Anda di halaman 1dari 1

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan
kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah
terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.
Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui
oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum
uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis melakukan kerokan
pada dinding rahim.
Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu
mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian
berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun
masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat
hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil
hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah
sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan
secara berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan.
Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan
buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika
belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.
Penatalaksanaan post kuretase :
a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika diperlukan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat
dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian metronidazole berfungsi
untuk mencegah infeksi bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat
diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah
infeksi pasca tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui
terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

Anda mungkin juga menyukai