Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR),
sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar
459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara
global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

1
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan
neonatus dengan BBLR melalui pendekatan pola pikir manajemen asuhan
kebidanan secara komprehensif dan mendokumentasikannya dalam bentuk
SOAP.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
pada neonatus dengan kelainan BBLR
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, serta menentukan
kebutuhan pasien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
yang mungkin akan terjadi.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa,
masalah dan kebutuhan klien.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan
baik secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang dilakukan dalam
bentuk SOAP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Neonatus dengan BBLR


1. Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir
kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970),
telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai
3. 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
4. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
5. minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena
morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya
tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.

Klasifikasi BBLR :
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematur

3
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa
Kehamilan ( NKB- SMK).
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan –
Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-
Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil
Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

2. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor
ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit:
1)      Toksemia gravidarum
2)      Perdarahan antepartum
3)      Truma fisik dan psikologis
4)      Nefritis akut
5)      Diabetes mellitus
b. Usia Ibu
1)      Usia <16 tahun
2)      Usia >35 tahun
3)      Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

4
c. Keadaan social
1)      Golongan social ekonomi rendah
2)      Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1)      Ibu yang perokok
2)      Ibu peminum alcohol
3)      Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.

3. Tanda-Tanda Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

5
Gambaran klinis BBLR secara khusus :
1. Tanda-tanda Bayi Prematur
a. BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
b. Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
c. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
d. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Kepala mengarah ke satu sisi.
f. Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
g. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
h. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
i. Pergerakan kurang dan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
k. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
l. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
m. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora  (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).
2. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
a. Preterm sama dengan bayi premature
b. Term dan post term :
1) Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
2) Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
3) Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
4) Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
5) Tali pusat kuning kehijauan.
6) Mekonium kering.
7) Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

4. Komplikasi pada BBLR

6
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
Sistem Pernafasan : Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
Sistem Kardiovaskuler : Patent ductus arteriosus
Termoregulasi : Hipotermia

1. Pada prematur yaitu :


a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran
hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang
melapisi alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering
ditemukan pada bayi prematur.

c. Perdarahan intra ventikuler


Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
d. Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar
sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum
sempurna.
e. Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum
sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah.
Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan
panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi

7
BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)
2. Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di
dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang
lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat yang sama.
Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup di luar
kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan terjadinya beberapa
komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
a. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas ini disebabkan
stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin
yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam
uterus.
c. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati
dan meningginya metabolisme bayi.
d. Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif,
hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's,
turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan
sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai
berikut :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil.
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat.
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
d. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
e. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
f. Gangguan immunologic.

8
5. Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas

9
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

6. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.

7. Perawatan
Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin
contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung
kesehatan dan keselamatan BBLR. Esensinya adalah:
1. Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya secara
berkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan sejak dini.
2. Pemberian ASI eksklusif (idealnya).
3. Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.

10
4. Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.
5. Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.
6. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun
efektif untuk menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama
perawatan di ruang perawatan intensif.

Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :


1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi

8. Penatalaksanaan BBLR
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
b. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit
2. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
3. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/ sonde fooding

11
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa
lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu,
bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan
yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada putting.
ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1) Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil
lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu
lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative
cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
(1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

12
(2) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
(1) Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
(2) Minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila
bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan
bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau
ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak),
berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu.
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan IV secara perlahan.

13
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

c. Berat lahir 1250-1499 gram


1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

14
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
c. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan
tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol
inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau
kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air
panas kembali.
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi

15
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
l. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar
panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas
kesehatan setempat sesuai petunjuk
m. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n. Ukur suhu tubuh dengan berkala
o. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
p. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,
kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

d. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:

16
(1) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
(2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat
badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
(3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
(4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.

b. Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a)      Membersihkan jalan napas
b)      Mempertahankan suhu tubuh
c)      Mencegah terjadinya infeksi
d)     Perawatan bayi sehari-hari:
(1)   Memandikan
(2)   Perawatan tali pusat
(3)   Pemberian ASI
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a)      Pemberian ASI
b)      Makanan bergizi bagi ibu
c)      Mengikuti program KB segera mungkin

17
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan
atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit.
Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke
rumah sakit.

18
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Neonatus dengan BBLR
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnose medis :
Nama orang tua :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) Faktor Ibu
a) Faktor umur (faktor ubu yang lain dikaitkan adalah umur ibu
yang muda). (Obs. William, 2006)
b) Ibu multigravida jarak kelahiran yang terlalu dekat lebih
beresiko melahirkan anak dengan BBLR. (Surasmi, 2003)
c) Penyakit kehamilan (sekitar 28% kelahiran preterm diindikasi
disebabkan oleh preeklamsia (43%, gawat janin (27%),
Pertumbuhan janin terhambat (10%), abrupsio plasenta (7%)
(terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus), dan
kematian janin (7%). (Obs. William, 2006)
d) Gizi kurang
e) Trauma
f) Kelelahan

19
g) Merokok
h) Kehamilan yang tidak diinginkan
2) Faktor Plasenta
a) Penyakit vaskuler
b) Kehamilan ganda
3) Faktor Janin
a) Kelainan bawaan
b) Infeksi: riwayat ibu dapat menunjukkan faktor-faktor yang
memperberat kelahiran preterm, seperti adanya infeksi.
(Doengoes, 2005)
c) Infeksi koriomnion yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme telah muncul sebagai kemungkinan
penjelasann berbagai kasus pecah ketuban dan persalinan
preterm. (Obs. William, 2006)

3. Riwayat kesehatan keluarga


Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan
seperti penyakit kardiovaskular. (Mitayani, 2009)
4. Pola fungsional kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
Pola Istirahat
Pola Personal Hygiene
Pola Aktivitas

5. Riwayat psikososiokultural spiritual


Kehamilan yang tidak diinginkan bisa berdampak kepada kesehatan
mental, baik ibu maupun ayahnya. (Depkes, 2005)

B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
KU :

20
Kesadaran : Compos mentis sampai Somnolen (Doengoes, 2011)
Nadi : 120-160 x/menit (Mitayani, 2009)
RR : 40-60 x/menit (Mitayani, 2009)
Suhu : Suhu berfluktasi dengan mudah (Doengoes, 2011)

Antropometri:
Tinggi badan : < 45 cm (Mitayani, 2009)
Berat badan : < 2.500 gram (Mitayani, 2009)
Lingkar kepala: < 33 cm (Mitayani, 2009)
Lingkar dada : < 30 cm (Mitayani, 2009)

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Kulit :
Kepala : Rambut tipis, halus serta kepala lebih besar dari tubuh.
(Mitayani, 2009)
Wajah :
Mata : kelopak mata oedema, mata masih tertutup (tergantung
usia gestasinya). (Doengoes, 2011)
Hidung : Batang hidung cekung, hidung pendek, terdapat tanda-
tanda distress pernapasan khususnya pada sindrom
aspirasi mekonium, terdapat pernapasan cuping hidung
dan penumpukan lender. (Sarwono, 2007)
Telinga : Tulang rawan telinga belum terbentuk (Depkes, 2005)
Mulut : Bibir tipis, dagu maju, reflek menghisap dan menelan
lemah. (Sarwono, 2007)
Leher : Reflek tonus otot lemah (Sarwono, 2007)
Dada : Tampak retraksi dinding dada. (Sarwono, 2007)
Genetalia eksternal : Perempuan: Labia minora wanita lebih besar dari
labia mayora, dan klitoris menonjol. Sedangkan pada

21
laki-laki, testis belum turun, rugae banyak atau tidak ada
pada scrotum. (Sarwono, 2007)
Ekstermitas : Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari,
tampak oedema. Tidak terdapat garis atau terdapat
sebagian garis pada telapak kaki. (Doengoes, 2011)

Palpasi :
Kepala : Sutura mudah digerakkan (Doengoes, 2011)

Aukultasi :
Dada : Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur,pernafasan
diagfragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mnt)
(doengoes,2001)

Perkusi :
Permeriksaan Neurologis/Refleks
Reflek reflex masih lemah dan belum sempurna. (doengoes,2001)

Reflek : reflex tergantung pada usia gestasi (doengoes,2001)


, yaitu :
 Rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32
 Kooerdinasi reflex untuk menghisap , menelan, dan bernafas
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32
 Komponen pertama dari reflek mori(ekstensi lateral dari
ekstermitas atas dengan membuka tangan ) tampak pada gestasi
minggu ke 28
 Komponen kedua ( fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar ) tampak pada gestasi minggu ke-32

3. Pemeriksaan penunjang

22
Studi cairan amniotis : untuk rasio lesitin terhada sfingomielin
(L/S), profil paru janin, dan fosfatidigliserol/fosfatidilinositol munkin telah
dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis
NA/NP, KMK/BMK/SMK, Usia … (jam/hari) dengan BBLR
Keterangan : NA : Neonatus Aterm
NP : Neonatus Preterm
KMK : Kecil Masa Kehamilan
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
BMK : Besar Masa Kehamilan

 Masalah
1. Bayi mengalami kedinginan
2. Sesak napas
 Kebutuhan
1. Bebaskankan jalan napas
2. Berikan kehangatan pada bayi dengan cara menaruh di incubator atau lakukan
metode kangguru

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


1. Hipotermi
2. Hipoglikemi
3. Infeksi
4. Ikterus

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


1. Perawatan dalam incubator
2. Perawatan bayi dengan metode kanguru, diselimuti dan diberi topi kepala

23
3. Pemberian ASI ekslusif
4. Pencegahan infeksi dan personal hygiene
5. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dan tim medis lain

6. INTERVENSI
1. Tempatkan bayi pada incubator.
Rasional : mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah
stress dingin (Hipotermia). (Doengoes, 2001)
2. Pantau system pengaturan suhu dan penyebaran hangat.
Rasional : Hipertemrmia dapat terjadi akibat peningkatan pada laju
metabolime sehingga kebutuhan oksigen dan glukosa meningkat,
kehilangan air juga dapat terjadi bila suhu lingkungan yang
terlalu tinggi. (Doengoes, 2001)
3. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian oksigen.
Rasional : Perbaikan kadat oksigen dan karbon dioksida dapat
meningkatkan fungsi pernapasan. (Doengoes, 2001)
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian nutrisi.
Rasional : Menentukan metode pemberian makanan yang tepat untuk bayi.
(Doengoes, 2001)
5. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian makanan dengan
selang nasogastik atau orogastik sebagai pengganti pemberian makan dengan
ASI.
Rasional : Menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan reflek yang
buruk. (Doengoes, 2001)
6. Pantau pertumbuhan dengan membuat pengukuran berat badan setiap arid an
setiap minggu mengukur panjang badan dan lingkar kepal.
Rasional : Pertumbuhan dan peningkatan berat badan adalah criteria untuk
penentu kebutuhan kalori, untuk menentukan frekuensi
pemberian makanan. Pertumbuhan mendorong pningkatan
kebutuhan kalori dan kebutuhan protein. (Doengoes, 2001)

24
7. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

8. EVALUASI
Evaluasi merupakanpenilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

BAB III
PENUTUP

25
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi

B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

26
Pantiawati, ika, S.sit.2010.Bayi dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika.
Proverati atikah, SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini, S.Kep.,Ns. 2010.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, Amd.keb. MKM. 2010. asuhan neonates,
bayi dan anak balita. Jakarta : trans info media.

27

Anda mungkin juga menyukai