Anda di halaman 1dari 12

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

“Metode Pengembangan Perangkat Lunak


Waterfall”

Oleh :

Kelompok 1

Dwi Rahmadita (09031181924021)


Halimah (09031281924151)
Muhammad Feri Mukhlis (09031281924066)
Muhammad Rozan Azzikri (09031181924006)

Dosen Pengampu:
Dinna Yunika Hardiyanti,M.T

Sistem Informasi Reguler 4C

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Sriwijaya

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan kasih-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan dosen mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak untuk membuat
makalah mengenai metode pengembangan perangkat lunak. Metode pengembangan
perangkat lunak yang kami pilih yaitu metode Waterfall.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan tentang mata
kuliah Rekayasa Perangkat Lunak.Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kami mohon masukan dari dosen maupun mahasiswa lain yang turut
membaca makalah ini.

Indralaya, Februari 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall ...................................... 2

2.2 Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall ............ 4

2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall.......... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini, dimana segala sesuatu dapat kendalikan hanya dengan
menggunakan jari-jari kita. Semua ini dapat terjadi karena adanya
pengembangan perangkat lunak yang berkembang pesat seiring berjalannya waktu.
Pengembangan perangkat lunak itu sendiri merupakan serangkaian proses yang dilakukan
untuk mengembangkan perangkat lunak. Pengembangan perangkat lunak membutuhkan
kehati-hatian dalam merancang dan mengeksekusi dalam rangka memenuhi tujuan yang
ingin dicapai.
Keberhasilan pengembangan perangkat lunak bergantung pada pengelolaan proyek
perangkat lunak secara keseluruhan. Menetapkan sebuah metodologi memiliki dinamisasi
yang tinggi dalam tahap-tahap perancangan model yang menggambarkan tahap-tahap
aktivitas dan daur hidup suatu sistem. Salah satu metedologi pengembangan perangkat
lunak adalah metode pengembangan perangkat lunak waterfall yang akan dipaparkan
dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini yaitu :
1.2.1 Bagaimana Deskripsi Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall ?
1.2.2 Bagaimana Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Waterfall?
1.2.3 Bagaimana Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat
Lunak Waterfall?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Deskripsi Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall
1.3.2 Mengetahui Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat
Lunak Waterfall
1.3.3 Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat
Lunak Waterfall

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

Metode waterfall adalah salah satu metode dalam pengembangan perangkat lunak.
Menurut Rosa dan M.Shalahuddin (2013:28) Model SDLC air terjun (waterfall) sering juga
disebut model sekuensial linier (sequential linier) atau alur hidup klasik (classic life cycle).
Model air terjun menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara sekuential atau
terurut dimulai dari analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan tahap pendukung (support).

Penggunaan metode waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington


di Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers pada tanggal 29
Juni 1956. Presentasi tersebut menjelaskan tentang pengembangan perangkat lunak untuk
SAGE (Semi Automatic Ground Environment). Pada tahun 1983, dipresentasikan kembali
oleh Benington dan menjelaskan tentang fase – fase dalam proses pengembangannya. Dan
pada tahun 1985, Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga menggunakan metode ini
dengan beberapa tahapan yang digunakan, terdiri dari 6 fase, yaitu: Preliminary design,
Detailed design, Coding and unit testing, Integration, dan Testing.

2
Berikut ini adalah tahapan-tahapan pengembangan perangkat lunak dengan
menggunakan metode waterfall:

1. Requirement

Tahapan metode waterfall yang pertama adalah mempersiapkan dan


menganalisa kebutuhan dari software yang akan dikerjakan. Informasi dan insight
yang diperoleh dapat berupa dari hasil wawancara, survei, studi literatur, observasi,
hingga diskusi. Biasanya di dalam sebuah perusahaan, tim analis akan menggali
informasi sebanyak – banyaknya dari klien atau user yang menginginkan produk
beserta dengan kebutuhan sistemnya. Selain itu, juga dapat mengetahui setiap batasan
dari perangkat lunak yang akan dibuat.

2. Design

Tahap yang selanjutnya adalah pembuatan desain aplikasi sebelum masuk


pada proses coding. Tujuan dari tahap ini, supaya mempunyai gambaran jelas
mengenai tampilan dan antarmuka software yang kemudian akan dieksekusi oleh tim
programmer. Untuk proses ini, akan berfokus pada pembangunan struktur data,
arsitektur software, perancangan interface, hingga perancangan fungsi internal dan
eksternal dari setiap algoritma prosedural. Tim yang mengerjakan tahap ini, biasanya
lebih banyak menggunakan UI/UX Designer, atau orang yang memiliki kemampuan
dalam bidang desain grafis atau Web Designer.

3. Implementation

Tahapan metode waterfall yang berikutnya adalah implementasi kode program


dengan menggunakan berbagai tools dan bahasa pemrograman sesuai dengan
kebutuhan tim dan perusahaan. Jadi, pada tahap implementasi ini lebih berfokus pada
hal teknis, dimana hasil dari desain perangkat lunak akan diterjemahkan ke dalam
bahasa pemrograman melalui tim programmer atau developer. Di dalam tahap
pengembangan, biasanya dibagi lagi menjadi 3 tim yang memiliki tugas yang
berbeda. Pertama ada front end (untuk client side), backend (untuk server side), dan
full stack (gabungan antara front end dan backend). Selain itu, pada tahap ini juga

3
dilakukan pemeriksaan lebih dalam terkait dengan modul yang sudah dibuat, apakah
berjalan dengan semestinya atau tidak.

4. Integration & Testing

Tahap yang keempat, masuk dalam proses integrasi dan pengujian sistem.
Pada tahap ini, akan dilakukan penggabungan modul yang sudah dibuat pada tahap
sebelumnya. Setelah proses integrasi sistem telah selesai, berikutnya masuk pada
pengujian modul. Yang bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat lunak sudah
sesuai dengan desain, dan fungsionalitas dari aplikasi apakah berjalan dengan baik
atau tidak. Jadi, dengan adanya tahap pengujian, maka dapat mencegah terjadinya
kesalahan, bug, atau error pada program sebelum masuk pada tahap produksi. Orang
yang bertanggung jawab untuk melakukan testing adalah QA (Quality Assurance) dan
QC (Quality Control).

5. Operation & Maintenance

Tahapan metode waterfall yang terakhir adalah pengoperasian dan perbaikan


dari aplikasi. Setelah dilakukan pengujian sistem, maka akan masuk pada tahap
produk dan pemakaian perangkat lunak oleh pengguna (user). Untuk proses
pemeliharaan, memungkinkan pengembang untuk melakukan perbaikan terhadap
kesalahan yang ditemukan pada aplikasi setelah digunakan oleh user.

2.2 Kasus Yang Sesuai Untuk Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

Salah satu contoh kasus pengembangan metode waterfall adalah pengembangan


perangkat lunak Sistem Informasi Rawat Jalan Dengan Kartu Pasien Ber-Barcode yang
didokumentasikan dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Model Waterfall Pada Sistem
Informasi Rawat Jalan Dengan Kartu Pasien Ber-Barcode Studi Kasus : Puskesmas
Kenanga Sungailiat” yang terbit pada tahun 2017 oleh Yuyi Andrika.

Menurut Yuyi Andrika,

“Rawat Jalan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting di lembaga
kesehatan. Kegiatan ini terjadi setiap hari di Puskesmas Kenanga. Peran Puskesmas
Kenanga sangatlah penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pada Puskesmas

4
Kenanga sendiri berusaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan rawat jalan pada puskesmas terkendala dengan pendaftaran yang
membutuhkan waktu yang lama sehingga antrian menjadi lebih panjang, kartu rekam
medik pun sulit dicari karena didata dari nama pasien yang bisa jadi namanya sama
dan laporan yang isinya sering salah karena hanya berupa rekapan. Oleh karena itu
diperlukan Sistem Informasi Rawat Jalan yag menggunakan barcode untuk
mengidentifikasi pasien agar pendaftaran dapat cepat dilakuakan dan pencarian
rekam medik sangat mudah serta laporan isinya akan lebih akurat karena tidak lagi
berupa laporan. Agar dapat membantujalannya proses rawat jalan yang ada di
Puskesmas Kenanga dan perlu juga didukung oleh sumber daya manusia yang dapat
mengelola dan menangani serta memeliharanya.”(Yuyi Andrika, 2017: 2).

Dalam pengembangan perangkat lunak ini (Sistem informasi Rawat Jalan) yang
menggunakan metode waterfall, dimana metode ini merupakan model pengembangan yang
terdiri dari tahapan : analisis, perancangan, pengkodean perangkat lunak, dan pengujian.
Sehingga kebutuhan Puskesmas Kenanga dapat didefenisikan sesuai dengan kebutuhan pihak
yang terlibat. Dimana pada tahap analisis dilakukan dengan cara menganalisa dokumen yang
digunakan di Puskesmas Kenanga dan apa kebutuhan yang diinginkan oleh pihak yang
menggunakan sistem dapat diketahui dengan cara wawancara dan observasi.Tahap
perancangan dilakukan dengan cara merancang basisdata kebutuhan data dalam sistem dan
merancang Grapichal User Interface (GUI) yang merupakan penghubung antara user dan
sistem informasi. Tahap pengkodean dilakukan dengan cara mendevelopment bahasa
pemograman menggunakan visual basic.nett. Setelah pengkodean perangkat lunak
dilanjutkan dengan pengujian sistem yang sudah dibuat apakah sudah sesuai antara
kebutuhan dan keluaran yang dihasilkan oleh sistem informasi.

Setelah melihat kasus tersebut, penulis melihat bahwa secara keseluruhan model
pendekatan pengembangan software dengan metode waterfall cocok untuk pengembangan
software / perangkat lunak dengan tingkat resiko yang kecil, dan memiliki ukuran yang kecil
serta waktu pengembangan yang cukup panjang. Sesuai dengan kasus diatas, yang mana
perangkat lunak tersebut memiliki sebuah masalah yang tidak terlalu rumit dan memiliki
solusi yang mudah utnuk dikembangkan. ini bisa dilihat dari pengembang yang hanya perlu
mengubah sistem dari yang sebelumnya manual menjadi sistem yang berbasis digital tanpa
perlu mengubah banyak proses sebelumnya Sehingga model ini tidak disarankan untuk
ukuran perangkat lunak yang besar dan tingkat resiko yang besar.

5
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

Metode waterfall dalam prosesnya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,


berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut:

2.3.1 Kelebihan Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

1. Workflow yang jelas

Dengan menggunakan model SDLC jenis ini, mempunyai rangkaian


alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Masing – masing tim, memiliki tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan bidang keahliannya. Serta dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Hasil dokumentasi yang baik

Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis, dimana setiap


informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota tim secara
cepat dan akurat. Dengan adanya dokumen, maka pekerjaan dari setiap tim akan
menjadi lebih mudah, serta mengikuti setiap arahan dari dokumen tersebut.

3. Dapat menghemat biaya

Kelebihan yang selanjutnya tentu saja dari segi resource dan biaya
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan model ini. Jadi, dalam
hal ini klien tidak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga
pengeluaran biaya menjadi lebih sedikit. Berbeda dengan metode Agile, yang mana
klien dapat memberikan masukan dan feedback kepada tim developer terkait dengan
perubahan atau penambahan beberapa fitur. Sehingga perusahaan akan mengeluarkan
biaya yang lebih besar daripada Waterfall.

4. Digunakan untuk pengembangan software berskala besar

Metode ini dinilai sangat cocok untuk menjalankan pembuatan aplikasi


berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya manusia dan prosedur kerja yang
kompleks. Akan tetapi, Model ini juga dapat digunakan untuk proyek berskala kecil
dan menengah. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proyek yang
diambil.

6
2.3.2 Kekurangan Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall

1. Membutuhkan tim yang solid

Untuk menggunakan model SDLC ini, tentu saja membutuhkan


dukungan dari setiap stakeholders yang ada. Setiap tim harus mempunyai kerja sama
dan koordinasi yang baik. Dikarenakan, apabila salah satu tim tidak dapat
menjalankan tugas dengan semestinya, maka akan sangat berpengaruh terhadap alur
kerja tim yang lain.

2. Masih kurangnya fleksibilitas

Semua tim dituntut untuk bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk
yang telah ditetapkan di awal. Sehingga, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat
dan feedback kepada tim pengembang. Klien hanya dapat memberikan masukan
pada tahap awal perancangan sistem perangkat lunak saja.

3. Tidak dapat melihat gambaran sistem dengan jelas

Dengan model waterfall, customer tidak dapat melihat gambaran


sistem secara jelas. Berbeda dengan model agile yang dapat terlihat dengan baik
meskipun masih dalam proses pengembangan.

4. Membutuhkan waktu yang lebih lama

Proses pengerjaan dengan menggunakan waterfall terbilang cukup


lama jika dibandingkan dengan model SDLC yang lain. Karena, tahapan pengerjaan
aplikasi yang dilakukan satu per satu membuat waktu yang dibutuhkan menjadi lebih
lama. Sebagai contoh, tim developer tidak akan bisa melakukan proses coding jika tim
designer belum menampilkan tampilan desain dari aplikasi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode waterfall adalah model pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara
berurutan dan sangat sistematis. Ada 5 tahapan pengembangan perangkat lunak dengan
menggunakan metode waterfall, yaitu requirement, design, implementation, integration &
testing, serta operation dan maintenance. Metode pengembangan perangkat lunak waterfall
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya workflow yang jelas, hasil dokumentasi yang baik,
dapat menghemat biaya, dan dapat digunakan untuk pengembangan software berskala besar.
Selain memiliki kelebihan metode pengembangan perangkat lunak waterfall juga memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya membutuhkan tim yang solid, masih kurangnya
fleksibilitas, tidak dapat melihat gambaran system dengan jelas, dan membutuhkan waktu
yang lebih lama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adani, Robith.2020. Tahapan Pengembangan Perangkat Lunak dengan Metode Waterfall.

https://www.sekawanmedia.co.id/metode-waterfall/. (diakses pada tanggal 22 Februari

2021)

Andrika, Yuyi 2017. Penerapan Model Waterfall Pada Sistem Informasi Rawat Jalan

Dengan Kartu Pasien Ber-Barcode Studi Kasus : Puskesmas Kenanga Sungailiat.

Kepulauan Bangka Belitung: Sistem Informasi.

Budi, D. S., dkk. 2016. Analisis Pemilihan Penerapan Proyek Metodologi Pengembangan

Rekayasa Perangkat Lunak. Surakarta: Informatika.

Ginanjar Wiro Sasmito. 2017. Penerapan Metode Waterfall Pada Desain Sistem Informasi

Geografis Industri Kabupaten Tegal. Tegal: Informatika.

Rosa, A. S. dan M Shalahuddin 2013. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan

Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.

Anda mungkin juga menyukai