Anda di halaman 1dari 9

Nama : Siska Ayu Widia

Kelas : 5B (AMIK GARUT)

NIM : 4311064

Sumber : Internet dan Wikipedia

PENGERTIAN TINGKAT KESEHATAN BANK/PENILAIAN KESEHATAN BANK

Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap
risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu
cerminan bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Dalam pengertian lain Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Penilaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif setelah
mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari
faktor-faktor penialian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan
dan perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,
perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian
terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen
risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode penilaian
kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif.
Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai
“kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku”. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu
batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Menurut Budisantoso dan Triandaru
(2005:51), kegiatan tersebut meliputi:
1.        Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan modal sendiri;
2.        Kemampuan mengelola dana;
3.        Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat;
4.        Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan
pihak lain;
5.        Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Dengan kata lain tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan peraturan
perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).
 Berikut adalah beberapa ketentuan kehati-hatian (prudential banking) yang dapat
penulis uraikan :
KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM (KPMM)
BPR diwajibkan untuk memenuhi rasio KPMM (CAR) minimal 8% yang dihitung dari
perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) komponen
modal terdiri atas modal inti dan modal pelengkap dimana modalpelengkap maksimum
sebesar 100% dari modal inti.
Modal inti terdiri dari modal disetor, agio, dana setoran modal, modal sumbangan,
cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan (setelah diperhitungkan pajak), laba tahun-
tahun lalu (setelah diperhitungkan pajak) dan laba tahun berjalan (sebesar 50% setelah
taksiran pajak). Faktor pengurang pada modal inti berupa goodwill, disagio, rugi tahun-tahun
lalu dan rugi tahun berjalan.
Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, PPAP umum
(maksimum sebesar 1,25% dari ATMR), modal pinjaman (hybrid/quasi capital), pinjaman
subordinasi (maksimum sebesar 50% dari modal inti).
ATMR terdiri dari aktiva neraca BPR yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko yang
melekat pada setiap pos aktiva.
      BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT (BMPK)
BMPK adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh
BANK kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu.
BMPK untuk satu peminjam maupun satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan
BANK ditetapkan setinggi tingginya 20 % dari modal BANK. BMPK bagi pihak yang terkait
dengan BANK secara individu maupun secara keseluruhan ditetapkan setinggi-tingginya
sebesar 10% dari modal BANK.
Terhadap pelampauan BMPK, BANK diwajibkan menyampaikan action plankepada Bank
Indonesia dan dikenakan sanksi dalam penilaian tingkat kesehatan sementara terhadap
pelanggaran BMPK dikenakan sanksi dalam penilaian tingkat kesehatan dan dapat dikenakan
sanksi pidana.
      
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
Aktiva produktif adalah penanaman dana BANK dalam bentuk Kredit, SBI dan Penempatan
Dana Antar Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dimana pengurus BANK wajib
menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar kualitas Aktiva
Produktif senantiasa Lancar.
Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Kredit ditetapkan dalam 4 golongan, yaitu Lancar,
Kurang Lancar, Diragukan dan Macet yang penilaiannya berdasarkan ketepatan membayar
dan/atau kemampuan membayar kewajiban oleh Debitur.

      PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF (PPAP)


PPAP adalah penyisihan yang wajib dibentuk oleh BPR untuk menutup risiko kerugian
besarnya PPAP umum minimal adalah 0,5% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar
(tidak termasuk SBI).
Besarnya PPAP khusus ditetapkan minimal :
a. 10% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi dengan nilai
agunan;
b. 50% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Diragukan setelah dikurangi dengan nilai
agunan; dan
c. 100% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPAP
adalah sebesar :
a. 100% dari agunan yang bersifat likuid, berupa Sertifikat Bank Indonesia, tabungan dan
deposito yang diblokir pada bank yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan,
emas dan logam mulia;
b. 80% dari nilai hak tanggungan untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah
bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) yang diikat dengan hak
tanggungan;
c. 60% dari nilai jual obyek pajak untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah
bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB), hak pakai tanpa hak
tanggungan;
d. 50% dari nilai jual obyek pajak untuk agunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan
berupa Surat Girik (letter C) yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT)
terakhir; dan
e. 50% dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraan bermotor yang disertai bukti
kepemilikan dan diikat sesuai ketentuan yang berlaku.
      RESTRUKTURISASI KREDIT
Restrukturisasi Kredit dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan
pembayaran pokok dan atau bunga kredit dan debitur yang memiliki prospek usaha yang baik
dan mampu memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi.
BANK dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit dengan tujuan hanya untuk menghindari
penurunan penggolongan kredit, peningkatan pembentukan PPAP dan, atau penghentian
pengakuan pendapatan bunga secara akrual.
Kualitas Kredit yang direstrukturisasi adalah maksimum Kurang Lancar untuk Kredit yang
sebelum direstrukturisasi memiliki kualitas Diragukan atau Macet dan tidak berubah, untuk
Kredit yang sebelum direstrukturisasi memiliki kualitas Lancar atau Kurang Lancar.
Kualitas Kredit yang direstrukturisasi dapat menjadi Lancar, apabila tidak terjadi tunggakan
angsuran pokok dan/atau bunga selama 3 kali periode pembayaran secara berturut-turut dan
apabila debitur tidak mampu memenuhi kondisi ini maka kualitas kreditnya sama dengan
kualitas Kredit sebelum dilakukan Restrukturisasi Kredit.
     PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR   CUSTOMER) YANG
TELAH DIPERBAHARUI MENJADI ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME

BANK wajib menerapkan dan mempunyai kebijakan mengenai APU dan PPT dengan cara
menetapkan prosedur penerimaan, mengidentifikasi, memantau rekening dan transaksi serta
manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Terkait dengan pemantauan rekening dan transaksi nasabah, BANK wajib memiliki sistem
informasi/sistem pencatatan yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan
menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh
nasabah serta melakukan pemantauan atas transaksi yang dilakukan oleh nasabah, termasuk
mengidentifikasi terjadinya transaksi keuangan mencurigakan.
BANK wajib menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan kepada Pusat
Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) paling lambat 3 hari kerja setelah
diketahui adanya unsur transaksi keuangan mencurigakan.
Bank Indonesia melakukan penilaian dan pengenaan sanksi atas penerapan prinsip mengenal
nasabah dan kewajiban lain terkait dengan Undang-undang tentang tindak pidana pencucian
uang.
 
7 ATURAN KESEHATAN BANK
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia, menetapkan bahwa :
1.        bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian;
2.        Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan
bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank,
3.        Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
4.        Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan
bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut;
5.        Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan
atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank;
6.        Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba
rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik;
7.        Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peraturan kesehatan bank menekankan bahwa bank di Indonesia memiliki kewajiban untuk
melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan diatas. Keadaan bank yang tidak sehat akan
merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan
masyarakat. Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi
jalannya kegiatan operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar
keadaan perbankan di Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan
kegiatannya.
PELANGGARAN ATURAN KESEHATAN BANK
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia
dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan dasar agar bank bersangkutan
menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia
dapat melakukan tindakan agar :
1.        pemegang saham menambah modal;
2.        Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank;
3.        Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
macet, dan meperhitungkan kerugian bank dengan modalnya;
4.        Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
5.        Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;
6.        Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak
lain;
7.        Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank kepada bank atau pihak
lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank, dan
atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem
perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuditas. Apabila direksi bank
tidak menyeleggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank Indonesia
meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisikan pembubaran
badan hukum bank tersebut,penunjukan tim likuditas, dan perintah pelaksanaan likuditas
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KETENTUAN MENGENAI TINGKAT KESEHATAN BANK
Tingkat kesehatan BANK dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu BANK, yang meliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva
Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas, (CAMEL) serta mempertimbangkan
faktor-faktor yang lain yang dapat menurunkan dan atau menggugurkan TKS.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen
tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan
suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang
lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.
Tahap selanjutnya mengevaluasi kembali dengan memperhatikan informasi dan
aspek-aspek lain yang secara materiil seperti pelanggaran dan atau pelampauan terhadap
ketentuan BMPK, pelanggaran ketentuan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC),
pelanggaran ketentuan transparansi informasi produk BPR dan penggunaan data pribadi
nasabah.
Faktor-faktor yang dapat menggugurkan penilaian tingkat kesehatan BANK menjadi
Tidak Sehat yaitu perselisihan intern, campur tangan pihak di luar manajemen
BANK, window dressing, praktek Bank dalam bank (Bank in Bank), kesulitan keuangan,
praktek perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BANK.
Pertimbangan tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor.
Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan
bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.

PERTANYAAN&JAWABAN :

1. Apa yang di maksud dengan penilaian kesehatan bank/tingkat kesehatan bank?

Jawaban : hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan
kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank adalah suatu cerminan bahwa
sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menggugurkan penilaian tingkat kesehatan


BANK?
Jawaban : perselisihan intern, campur tangan pihak di luar manajemen
BANK, window dressing, praktek Bank dalam bank (Bank in Bank), kesulitan keuangan,
praktek perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BANK.
3. Sebutkan dan Jelaskan tujuh aturan kesehatan bank?
Jawaban : Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia, menetapkan bahwa :
1.        bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian;
2.        Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan
bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank,
3.        Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
4.        Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan
bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut;
5.        Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan
atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank;
6.        Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba
rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik;
7.        Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4. Apa yang dimaksud dengan PPAP?


Jawaban :       PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF (PPAP)
PPAP adalah penyisihan yang wajib dibentuk oleh BPR untuk menutup risiko kerugian
besarnya PPAP umum minimal adalah 0,5% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar
(tidak termasuk SBI).
5.Apa yang dimaksud dengan Aktiva produktif ?
Jawaban : Aktiva produktif adalah penanaman dana BANK dalam bentuk Kredit,
SBI dan Penempatan Dana Antar Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dimana
pengurus BANK wajib menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan
agar kualitas Aktiva Produktif senantiasa Lancar.

Anda mungkin juga menyukai