Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN NY.J DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI DI NGANTANG

Disusun oleh :

SURYAJANA SETYA HANDARU

2014314901038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA


PASIEN NY. J DI NGANTANG

Departemen Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh : Suryajana Setya Handaru

NIM : 2014314901038

Program Studi : Profesi Ners

Instansi : STIKes Maharani Malang

Malang, 2021

Disetujui Oleh:

Pembimbing Institusi

(Ns. Rahmawati Maulidia, S.Kep., M.Kep)

A. Konsep lansia
1. Pengertian
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Pitaloka, 2019).
WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan
tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Pitaloka, 2019).
Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas (Indriana, 2008, h.3). Banyak istilah yang
dikenal masyarakat untuk menyebut orang lanjut usia, antara lain lansia yang
merupakan singkatan dari lanjut usia. Istilah lain adalah manula yang merupakan
singkatan dari manusia lanjut usia. Apapun istilah yang dikenakan pada individu
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas tersebut tidak lebih penting dari
realitas yang dihadapi oleh kebanyakan individu usia ini. Mereka harus
menyesuaikan dengan berbagai perubahan baik yang bersifat fisik, mental,
maupun sosial. Perubahan- perubahan dalam kehidupan yang harus dihadapi oleh
individu usia lanjut khususnya berpotensi menjadi sumber tekanan dalam hidup
(Afriansyah & Santoso, 2020).
2. Teori – teori tentang penuaan

A. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler
dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat
dan melawan penyakit. Seiring dengan brekembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman
tantang hubungan hal-hal yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab
penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami
peningkatan. Walaupun bukan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik
penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba
untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari
waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan
terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman
tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat
tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana
orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan
memaksimalkan kesehatan.
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian
molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat
yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya,
molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori
ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi
kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat
terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
2) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik.
Menurut teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah
ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat
(DNA), teori krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-
teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak
terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel.
Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga
mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan
pada tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal
untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termasuk perkembangan
radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker
dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur
menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan
selular.
3) Teori Cross Link
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
aenyawa antara molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara
singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis
dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi
penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering
dan berserat.
4)   Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang
menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat
dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal
bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur
biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal
bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi
radikal bebas berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan
kalori dan efeknya pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada
teori ini. Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada
tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami
penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit
kondisi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur, berkurangnya
kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang
berhubungan dengan penuaan.
5)   Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan
berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons
autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan
faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T.
karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak
beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Pentingnya pendekatan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan terhadap
npelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan.
Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan
deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia
kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui
pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak
terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian
dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara
orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.

6) Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada
kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu
dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan
dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun
dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-
olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi
proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu
respon mereka.
7)   Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara
mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan
penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap
berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.
B. Teori Psikososiologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan
memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan
melalui banyak peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah
berupaya untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap
kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya.
Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini
termasuk teori kepribadian.
1)   Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun-tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa
keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri
sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
2) Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan
tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil
penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan
yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada
kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan
yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa
penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi
pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas
perkembanagn lansia.
3)   Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali
pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian
hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan
manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun
wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya
rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa
seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi
banyak individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih
lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak
diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat
produktif yang baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.
4)   Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun
1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif
antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik
yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
5)   Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan
dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar
mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar
dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri
kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah
tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki
kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai
usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas
yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya
hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan
mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena
usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa
mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda
didalam masa akhir krhidupannya. Ketika perubahan gaya hidup dibebankan
pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan
mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama pertemuan
atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi
sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan
didalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan
yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia
sering memerlukan banyak dukungan. Suatu pemahaman tentang pola
kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini.
3. Batasan – batasan lanjut usia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi batasan lanjut usia
menjadi tiga kelompok usia yaitu Usia 45-59 tahun sebagai kelompok pra senelis
(pra lansia), usia 60-69 sebagai kelompok lanjut usia (young old), dan usia 70
tahun keatas sebagai kelompok lanjut usia berisiko (old) (Simamora et al., 2018).
4. Tipe lanjut usia di Indonesia
Menurut Nugroho dalam Pitaloka (2019) lansia di kelompokkan dalam
beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominnya. Antara lain:
3.1. Tipe optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
3.2. Tipe konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup,
mumpunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri.
Mereka dengan tenang menghadapi proses menua dan mengadapi akhir.
3.3. Tipe ketergantungan
Masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak selalu yang praktis.
3.4. Tipe defensif
Mempunyai riwayat pekerjaan yang tidak stabil, bersifat selalu
menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol.
3.5. Tipe militant dan serius
Tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi
panutan.

3.6. Tipe pemarah frustasi


Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan
orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering
mengekspresikan kepahitan hidupnya.
3.7. Tipe bermusuhan
Selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan,
selalu mengeluh, bersikap agresif, dan curiga.
3.8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai
ambisi, mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan
diri. Selain mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut
usia sebagai berguna karena masa yang tidak menarik, membenci diri
sendiri, dan ingin cepat mati.
5. Penggolongan lanjut usia berdasarkan kelompok
Dalam UU No. 13 tahun 1998 dan Permensos No. 19 tahun 2012,
penduduk lansia dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu Lanjut Usia Terlantar
dan Lanjut Usia Potensial. Lanjut Usia Telantar adalah seseorang yang berusia
60 (enam puluh) tahun atau lebih dan karena faktor-faktor tertentu tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya; sementara itu Lanjut Usia Potensial adalah
penduduk lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Penduduk lansia terlantar
dianggap sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), karena
mereka memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki
kriteria masalah sosial diantaranya kemiskinan dan ketelantaran. Mereka tidak
terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, dan papan; dan terlantar
secara psikis, dan sosial (Afriansyah & Santoso, 2020).
6. Perubahan akibat proses menua
Proses menua mengakibatkan penurunan fungsi sistem organ seperti
sistem sensorik, saraf pusat, pencernaan, kardiovaskular, dan sistem respirasi.
Selain itu terjadi pula perubahan komposisi tubuh, yaitu penurunan massa otot,
peningkatan massa dan sentralisasi lemak, serta peningkatan lemak
intramuskular. Perlu diingat bahwa perubahan fisik yang berhubungan dengan
proses menua normal bukanlah penyakit. Individu yang menunjukkan
karakteristik menua dikatakan mengalami usual aging, sedangkan individu yang
tidak atau memiliki sedikit karakteristik menua disebut successful aging (Setiati,
2013).
7. Masalah yang bisa muncul pada lansia
Masalah umum pada proses menua adalah penurunan fungsi fisiologis dan
kognitif yang bersifat progresif serta peningkatan kerentanan usia lanjut pada
kondisi sakit. Laju dan dampak proses menua berbeda pada setiap individu
karena dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan (Setiati, 2013).
B. Konsep asuhan keperawatan gerontik pada lansia yang mengalami hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai
Hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan Hipertensi disebut borderline
hypertension (Garis Batas Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan
usia dan jenis kelamin (Adam, 2019).
2. Etiologi

penyebab hipertensi menurut (Setiani, 2018) dibagi menjadi beberapa faktor,


yaitu:

1. Konsumsi garam
Garam merupakan hal yang sangat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap
hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan
tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal.
2. Stress
Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di
samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hubungan antara stress
dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi
tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress
ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.
3. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai
indeks massa tubuh > 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi
badan juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya
hipertensi.
4. Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau
kerusakan pada pembuluh darah (merokok, asam lemak jenuh, dan
tingginya kolesterol dalam darah)

Menurut Simamora et al., (2018) Faktor gaya hidup yang memiliki


pengaruh terhadap tekanan darah tinggi antara lain konsumsi kopi, minuman ber-
alkohol, kurang olahraga, stress dan merokok. Faktor lainnya dalam makanan
yaitu mencakup kegemukan, rendah serat, makanan-makanan yang banyak
mengandung gula, tingginya asupan natrium, tingginya asupan lemak jenuh dan
rendahnya asupan lemak esensial, dan makanan yang rendah kalsium, dan
magnesium
3. Tanda dan gejala
Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, karena bisa terjadi tanpa
gejala. Bahkan, pada beberapa kasus, gejalanya baru muncul setelah hipertensi
makin parah dan sampai mengancam nyawa. Gejala yang dapat muncul pada
kondisi tersebut antara lain:
1. Mual
2. Muntah
3. Sakit kepala
4. Mimisan
5. Sesak napas
6. Nyeri dada
7. Gangguan penglihatan
8. Telingan berdenging
9. Gangguan irama jantung
10. Darah dalam urine
4. Klasifikasi
Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik dan
diastolik. Tekanan darah diklasifikasikan sebagai normal apabila sistoliknya
kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg, atau biasa ditulis
dengan 120/80 mmHg, Berikut ini adalah klasifikasi tingkatan dalam hipertensi
lainnya:
1. Hipertensi tingkat 1
Tekanan darah sistolik 140–159 mmHg atau tekanan darah
diastolik 90–99 mmHg. Jika tekanan darah sistolik atau diastolik
Anda berada pada rentang ini, Anda sudah memerlukan
pengobatan karena risiko terjadinya kerusakan pada organ menjadi
lebih tinggi.
2. Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik > dari 100 mmHg. Pada tahap ini, penderita biasanya
membutuhkan lebih dari satu obat. Kerusakan organ tubuh
mungkin sudah terjadi, begitu juga dengan kelainan
kardiovaskular, walaupun belum tentu bergejala.
3. Hipertensi kritis
Jika tekanan darah Anda tiba-tiba melebihi 180/120 mmHg,
Anda mengalami hipertensi krisis. Pada tahap ini, Anda harus
segera menghubungi dokter, terlebih jika Anda mengalami tanda-
tanda kerusakan organ seperti nyeri dada, sesak napas, sakit
punggung, mati rasa, perubahan pada penglihatan, atau kesulitan
berbicara.

5. Patofisiologi

Faktor genetic, lingkungan, gaya hidup

Fungsi dan struktur kardiovaskular berubah Inaktivitas fisik

obesitas
peningkatan kerja jantung

Kelainan pada pembuluh darah

Peningkatan tekanan darah kronik

hipertensi
Informasi yang minim
Gangguan sirkulasi
Defisien pengetahuan

otak Pembuluh darah

sistemik
Resistensi pembuluh
darah otak meningkat
Afterload meningkat

Nyeri ( kepala ) keletihan


6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan hipertensi menurut (Krisnanda, 2017) meliputi
modifikasi gaya hidup namun terapi antihipertensi dapat langsung dimulai untuk
hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan hipertensi derajat 2. Penggunaan
antihipertensi harus tetap disertai dengan modifikasi gaya hidup.
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes,
gagal ginjal, dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau


kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencaoai target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan


farmakologis. Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor resiko penyakit penyerta lainnya.

Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa

tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2 ), kontrol diet
berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta
produk

susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi

NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan
adalah

target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologi bertujuan
untuk

mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan.


Berdasarkan

JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta
ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG
dan elektrolit.

Jenis obat antihipertensi

a. Diuretic
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh
berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan darah.
Contoh obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide,
chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide.
b. ACE – inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan
darah). Efek samping yang sering timbul adalah batuk
kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang
tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril.
c. Calcium channel blocker
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya
pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung
(kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat ini
adalah amlodipine, diltiazem dan nitrendipine.
d. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.
e. Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat
yang tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol,
bisoprolol, dan beta metoprolol
7. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat. Pada pengkajian umur didapatkan data umur
pasien memasuki usia lanjut
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah pusing, sakit kepala dan penurunan tingkat
kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit terdahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan kegemukan. Pengkajian
obat-obatan yang sering digunakan klien seperti pemakaian obat
anti hipertensi, anti lipidemia, penghambat beta dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien hipertensi meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang
jelas
mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien. Dalam pola
tata
nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah
spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Perawat juga
memasukkan pengkajian tehadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup
individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua
masalah : keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis
dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana
pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan
neurologis di dalam sistem dukungan individu.
7. Aktivitas istriahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
hidup
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung
8. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi atherosklerosis, penyakit jantung
kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikanTD
diperlukan untuk menegakan diagnosis, Nada denyutan jelas dari
karotis, juguralis, radialis, Denyut apical : Titik point maksimum
impuls kemungkinan bergeser dan sangat kuat, Frekuensi/irama :
Takikardia berbagai distritmia, Bunyi, jantung terdengar bunyi
jantung I pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III murmur
stenosis vasvular
9. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi
euphoria, marah, faktor stress, multiple (hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka
tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara
10. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu (riwayat penyakit
ginjal)
11. Makanan / cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah,
perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretic
Tanda : Berat badan normal atau obesitas - Adanya edema,
mungkin umum atau tertentu, Kongestiva, Glikosuria (hampir 10%
hipertensi adalah diabetik)
12. Nyeri
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi, Sakit kepala oxipital
berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Nyeri abdomen /
massa
13. Pembelajaran / penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, penyakit jantung, DM
8. Diagnose keperawtan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi, iskemia miokard
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan veskuler serebral dan iskemia
3. Kelebihan volume cairan
4. Intoleransi aktivitas
5. Ketidakefektifan koping
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Resiko cedera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas
9. Intervensi
1. Nyeri b.d peningkatan tekanan vaskuler serebrali
Pain managemmen
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari tidak kenyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terpiutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri
f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dukungan
g. Kurangi faktor presipitasi nyeri
h. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa lampau
i. Atur periode latihan dan sitirahat untuk menghindari
kelelahan
j. Monitor penerima pasien tentang manajemen nyeri
k. Anjurkan untuk menurunkan stress
2. Ansietas b.d krisis situasional sekunder adanya hipertensi diderita
pasien
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
d. berikan informasi faktual mengenai diaknosa tindakan
prognosis
e. lakukan back/neck rob
f. dengarkan dengan penuh perhatian
g. identifikasi tingkat kecemasan
h. bantu pasien mengenal situasi yang menimbukan
kecemasan
i. dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan
dan persepsi
j. instruksi pasien menggunakan teknik relaksasi
k. berikan obat untuk mengurangi rasa cemas
3. kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang proses penyakit
teaching disease proses
a. berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
b. jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubunga n dengan anatomi fisiologi dengan cara yang
tepat
c. gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
d. identifikasi kemungkina n penyebab dengan cara yang tepat
e. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara
yang tepat
f. hindari harapan yang kosong
g. diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
mencegah komplikasi dimasa akan datang dan atau proses
pengontrola n penyakit
h. instruksi pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberitaan perawatan dengan cara yang
tepat
10. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan dan implementasi keperawatan. Tahap evaluasi yang memungkinkan
perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, perencanaan dan
implementasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, L. (2019). Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jambura Health and
Sport Journal, 1(2), 82–89. https://doi.org/10.37311/jhsj.v1i2.2558

Afriansyah, A., & Santoso, M. B. (2020). Pelayanan Panti Werdha Terhadap


Adaptasi Lansia. Responsive, 2(3), 139.
https://doi.org/10.24198/responsive.v2i3.22925

Krisnanda, M. Y. (2017). HIPERTENSI. Laporan Penelitian Hipertensi,


1102005092, 18.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3f252a705ddbef7abf69
a6a9ec69b2fd.pdf

Pitaloka, M. D. (2019). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. B Dan Tn. M


Yang Mengalami Demensia Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan
Diri Di UPT PSTW Jember. Karya Tulis Ilmiah.

Setiani, ines tisia. (2018). Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi. Jurnal


Keperawatan Karya Bhakti, 4, 25–34.

Setiati, S. (2013). Geriatric Medicine, Sarcopenia, Frailty and Geriatric Quality of


Life: Future Challenge in Education, Research and Medical Service in
Indonesia. EJKI, 1(3), 234–242.

Simamora, D., Kartasurya, M. I., & Pradigdo, S. F. (2018). Hubungan Asupan


Energi, Makro Dan Mikronutrien Dengan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia
(Studi Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran,
Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 426–435.

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data umum klien
Nama : Ny. J
Usia : 64
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : ngantang
Status perkawinan : cerai mati
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : tamat SD
TB/BB : 160 / 45
Penampilan umum : baik
Orang terdekat yg bisa dihubungi : anak
Hubungan dengan usila : -
Tanggal Masuk panti : -
Dx medis : riwayat hipertensi
Tgl pengkajian : 22 Februari 2021
Reg :-
2. Keluhan utama
Saat Masuk panti :-
Saat pengkajian : klien mengeluh beberapa hari merasa pusing , makan tidak terlalu enak,
rasanya hambar, dan mengeluh pegal linu
3. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan sakit kepala, dan kurang enak makan, klien mengatakan tidak mau melakukan
cek darah karena takut bila darahnya tinggi, klien tidak mengetahui apa itu hipertensi, klien
tidak tau gejala hipertensi, klien tidak mengetahui penyebab hipertensi klien tidak mengetahui
penanganan hipertensi

4. Riwayat penyakit dahulu


Klien pernah menderita hipertensi pada saat melahirkan anak terakhir
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga

x
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Hubungan pernikahan
: Klien
: Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal dunia

Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tukang pijat
Alamat pekerjaan :-
Jarak dari rumah : 5-10 km
Alat transportasi : motor
Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat
Berapa jarak dari rumah : 5 – 10 km
Sumber –sumber pendapatan dan kecukupan thdpkebutuhan : dibiayai anak
6. Riwayat Lingkungan hidup di panti
Tipe tempat tinggal :-
Jumlah kamar :-
Kondisi tempat tinggal :-
(pencahayaan cukup terang, ventilasi baik tidak lembab, bersih tidak pengap)
Jumlah org yg tinggal dirumah :laki laki-orang/ perempuan-orang
Derajat privasi :-
Tetangga terdekat :-
(sarana penghuni panti di wisma sendiri dan wisma lainnya)
Alamat / telpon :-
7. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/ Fisioterapi :-
Jarak dari rumah/ panti : -km
Rumah Sakit/klinik :-Jarak-km
Pelayanan kesehatan di rumah :-
Perawatan yang dilakukan keluarga/petugas panti sehari-hari : keluarga memandikan dan
mengganti baju klien sehari sekali, untuk keramas 2 hari sekali
Lain-lain:
-
8. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat :-
Keanggotaan organisasi: -
Liburan perjalanan :-
Sistem pendukung :-
9. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual : klien selalu sholat 5 waktu di mushola depan rumahnya
Hal lainnya :-
10. Obat-obatan
N Nama Obat Dosis Keterangan
O
- - - -

11. Status Imunisasi (catat tanggal terbaru)


Tetanus, difteri: - Influenza: -
Lain-lain : tidak memperoleh imunisasi
Alergi : (catat agen dan rekasi spesifik)
Obat obatan : tidak mengkonsumsi obat obatan
Makanan : tidak ada
Faktor lingkungan : -

12. Kebutuhan ADL


ADL Sebelum di Panti Saat di Panti
Nutrisi Klien makan 2x sehari ……………………………….........

Minum kira kira sehari 8 gelas …………………………………….


…………………………………….
Suka makanan pedas dan asin
…………………………………….
…………………………………….
Pola dan Tidur nyenyak saat malam hari ……………………………………
+/- 7 jam tidak terbiasa tidur
kebutuhan siang ……………………………………
tidur ……………………………………
……………………………………
……………………………………
Eliminasi BAB lancer, warna kuning, ……………………………………
padat, BAK 5x sehari, kuning, ……………………………………
bau khas
……………………………………
……………………………………
……………………………………
Aktivitas Klien bangun pukul 3.30, siap ……………………………………
siap untuk sholat subuh, lalu ……………………………………
memasak untuk rumah
……………………………………
……………………………………
……………………………………

Personal Mandi 2x sehari, menggunakan ……………………………………


hygiene sabun dan sikat gigi ……………………………………
Terlihat bersih untuk ……………………………………
penampilan ………………………………….
Tidak tercium aroma tidak ……………………………………
sedap

13. Pengkajian fisik


a. Keadaan Umum : baik
Kesadaran : GCS 456
b. Head to toe
 Kepala dan leher: lesi (-), nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar limfa (-), klien
terlihat memegangi kepalanya
 Mata : simetris, sklera putih, tidak ada benjolan, pupil isokor
 Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung
 Mulut : bibir atas bawah simetris, tidak terdapat sumbing, lidah
bersih
 Telinga : simetris, pendengaran terganggu
 Wajah : lonjong, tidak ada lesi, nyeri tekan (-)
 Dada / Thorax : bentuk normal chest
 Abdomen : tidak terkaji
 Genetalia : tidak terkaji
 Integumen : kulit kering, warna tidak kembali setelah 3 detik
 Punggung : tidak terkaji
 Ekstrimitas : kekuatan otot 5,5,5,5

c. Pemeriksaan TTV
 Nadi : 84 x/mnt  RR : 17 x/mnt
 TD : 170 / 100 mmHg  S : 36,5 ºC
14. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif Dan Afektif
a. Pengkajian Status Fungsional
INDEKZ KATZ
Skor Kriteria
A. Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi
B. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tersebut.
D. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G. Ketergantungan pada ke lima fungsi tersebut.
Lain – Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Analisa Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil,


klien berpakaian dan mandi

b. PengkajianStatus Kognitif dan Afektif


Short Portable Mental Status Questionnaire
Skor No Pertanyaan Jawaban
+ - 1. Jam berapa sekarang? Jam 7,30
2. Tahun berapa sekarang? 2021
3. Kapan Anda lahir? 1957
4. Berapa umur Anda sekarang? 64
5 Dimana Alamat anda sekarang? Banjarejo
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal 1
bersama Anda?
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Didin
Anda
8. Thun berapa kemerdekaan RI? 1945
9. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? jokowi
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? bisa
Jumlah Kesalahan Total 0
Keterangan :
1. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya berpendidikan
sekolah dasar.
Analisa klien,. Fungsi intelektual klien utuh

c. MMSE (Mini Mental State Exam)


No Item Penilaian Benar Salah
1 ORIENTASI 10 0
1. Tahun berapa sekarang?
2. Musim apa sekarang ?
3. Tanggal berapa sekarang ?
4. Hari apa sekarang ?
5. Bulan apa sekarang ?
6. Dinegara mana anda tinggal ?
7. Di Provinsi mana anda tinggal ?
8. Di kabupaten mana anda tinggal ?
9. Di kecamatan mana anda tinggal ?
10. Di desa mana anda tinggal ?
2 REGISTRASI 3 0
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11 motor
12. asbak
13. rokok
3 PERHATIAN DAN KALKULASI 5 0
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT 3 0
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
diatas
19. motor
20. asbak
21. rokok
5 BAHASA 9 0
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan
23. Pensil
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas !
26. Lipat dua !
27. Taruh dilantai !
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata
29. Tulis satu kalimat
30. Salin gambar

JUMLAH 30 0
Analisis hasil : klien tidak mengalami kerusakan kognitif
Nilai < 21 : Kerusakan kognitif

d. Inventaris Depresi Beck


Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya sia – sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk masa depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar – benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami,
istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah – olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahyakan diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Lingkungan Social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri sya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari yang biasanya.
Nilai total
Keterangan :
0–4 : Depresi Tidak Ada Atau Minimal
5–7 : Depresi Ringan
8 – 15 : Depresi Sedang
> 16 : Depresi Berat
Skor klien 1(klien tidak dalam depresi / kondisi depresi minimal)
e. Skala Depresi Geriatrik
Skala Depresi Geriatric Yesavage
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak
Sudahkah anda mengeluarkan aktivitas dan minat anda? Ya Tidak
Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Ya Tidak
Apakah anda sering bosan? Ya Tidak
Apakah anda sering bosan? Ya Tidak
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Ya Tidak
Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu? Ya Tidak
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, Ya Tidak
dari pada pergi dan melakukan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak Ya Tidak
masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya?
10. Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup Ya Tidak
sekarang ini?
11. Apakah anda merasa saya sangat tidak berguna dengan Ya Tidak
keadaan anda sekarang?
12. Apakah anda merasa penuh energy? Ya Tidak
13. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tak ada harapan? Ya Tidak
14. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik Ya Tidak
dari pada anda?
Keterangan : penilaian jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1
(nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban “YA” atau
“TIDAK” setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi
Analisa klien : kilen mendapat poin 4, klien tidak mengalami depresi

f. Apgar Keluarga
APGAR KELUARGA
No Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman - teman) saya untuk membantu pada saat
saya sedang mengalami kesusahan.
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman) 1
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman - teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan baru.
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman) 2
saya mengekpresikan afek, dan berespon terhadap
emosi – emosi saya, seperti marah, sedih, atau
mencintai.
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama – sama.
Keterangan : jika pertanyaan – pertanyaan yang dijawab dengan kata selalu (poin
2), kadang – kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0)
Analisa klien :
Tidak ada disfungsi keluarga

g. Penilaian Resiko Jatuh Pada Geriatric


Skor Hari Perawatan Ke
No Resiko Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, 4
menghentak, berayun)
2 Pusing/pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat 3
4 Nokturia/inkontinen 3
5 Kebingungan interm itten 2
6 Kelemahan umum 2
7 Obat-obat beresiko tinggi (diuretic, 2
nakrotik, sedative, antipsikotik,
laksatif, vasodilator, antiangina,
antihipertensi, obat hipoglikemik, anti
depressant, neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan 2
sebelumnya
9 Osteoporosis 1
10 Gangguan pendengaran dan atau 1
penglihatan
11 Usia >70 tahun 1
TOTAL SKOR 0

Keterangan:
Tingkat resiko:
1. Resiko rendah bila skor 1-3 : lakukan intervensi resiko rendah
2. Resiko tinggi bila skor > 4 : lakukan intervensi resiko tinggi

Skor 0, resiko jatuh rendah


ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1 DO : Nyeri akut

TD : 170 / 100
Nadi : 84
Gaya hidup
hipertensi
Klien sering memegangi
kepalanya

Gangguan DS :
Fungsi dansirkulasi
struktur kardiovaskuler
P : TD naik
Q : rasanya cenut cenut
Peningkatan kerja jantung
otak
otak
R : berpusat di kepala
S : 5 (1-10)
Kelainan
Resistensipada pembuluh
pembuluh darah
darah otak
Resiko T : saat tekanan
ketidakefektifan
meningkat darah naik,
perfusi
hilang timbul
jaringan cerebral

Peningkatan tekanan darah kronik


Nyeri kepala

hipertensi

DO : yang minimum
2Informasi Defisien

-klien minum obat bodrex saat pengetahuan


sakit kepala
Defisien pengetahuan
DS:
-klien mengatakan tidak mau
melakukan cek darah karena
takut bila darahnya tinggi
-klien tidak mengetahui apa
itu hipertensi
-klien tidak tau gejala
hipertensi
-klien tidak mengetahui
penyebab hipertensi
-klien tidak mengetahui
penanganan hipertensi
-klien mengatakan anaknya
suka yang asin, jadi
masakannya cenderung asin
Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (domain 12, kelas 1, kode 00132)
2. Defisien pengetahuan b.d kurangnya informasi (domain 5, kelas4, kode 00126)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral (domain 4, kelas4, kode 00201)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. J Umur :64

No.Reg: - Dx Medis: hipertensi

No Dx Keperawatan NOC NIC


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan1 Manajemen nyeri
x 24 jam masalah dapat diselesaikan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
dengan kriteria hasil 2. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
Tingkat nyeri kualitas hidup pasien (misalnya tidur, nafsu
1. Nyeri yang dilaporkan (3 ke 5) makan, pengertian, perasaan, hubungan, performa
2. Panjangnya episode nyeri (4 ke 5) kerja, dan tanggung jawab peran)
kontrol nyeri 3. Gali bersama pasien faktor yang dapat
1. Mengenali kapan nyeri terjadi ( 4 ke 5) memperberat atau mengurangi nyeri
2. Menggunakan tindakan pencegahan (3 ke 4. Pilih dan implementasikan tindakan yang
5) beragam untuk memfasilitasi penurunan nyeri,
sesuai kebutuhan
5. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri
2 Defisien Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Pendidikan kesehatan
pengetahuan x 24 jam masalah dapat diselesaikan 1. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup
dengan kriteria hasil perilaku saat ini pada individu, keluarga, atau
Pengetahuan : manajemen hipertensi kelompok tertentu
1. Manfaat pemantauan sendiri secara terus 2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menerus (3 ke 5) menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko
2. Manfaat modifikasi gaya hidup (3 ke 5)
3. Diet yang dianjurkan (3 ke 5) daripada memberikan saran untuk menghindari
4. Strategi untuk membatasi intake sodium atau merubah pikiran
(3 ke 5)
3. Tekankan pentingnya pola makan yang sehat,
tidur, berolahraga dan nilai – nilai bagi individu,
keluarga, dan kelompok yang meneladani nilai
dan perilaku dari orang lain
4. Rencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk
memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi
terhadap gaya hidup
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Pengajaran proses penyakit
ketidakefektifan x 24 jam masalah dapat diselesaikan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan
perfusi jaringan
perifer dengan kriteria hasil proses penyakit yang spesifik

Pengetahuan : manajemen hipertensi 2. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit,

5. Manfaat pemantauan sendiri secara terus sesuai kebutuhan


menerus (3 ke 5) 3. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada
6. Manfaat modifikasi gaya hidup (3 ke 5)
4. Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk
7. Diet yang dianjurkan (3 ke 5)
8. Strategi untuk membatasi intake sodium mencegah efek samping penanganan dari penyakit,
(3 ke 5) sesuai kebutuhan
Monitor tanda – tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu , dan status
pernafasan dengan tepat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tgl No Implementasi Evaluasi
Dx
24/ 1 1. menentukan pengetahuan kesehatan dan gaya S :
2/202
hidup perilaku saat ini pada individu, -klien mengatakan sudah mengerti bagaimana penyebab
1
keluarga, atau kelompok tertentu penyakitnya dan cara untuk mencegahnya kambuh
2. mengajarkan strategi yang dapat digunakan O:
untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau
-klien mampu menjawab pertanyaan mengenai pengertian dan
beresiko daripada memberikan saran untuk pencegahan penyakit
menghindari atau merubah pikiran
3. menekankan pentingnya pola makan yang
A : masalah teratasi
sehat, tidur, berolahraga dan nilai – nilai bagi
individu, keluarga, dan kelompok yang
meneladani nilai dan perilaku dari orang lain P : lanjutkan intervensi diagnosa nyeri
4. merencanakan tindak lanjut jangka panjang
untuk memperkuat perilaku kesehatan atau
adaptasi terhadap gaya hidup

Anda mungkin juga menyukai