenuhi permintaan, yaitu dengan tidak mensuplai semua
permintaan.
2. Perencanaan Kapasitas Jangka Menengah
Perencanaan kapasitas jangka menengah (intermediet range) rencana-
rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 36 bulan yang atau yang akan
datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternative–alternative
seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan–peralatan bukan
utama.
3. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi
dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya
produksi per unit yang dalam jangka pendek sangat sulit untuk dicapai karena
produk yang dihasilkan masih berskala kecil. Tetapi dalam jangka panjang
rencana tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan kapasitas produksi.
Persoalan yang timbul adalah berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar
biaya produksi seminimum mungkin. Penentuan jumlah produksi yang dapat
menghadirkan biaya minimum perlu diperhatikan berbagai faktor seperti pola
permintaan jangka panjang dan siklus kehidupan produk yang dihasilkan
Dalam kaitannya dengan kapasitas jangka panjang, terdapat dua strategi
yang dapat ditempuh perusahaan, yaitu (1) strategi melihat dan menunggu

6
(wait and see strategy), strategi ini dikatakan pula sebagai strategi hati-hati,
karena kapasitas produksi akan dinaikkan apabila yakin permintaan konsumen
sudah naik. Strategi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa, setiap kali terjadi
kelebihan kapasitas perusahaan harus menanggung risiko karena investasi yang
dilakukan hanya ditanggung dalam jumlah unit yang sedikit, akibatnya biaya
produksi menjadi tinggi, (2) strategi ekspansionis, yaitu kapasitas selalu
melebihi atau di atas permintaan. Dengan strategi ini perusahaan berharap tidak
terjadi kekurangan produk di pasaran yang dapat menyebabkan adanya peluang
masuknya produsen lain. Selain itu perusahaan berusaha untuk memberikan
pelayanan terbaik dengan cara menjamin tersedianya produk di pasaran.5
E. Metode Perencanaan Kapasitas
a. Perencanaan Kapasitas dengan Metode BEP
Menurut L.M. Samryn (2012:174) Break Even Point (Titik Imbas)
merupakan tingkat aktivitas di mana suatu organisasi tidak mendapatkan laba
dan juga tidak menderita kerugian. Selanjutnya Menurut Simamora
(2012:170), BEP atau titik impas adalah volume penjualan dimana jumlah
pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak ada laba maupun rugi bersih.
Dapat disimpulkan bahwa Break Even Point merupakan suatu kondisi
dimana perusahaan pada saat ini penghasilan yang diterima sama dengan biaya
yang dikeluarkan dengan mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variable, keuntungan dan volume kegiatan dari komposisi produk yang
diperlukan selama periode tertentu. Menurut L.M Samryn (2012), beberapa
manfaat yang bisa dianalisis dengan menggunakan konsep Break Even Point
antara lain:

1. Perencanaan penjualan atau produksi

Pada awal perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan produksi


dan penjualan. Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan
menggunakan konsep BEP. Penjualan yang direncanakan perusahaan
tentunya disertai dengan target laba yang diinginkan.

5
Murdifin Haming dan Mahfud Nurjanamuddin, Manajemen Produksi Modern: Operasi Manufaktur dan
Jasa, 67-68.

7
2. Perencanaan harga jual normal

Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan


adalah penuntuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang
dibayarkan pembeli untuk memperoleh barang/jasa yang diinginkan. Bagi
perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target
keuntungan. Apabila tidak bisa menutup target laba, apabila biaya yang
dikeluarkan, berarti perusahaan dalam kondisi rugi. Dalam membuat
rencana harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang
telah direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.

3. Perencanaan metode produksi

Analisis break even point ini juga sering digunakan untuk


menentukan alternative pemilihan metode produksi atau mesin produksi.
Ada mesin produksi yang memiliki karakteristik biaya tetap rendah tetapi
biaya variabel tinggi (padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya
variabel rendah (padat modal). Dari dua pilihan tersebut, mana yang akan
dipilih apakah debganpadat karya atau padat modal. Untuk memilih mana
alternative terbaik, bisa digunakan analisis biaya, laba dan volume.
4. Titik tutup pabrik
Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukan biaya total melebihi
penjualan totalnya, yang artinya perusahan beroperasi dibawah titik break
even, apakah sebaiknya perusahaan tutup atau tetap dipertahankan. Untuk
itu manajemen harus menganalisis apakah kondisiyang demikian akan
berlanjut dalam waktu yang relatif lama atau tidak.

b. Metode Perhitungan Break Even Point

Rumus perhitungan pada BEP (Break Even Point) dibagi menjadi dua,
ialah perhitungan BEP dalam unit dan juga perhitungan BEP dalam rupiah.
Menurut Ari dan Darsono (2013:247) Rumus untuk menghitung BEP = titik
impas.

8
Atas dasar rupiah

1. BEP (Rp) = FC
vc
1- s

2. Atas dasar unit


BEP = TR – TC
TR – TC = 0
(Unit Price X Q) – TC = 0
(Unit Price X Q) – (VC + FC) = 0
(Unit Price X Q) – (Q X Unit VC+ FC) = 0
(Unit Price X Q) – (Q X Unit VC) – FC = 0
Q X (Unit Price – Unit VC) = FC
Q= FC
(Unit Price – Unit VC)
Sehingga diperoleh rumus sebagai berikut :

BEP (Q) = FC

P – VC

Keterangan :

FC = Biaya tetap

VC = biaya variable

P = harga jual perunit

S = penjualan

BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam rupiah

BEP (Q) = jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam unit.6

6
Gestia A. Nanda dan Hamidi, Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2017, Measurement, Vol. 13 No. 1, Juni 2019, hlm. 4

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab pembahasan, dapat disimpulkan bahwa perencanaan


kapasitas (capacity planning) merupakan keputusan perencanaan strategis jangka
panjang yang ditujukan untuk mengadakan seluruh sumber daya produktif yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat dipakai menghasilkan level produksi
tertentu.

Berdasarkan jangka waktunya perencanaan kapasitas terbagi menjadi tiga yaitu:

• Perencanaan kapasitas jangka pendek,

• Perencanaan kapasitas jangka sedang, dan

• Perencanaan kapasitas jangka panjang.

Dalam perencanaan kapasitas terdapa metode yang dapat digunakan untuk


mengkombinasikan berbagai faktor produksi adalah metode Break Even Point
(BEP). Break Even Point merupakan suatu kondisi dimana perusahaan pada saat
ini penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan dengan
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume
kegiatan dari komposisi produk yang diperlukan selama periode tertentu.

B. Saran

Perencanaan digunkan pada setiap perusahaan, tetapi perencanaan yang


digunakan harus sesuai dengan jenis produk yang diproduksi. Perencanaan
tergantung pada keputusan manajer di setiap perusahaan. Sebaiknya dalam
mengambil keputusan dan tindakan dalam berbagai bentuk organisasi
menggunakan proses dasar manajemen berupa perencanaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Antarikso, dkk. 1994. Manajemen Produksi/Operasi Modern. Jilid 1 Edisi 7. Jakarta:


Erlangga

`A. Nanda, Gestia dan Hamidi. 2019. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang
Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017. Measurement, Vol. 13 No.
1

`Handoko, T. Hani. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta:


BPFE Yogyakarta.

`Ma’arif M. Syamsul dan Hendri Tanjung. Manajemen Operasi. Jakarta: PT Grasindo.


Dalam
https://books.google.co.id/books?id=MzZ4T0MjvcAC&lpg=PA235&dq=proses%2
0perencanaan%20kapasitas&hl=id&pg=PA235#v=onepage&q=proses%20perencan
aan%20kapasitas&f=false di akses pada 23 Maret 2021, pukul 12.35 WIB

`Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
https://books.google.com/books/about/Studi_Kelayakan.html?hl=id&id=aIlPVzW_3
H8C di akses pada 12 Maret 2021, pukul 22.44 WIB

`Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Ekonomia.

11

Anda mungkin juga menyukai