Anda di halaman 1dari 7

ISLAM DAN EKONOMI

Disusun Oleh Kelompok 11 Kelas M


Anggota :

1. Raihan Muhammad Septian (195040207111101)


2. Tiara Ayu Anggita Sari (195040207111104)
3. M Rizqy Dhiya Ulumudin (195040207111121)
4. Muhammad Arya Basudewa (195040207111143

DOSEN PENGAMPU :
Siti Rohmah M.HI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2021
ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I.PENDAHULUAN
Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada Abad ke-7 Masehi,
menyusul runtuhnya kekaisaran Romawi. Kemunculan itu ditandai dengan berkembangnya
peradaban baru yang sangat mengagumkan. Kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta
kehidupan sosial lainnya termasuk ekonomi berkembang secara menakjubkan. Fakta sejarah itu
sesungguhnya menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat
komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun
kehidupan yang bersifat spritual. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan firman Allah swt. yang
artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.”
(Q. S. An-Nahl (16): 89). Allah swt. juga berfirman dalam surat al-Ma’idah ayat 3 yang artinya:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (Q. S. Al-Ma’idah [5]: 3).
Firman Allah swt. di atas jelas menyatakan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan
mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat
materiil maupun nonmateriil. Oleh sebab itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga
sudah diatur oleh Islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang sempurna, mustahil Islam tidak
dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang dapat digunakan sebagai
panduan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya
sudah diatur dalam al-Quran dan hadis Nabi. Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren
merupakan konsekwensi logis dari kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk
secara kaffah dan komprehensif oleh umatnya. Islam menuntut kepada umatnya untuk
mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya.
Dalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat manusia adalah Allah swt, merupakan
Zat Yang Maha Esa. Ia adalah satu-satunya Tuhan dan Pencipta seluruh alam semesta, sekaligus
Pemilik, Penguasa serta Pemelihara Tunggal hidup dan kehidupan seluruh makhluk yang tiada
bandingan dan tandingan, baik di dunia maupun akhirat. Ia adalah Subbu>h}un dan Quddu>sun,
yakni bebas dari segala kekurangan, kesalahan, kelemahan dan berbagai kepincangan lainnya,
serta suci dan bersih dalam segala hal. Sementara manusia merupakan makhluk Allah swt., yang
diciptakan dalam bentuk yang paling baik sesuai dengan hakikat wujud manusia dalam
kehidupan di dunia., yakni melaksanakan tugas kekhalifahan dalam kerangka pengabdian kepada
Sang Maha Pencipta, Allah swt. Sebagai khalifah-Nya di muka bumi, manusia diberi amanah
untuk meberdayakan seisi alam raya dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh
makhluk. Berkaitan dengan ruang lingkup tugas-tugas khalifah ini, Allah swt. berfirman yang
artinya: “Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ini, niscaya
mereka mendirikan solat dan menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang munkar.” (QS. al-Hajj (22): 41). Sebagai penyempurna risalah-risalah
agama terdahulu, Islam memiliki syariah yang sangat istimewa, yakni bersifat komprehensif dan
universal. Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual
(ibadah) maupun sosial (muamalah), sedangkan universal berarti syariah Islam dapat diterpakan
dalam setiap waktu dan tempat sampai Yaum al-Hisab nanti.

Menurut para ahli, perkataan “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “oicos” dan
“nomos” yang berarti rumah dan aturan. Jadi, ekonomi adalah aturan-aturan untuk
menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga
rakyat (volkshuishouding) maupun dalam rumah tangga Negara (staatshuishouding). Dalam
bahasa Arab istilah ekonomi diungkapkan dengan kata al-Iqtis}ad, yang secara bahasa berarti
kesederhanaan dan kehematan. berdasarkan makna ini, kata al-Iqtis}ad berkembang dan meluas
sehingga mengandung makna ‘ilm al-Iqtis}ad, yakni ilmu yang berkaitan dengan kesederhanaan
atau membahas ekonomi.
Ekonomi Islam secara dimensi normatif dan dimensi positif. ekonomi Islam bertujuan
untuk melakukan kajian tentang kebahagian hidup manusia yang dicapai dengan
mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi. Ekonomi islam
juga dapat diartikan dengan respon pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa
tertentu dengan berpedoman pada al-Quran, Sunnah, akal (ijtihad), dan pengalaman. Kursyid
Ahmad mendefinisikan ilmu ekonomi Islam dengan sebuah usaha sistematis untuk memahami
masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif Islam.
Berdasarkan berbagai definisi ekonomi Islam di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam ekonomi yang
mengikuti al-Quran, hadis nabi Muhammad, ijma’ dan qiyas. Pada dasarnya tujuan hidup setiap
manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan, meskipun manusia memaknai kesejahteraan
dengan perspektif yang berbeda-beda. Sebagian besar paham ekonomi memaknai kesejahteraan
sebagai kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai kesejahteraan dengan istilah Fala>h
yang berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antara dimensi material-spiritual, individual-
sosial dan kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat. Ekonomi merupakan bagian
integral dari ajaran Islam, dan karenanya ekonomi Islam akan terwujud hanya jika ajaran Islam
diyakini dan dilaksanakan secara menyeluruh. Ekonomi islam mempelajari perilaku ekonomi
individu-individu yang secara sadar dituntun oleh ajaran Islam, al-Quran dan Sunnah dalam
memecahkan masalah ekonomi yang dihadapinya.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Ekonomi Islam
Menurut Manan (2017) kegiatan ekonomi telah berlangsung sejak Nabi Adam dan
Siti hawa diturunkan oleh Allah ke bumi. Pada zaman tersebut, kegiatan ekonomi yang
dilakukan dengan cara mengambil bahan alam secara langsung untuk memenuhi keperluan
hidupnya seperti sandang, pangan dan papan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu
kegiatan yang mereka lakukan menyebabkan sumber daya yang ada menjadi menipis.
Akibat hal tersebut mereka berpikir bagaimana cara untuk mengolah sumberdaya yang
masih tersedia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari sini muncul sebuah
pemikiran tentang mengolah dan kemudian memanfaatkan hasil yang diperoleh. Kegiatan
menghasilkan barang tersebut yang disebut sebagai kegiatan ekonomi. Tidak diketahui
secara pasti kata ekonomi yang sekarang dipahami dan diucapkan oleh banyak berawal
dari mana. Menurut Ely Masykuroh , kata ekonomi pertama kali ditemukan di Greek
(Yunani) dengan sebutan “oikos” dan “nomos” . ketika istilah tersebut muncul pertama kali,
bidang tersebut hanya meliputi pemenuhan kebutuhan keluarga. Seiring berkembangnya
waktu, kata ekonomi telah mencakup segala hal baik dari ekonomi mikro hingga ekonomi
makro.
Secara umum, ilmu ekonomi dapat didefinisikan dalam 5 definisi menurut Paul
Anthony Samuelson yang salah satunya menyebutkan bahwa ilmu ekonomi merupakan
suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang,
mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar manusia. Ilmu ekonomi
mulai berkembang menjadi suatu paham dan ideologi pada suatu kelompok atau negara
pada abad ke-17 dan abad ke-18 yang dimulai dari kelompok Markantilis dan Fisiokrat.
Ilmu ekonomi semakin diketahui oleh banyak orang setelah Adam Smith menjadikan
paham tersebut menjadi sebuah paham ekonomi yang lebih pasti dan kemudian diketahui
dan dipahami oleh banyak orang di berbagai negara. Meskipun demikian pemahaman
ekonomi yang ditulis dalam sebuah buku lebih dahulu dilakukan oleh filsuf islam
dibandingkan dengan Adam Smith yang terkenal dengan karyanya yang berjudul “An
Inquire Into The Nature And Causes of The Wealth Of Nation” pada tahun 1723-1790. Filsuf
islam telah banyak menulis tentang ekonomi sejak abad V hingga abad XI. Akan tetapi hal
ini dimanipulasi oleh pemikir Barat yang mengatakan bahwa Islam tidak memiliki jasa
sedikitpun terhadap pengembangan ekonomi.
Perkembangan ekonomi islam mulai bangkit pada tahun 1930 dan mencapai
puncak pada tahun 1960. Kebangkitan ekonomi islam dimulai ketika pakistan mendirikan
bank lokal yang berprinsip dengan tidak adanya bunga bank, kemudian disusul oleh negara
Mesir yang mendirikan Mit Ghamir Local Saving di daerah Delta Sungai Nil pad tahun
1960-an. Akan tetapi pada tahun 1967 terjadi intervensi oleh Pemerintah Mesir yang
menyebabkan terhentinya operasional bank tersebut. Pada tahun 1971 masa
pemerintahan Presiden Anwar Sadat , didirikan kembali bank dengan sistem tanpa bunga
yaitu Nasser Social Bank yang kemudian sebagai pelopor didirikannya Islamic
Development Bank (IDB). Pada saat ini diketahui terdapat 43 kantor cabang IDB di
berbagai negara. Penghapusan bunga atau riba bank dan diganti menjadi sistem bagi hasil
pada bank islam terjadi setelah adanya konferensi di Kota Baden Jerman pada tahun 1982
dan konferensi internasional di Islamabad pada tahun 1983.
2.2 Pengertian Ekonomi Islam
Dalam pandangan islam ekonomi atau iqtishad berasal dari kata “qosdun” yang
berarti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equally balanced). Menurut Arif dan
Amalia (2016) definisi ekonomi islam telah banyak dikemukakan oleh pakar ekonomi
islam kontemporer maupun modern. Salah satu pakar kontenporer yang mendefiniskan
ekonomi islam yaitu Monzer Kahf yang ditulis dalam buku The Islamic Economy. Dalam
buku tersebut Mozer Kahf mengatakan bahwa ekonomi merupakan subset agama yang
tidak dapat dipisahkan dari paradigma islam dimana hukumnya bersumber pada Al-qur’an
dan Sunah.
Menurut Umar Chapra, ilmu ekonomi islam merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumberdaya alam langka yang sesuai dengan Maqashid tanpa mengekang kebebasan
individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi dan ekologi yang
berkesinambungan, membnetuk solidaritas keluarga, sosial, dan jaringan moral
masyarakat.
Muhammad Abdul Mannan juga memberikan definisi tentang ekonomi islam yang
mengartikan bahwa Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-maslaah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai nilai islam. Menurutnya
pula ekonomi islam merupakan suatu bagian dari tata kehidupan yang lengkap
berdasarkan empat pengetahuan nyata yaitu al-Qur’an, ss-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas.
2.3 Tujuan Ekonomi Islam
Menurut Arif dan Amalia (2016) dengan adanya ekonomi islam yang berlandaskan
konsep dasar tauhid dan atas dasar hukum al-Qur’an dan Sunah diharapkan mampu
mewujudkan beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :
a. Mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia yang meliputi sandang, pangan,
papan, kesehatan dan juga pendidikan untuk semua masyarakat
b. Dapat memastikan adanya kesetaraan kesempatan bagi semua orang
c. Mampu mencegah adanya pemusatan kekayaan dan meminimalisir terjadinya
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat
d. Adanya kebebasan dalam mematuhi nilai-nilai moral
e. Memastikan adanya stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
Pendapat lain menegnai tujuan ekonomi islam juga disampaikan oleh Fauzi dan Riyadi
(2014)yang mengatakan bahwa Ekonomi islam bertujuan untuk maslahah (kemaslahatan)
bagi umat manusia yaitu dengan cara mengusahakan segala aktivitas demi tercipatnya hal
hal yang berdampak pada kemaslahatan bagi manusia atau dengan mengusahakan
aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut , ekonomi islam bertujuan untuk mengatur kehidupan
manusia agar berjalan sesuai dengan hukum islam yang ada. Segala bentuk kegiatan
manusia yang berdasarkan konsep tauhid akan memberikan dampak positif berupa
kebaikan dan menghindari suatu kemudharatan. Ekonomi islam tidak hanya mengatur
kegiatan ekonomi seperti pada umumnya melainkan juga memberikan pemahaman terkait
dengan menjaga hubungan baik antar sesama manusia dan tetap menjalankan segala
sesuatu untuk menjaga hubungan baik dengan Allah.
2.4 Pondasi Ekonomi Islam
Menurut Fauzi dan Riyadi (2014) terdapat tiga aspek yang mendasar dalam islam, yaitu
akidah (tauhid), hukum (syariah), dan akhlak. Apabila seseorang telah memahami konsep
ekonomi islam secara keseluruhan maka ia juga harus mengetahui ekonomi islam dalam
ketiga aspek tersebut.
1. Aspek Tauhid (akidah)
Ekonomi islam dalam dimensi akidah (tauhid)nya mencakup dua hal yaitu 1)
pemahaman ekonomi islam yang bersifat illahiyah 2) pemahaman tentang ekonomi
islam yang bersifat rabbaniyah.
a. Ekonomi islam bersifat illahiyah
Ekonomi islam bersifat illahiyah artinya semua kegiatan ekonomi yang
dilakukan manusia merujuk pada tujuan untuk mengesakan Allah. Pada konsep
sifat illahiyah ini berpijak pada tauhid uluhiyyah. Sebelumnya dapat diketahui
bahwa terdapat 3 bentuk tauhid, yaitu tauhid uluhiyyah, tauhid rubbubiyah, dan
tauhid asma’. Ketika seseorang memahami konsep tauhid uluhiyyah kemudian
melakukan kegiatan ekonomi, maka segala kegiatan yang dilakukan tersebut
dalam rangka beribadah kepada Allah sebagai salah satu bentuk penyembahan.
Dengan demikian seseorang akan menolak setiap kegiatan atau pekerjaan yang
dianggap tidak baik dan dapat merugikan orang lain
b. Ekonomi islam bersifat rabbaniyah
Dalam pemahaman ekonomi yang bersifat rabbaniyah akan memberikan
pemahaman kepada manusia bahwa semua aktivitas ekonomi yang dilakukan
oleh manusia tersebut harus membawa kemaslahatan bagi manusia dengan
cara pengelolaan dan pemanfaatan segala sumber daya alam dengan sebaik-
baiknya. Konsep pemahaman ini berpijak pada tauhid rubbubiyah. Tauhid
rububiyah yaitu mengesakan Allah melalui segala hal yang telah diciptakannya
dengan selalu meyakini bahwa Allah merupakan pecipta Alam semesta
c. Tauhid asma
Melalui tauhid asma’ akan menyadarkan manusia bahwa mereka hanyalah
seseorang yang diberikan amanah oleh Allah untuk dapat mengelola semesta ini
agar dapat menyejahterakan kehidupan mereka.
2. Aspek syariah
Ketika seseorang telah memahami aspek tauhid maka seseorang harus menjalankan
ekonomi islam sesuai dengan syariat atau batasan-batasannya. Atas dasar kaidah
tersebut maka segala aktivitas dalam ekonomi islam yang membawa kemaslahatan
dan tidak ada larangan di dalamnya boleh dilakukan . maka diperlukan pemahaman
terkait larangan dalam aktivitas ekonomi untuk menghindari sesuatu yang sifatnya
merugikan. Karena setiap larangan tersebut pasti berdampak negatif.
3. Aspek akhlak (moral )
Segala aktivitas harus menjunjung tinggi nilai moral. Perlu diketahui bahwa
profesionalitas tanpa integritas yang baik akan melahirkan sistem dan praktik
ekonomi yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. N. R., & Amalia, E. (2016). Teori mikroekonomi: Suatu perbandingan ekonomi
Islam dan ekonomi konvensional. Prenada Media.
Fauzia,I.Y., Riyadi, A.K. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-Syari’ah.
Jakarta: Kencana
Manan, H. A., & SH, S. (2017). Hukum ekonomi syariah: dalam perspektif kewenangan
peradilan agama. Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai