Oleh :
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
Dinna Yunika Hardiyanti,M.T
Universitas Sriwijaya
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan kasih-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan dosen mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak untuk membuat
makalah mengenai metode pengembangan perangkat lunak. Metode pengembangan
perangkat lunak yang kami pilih yaitu metode Waterfall.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan tentang mata
kuliah Rekayasa Perangkat Lunak.Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kami mohon masukan dari dosen maupun mahasiswa lain yang turut
membaca makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall ............ 4
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Deskripsi Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall
1.3.2 Mengetahui Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat
Lunak Waterfall
1.3.3 Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat
Lunak Waterfall
1
BAB II
PEMBAHASAN
Metode waterfall adalah salah satu metode dalam pengembangan perangkat lunak.
Menurut Rosa dan M.Shalahuddin (2013:28) Model SDLC air terjun (waterfall) sering juga
disebut model sekuensial linier (sequential linier) atau alur hidup klasik (classic life cycle).
Model air terjun menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara sekuential atau
terurut dimulai dari analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan tahap pendukung (support).
2
Berikut ini adalah tahapan-tahapan pengembangan perangkat lunak dengan
menggunakan metode waterfall:
1. Requirement
2. Design
3. Implementation
3
dilakukan pemeriksaan lebih dalam terkait dengan modul yang sudah dibuat, apakah
berjalan dengan semestinya atau tidak.
Tahap yang keempat, masuk dalam proses integrasi dan pengujian sistem.
Pada tahap ini, akan dilakukan penggabungan modul yang sudah dibuat pada tahap
sebelumnya. Setelah proses integrasi sistem telah selesai, berikutnya masuk pada
pengujian modul. Yang bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat lunak sudah
sesuai dengan desain, dan fungsionalitas dari aplikasi apakah berjalan dengan baik
atau tidak. Jadi, dengan adanya tahap pengujian, maka dapat mencegah terjadinya
kesalahan, bug, atau error pada program sebelum masuk pada tahap produksi. Orang
yang bertanggung jawab untuk melakukan testing adalah QA (Quality Assurance) dan
QC (Quality Control).
2.2 Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall
“Rawat Jalan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting di lembaga
kesehatan. Kegiatan ini terjadi setiap hari di Puskesmas Kenanga. Peran Puskesmas
Kenanga sangatlah penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pada Puskesmas
4
Kenanga sendiri berusaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan rawat jalan pada puskesmas terkendala dengan pendaftaran yang
membutuhkan waktu yang lama sehingga antrian menjadi lebih panjang, kartu rekam
medik pun sulit dicari karena didata dari nama pasien yang bisa jadi namanya sama
dan laporan yang isinya sering salah karena hanya berupa rekapan. Oleh karena itu
diperlukan Sistem Informasi Rawat Jalan yag menggunakan barcode untuk
mengidentifikasi pasien agar pendaftaran dapat cepat dilakuakan dan pencarian
rekam medik sangat mudah serta laporan isinya akan lebih akurat karena tidak lagi
berupa laporan. Agar dapat membantujalannya proses rawat jalan yang ada di
Puskesmas Kenanga dan perlu juga didukung oleh sumber daya manusia yang dapat
mengelola dan menangani serta memeliharanya.”(Yuyi Andrika, 2017: 2).
Dalam pengembangan perangkat lunak ini (Sistem informasi Rawat Jalan) yang
menggunakan metode waterfall, dimana metode ini merupakan model pengembangan yang
terdiri dari tahapan : analisis, perancangan, pengkodean perangkat lunak, dan pengujian.
Sehingga kebutuhan Puskesmas Kenanga dapat didefenisikan sesuai dengan kebutuhan pihak
yang terlibat. Dimana pada tahap analisis dilakukan dengan cara menganalisa dokumen yang
digunakan di Puskesmas Kenanga dan apa kebutuhan yang diinginkan oleh pihak yang
menggunakan sistem dapat diketahui dengan cara wawancara dan observasi.Tahap
perancangan dilakukan dengan cara merancang basisdata kebutuhan data dalam sistem dan
merancang Grapichal User Interface (GUI) yang merupakan penghubung antara user dan
sistem informasi. Tahap pengkodean dilakukan dengan cara mendevelopment bahasa
pemograman menggunakan visual basic.nett. Setelah pengkodean perangkat lunak
dilanjutkan dengan pengujian sistem yang sudah dibuat apakah sudah sesuai antara
kebutuhan dan keluaran yang dihasilkan oleh sistem informasi.
Setelah melihat kasus tersebut, penulis melihat bahwa secara keseluruhan model
pendekatan pengembangan software dengan metode waterfall cocok untuk pengembangan
software / perangkat lunak dengan tingkat resiko yang kecil, dan memiliki ukuran yang kecil
serta waktu pengembangan yang cukup panjang. Sesuai dengan kasus diatas, yang mana
perangkat lunak tersebut memiliki sebuah masalah yang tidak terlalu rumit dan memiliki
solusi yang mudah utnuk dikembangkan. ini bisa dilihat dari pengembang yang hanya perlu
mengubah sistem dari yang sebelumnya manual menjadi sistem yang berbasis digital tanpa
perlu mengubah banyak proses sebelumnya Sehingga model ini tidak disarankan untuk
ukuran perangkat lunak yang besar dan tingkat resiko yang besar.
5
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall
Kelebihan yang selanjutnya tentu saja dari segi resource dan biaya
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan model ini. Jadi, dalam
hal ini klien tidak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga
pengeluaran biaya menjadi lebih sedikit. Berbeda dengan metode Agile, yang mana
klien dapat memberikan masukan dan feedback kepada tim developer terkait dengan
perubahan atau penambahan beberapa fitur. Sehingga perusahaan akan mengeluarkan
biaya yang lebih besar daripada Waterfall.
6
2.3.2 Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall
Semua tim dituntut untuk bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk
yang telah ditetapkan di awal. Sehingga, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat
dan feedback kepada tim pengembang. Klien hanya dapat memberikan masukan
pada tahap awal perancangan sistem perangkat lunak saja.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode waterfall adalah model pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara
berurutan dan sangat sistematis. Ada 5 tahapan pengembangan perangkat lunak dengan
menggunakan metode waterfall, yaitu requirement, design, implementation, integration &
testing, serta operation dan maintenance. Metode pengembangan perangkat lunak waterfall
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya workflow yang jelas, hasil dokumentasi yang baik,
dapat menghemat biaya, dan dapat digunakan untuk pengembangan software berskala besar.
Selain memiliki kelebihan metode pengembangan perangkat lunak waterfall juga memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya membutuhkan tim yang solid, masih kurangnya
fleksibilitas, tidak dapat melihat gambaran system dengan jelas, dan membutuhkan waktu
yang lebih lama.
8
DAFTAR PUSTAKA
2021)
Andrika, Yuyi 2017. Penerapan Model Waterfall Pada Sistem Informasi Rawat Jalan
Budi, D. S., dkk. 2016. Analisis Pemilihan Penerapan Proyek Metodologi Pengembangan
Ginanjar Wiro Sasmito. 2017. Penerapan Metode Waterfall Pada Desain Sistem Informasi