Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

“ETIKA, SUSILA BAIK DAN BURUK”


Dosen : M.ROHIM

Disusun Oleh : Kelompok 3

Ahmad Khoirul Anwar (2051010338)

Rika Marlina (2051010323)

Tri Amar Prasetyo (2051010325)

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020 /2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT., karna berkat rahmat dan ridho-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “ Etika, Susila, Baik dan Buruk” tepat pada waktu nya.makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh bapak. Maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu panduan mahasiswa dan mahasiswi khususnya
dalam matakuliah akhlak.
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami nantikan agar kami dapat lebih baik lagi dalam menyusun
makalah.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan menambah
pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih semoga Allah Swt senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Bandar Lampung, 4 April 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Etika, Susila, Baik dan Buruk........................................................................................................ 2
1. Perbedaan Etika, Moral dan Susila.......................................................................................... 4
2. Hubungan Etika, Moral, Susila dan Akhlak............................................................................ 4
3. Pengertian dan Penentuan Baik dan Buruk................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan Syari’ah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan
hanya sebagai formalitas belaka, semua bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya
kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadapnya adalah pangkalan yang
menentukan corak hidup manusia. Etika, moral dan susila adalah pola tindakan yang didasarkan
nilai mutlak kebaikan.

Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya akhlak, etika dan moral. Ketiganya adalah hal yang sangat penting karena telah
mencakup segala pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun
yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk.

Timbulnya kesadaran serta pendirian Akhlak, etika, moral, dan susila merupakan pola
tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup yang selalu berpegang teguh pada
akhlak, etika, moral dan susila adalah tindakan yang tepat dalam mewujudkan terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak sesuai dengan akhlak, etika, moral dan susila
yang baik merupakan tindakan yang menentang kesadaran tersebut. Sebagai generasi penerus
kita harus selalu berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya kehidupan
yang rukun dan damai. Untuk itu pada makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai
pengertian, persaman dan hubungan akhlak, etika, moral, dan susila

B. Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan etika, moral, dan susila ?

2. Apa hubungan etika, moral, susila dan akhlak ?

3. Apa pengertian dan penentu baik dan buruk ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika, Susila, Baik dan Buruk

1. Pengertian Etika
Ada dua cara dalam mengkaji pengertian dari etika. Yang pertama secara etimologis
atau secara kebahasaan, etika berasal dari bahasa Yunani (ethos), artinya adalah watak,
kesusilaan atau adat. Sedangkan menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Artinya secara kebahasaan
etika berhubungan dengan upaya untuk menentukan tingkah laku manusia.
Adapun secara istilah, para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Ahmad Amin
sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Kemudian Soegarda Poerbakawatja mengatakan bahwa etika adalah filsafat tentang
nilai, kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan
juga pengetahuan tentang nilai-nilai tersebut. Selanjutnya Ki Hajar Dewantara sebagaimana
dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai
mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.
Dalam Encyclopedia Britanica, etika diartikan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang
sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya.
Abuddin Nata mengatakan bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai
berikut. Pertama dilihat dari objek pembahasannya etika berupaya membahas perbuatan
yang dilakukan oleh manusia. Kedua etika dilihat dari segi sumbernya bersumber dari akar
pikiran atau filsafat. Ketiga dilihat dari segi fungsinya etika berfungsi sebagai penilai,
penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakan
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Keempat dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa etika bersifat pada
pembahasan tentang sifat manusia. Artinya penilaian etika berasal dari akal pikiran yang
dihasilkan oleh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa etika bersifat relatif, penyebabnya
adalah karena penilaian setiap manusia tentang baik dan buruk, benar dan salah akan
memiliki perbedaan di setiap individunya.

2
2. Pengertian Susila
Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila
berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Artinya susila adalah dasar, prinsip,
peraturan hidup atau norma yang baik atau aturan hidup yang lebih baik.
Kata susila sering juga disebut sebagai kesusilaan. Kesusilaan sama artinya dengan
kesopanan. Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf menyebutkan
bahwa kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
Susila memiliki tolok ukur yang sama dalam menilai baik dan buruk dengan moral.
Dasar yang dijadikan tolok ukur baik dan buruk dalam susila adalah nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh
masyarakat sekitar.
3. Pengertian Baik dan Buruk
segi bahasa, baik berasal dari bahasa Arab khair dan bahasa Inggris good. Sedangkan
pengertian baik menurut istilah adalah sesuatu yang disukai manusia, yang tidak melanggar
norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma kesopanan kesusilaan, norma hukum dan
juga norma adat-istiadat.
Setelah mengetahui pengertian dari baik, selanjutnya kita akan membahas pengertian dari
buruk. Buruk dalam bahasa Arab disebut dengan istilah syarr, yang memiliki arti tidak baik,
tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dari nilai, tak
mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat
diterima, sesuatu yang tercela. Secara istilah buruk adalah lawan dari baik. Maksudnya buruk
adalah sesuatu yang tidak disukai manusia dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat.
Dalam islam sesuatu dikatakan baik jika hal itu sesuai dengan al-Quran dan Sunnah yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Perbuatan baik dalam islam adalah yang membawa
kemaslahatan bagi dirinya sendiri dan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan keburukan adalah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran al-Quran dan
Sunnah, perbuatan yang tidak membawa manfaat baik bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang
lain.

1 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 90.

3
1. Pebedaan Etika, Moral Dan Susila
Peredaan antara etika, moral dan susila adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan
untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat
akal pikiran, dan pada moran dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum
dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu
adalah berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits.
Perbedaan lain antara etika, moral, dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral
dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian akhlak, etika, moral dan susila tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas umum, agar apa yang
dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan
tidak membawa manusia menjadi sesat. Dengan kata lain penjabaran etika, moral dan susila akan
tetap sejalan apabila tetap mengedepankan akhlak.

2. Hubungan Etika, Moral dan Susila, dengan Akhlak

Dilihat dari fungsi dan perannya, secara substansial dapat dikatakan bahwa etika, moral,
susila dan akhlak adalah identik, yaitu sama-sama mengacu kepada manusia baik dari aspek
perilaku ataupun pemikiran khususnya pada penentuan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dantenteram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah. Peranan Etika, Moral, Susila, dan Akhlak sangat penting
bagi pembentukan karakter individu maupun masyarakat.
Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika pada etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik
dan buruk itu adalahal-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka moral dan susila lebih banyak
bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan
susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan
susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

4
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian diatas menunjukkanengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasal dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan
baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan
yang berasal petunjuk al-qur’an dan hadis. Dengan kata lain, jika etika, moral dan susila berasal
dari manusia, sedangkan akhlak dari Tuhan.

Dengan demikian keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan dalam rangka
menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang berada di dalam agama
khususnya pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Disinlah letak peranan dari etika, moral dan susila
terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batasan-batasan umum
dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat (tetap pada koridor humanis)

2 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

5
3. Pengertian dan Penentu Baik dan Buruk
Baik dan buruk merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk menilai suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang. Untuk mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang itu
termasuk kedalam tindakan yang baik atau tindakan yang buruk, kita harus mengetahui indikator dari baik
dan buruk itu sendiri. Oleh karenanya, dalam artikel ini kita akan membahas mengenai pengertian dari
baik dan buruk, penentuan baik dan buruk serta sifat dari baik dan buruk itu sendiri, serta baik dan buruk
menurut ajaran islam.

1. Pengertian Baik dan Buruk

Dari segi bahasa, baik berasal dari bahasa Arab khair dan bahasa Inggris good. Sedangkan pengertian
baik menurut istilah adalah sesuatu yang disukai manusia, yang tidak melanggar norma-norma yang
berlaku, baik norma agama, norma kesopanan kesusilaan, norma hukum dan juga norma adat-istiadat.

Setelah mengetahui pengertian dari baik, selanjutnya kita akan membahas pengertian dari buruk. Buruk
dalam bahasa Arab disebut dengan istilah syarr, yang memiliki arti tidak baik, tidak seperti seharusnya,
tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dari nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak
bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela. Secara
istilah buruk adalah lawan dari baik. Maksudnya buruk adalah sesuatu yang tidak disukai manusia dan
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Dalam islam sesuatu dikatakan baik jika hal itu sesuai dengan al-Quran dan Sunnah yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Perbuatan baik dalam islam adalah yang membawa kemaslahatan bagi dirinya sendiri
dan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Sedangkan yang dimaksud dengan keburukan adalah
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran al-Quran dan Sunnah, perbuatan yang tidak membawa manfaat
baik bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain.

2. Penentuan Baik dan Buruk

Ada beberapa aliran filsafat yang mempengaruhi penentuan baik dan buruk, diantaranya adalah aliran
sosialisme, hedonisme, humanisme, utilitarianisme, vitalisme, religiousisme dan evolusisme. Berikut
penjelasan mengenai penentuan baik dan buruk menurut aliran-aliran tersebut.

a. Baik dan buruk menurut aliran adat-istiadat (sosialisme)

Baik dan buruk menurut aliran ini adalah sesuatu dikatakan baik jika sesuai dengan adat-istiadat yang
berlaku di masyarakat. Seseorang yang mematuhi adat-istiadat yang berlaku disekitar masyarakatnya
dikatakan orang yang baik. Sedangkan sesuatu dikatakan buruk apabila hal tersebut bertentangan dengan
adat-istiadat yang berlaku di sekitar masyarakat. Orang yang melanggar adat dan istiadat yang berlaku
akan disebut buruk, dan akan dihukum dengan menggunakan hukum adat.

b. Baik dan buruk menurut aliran hedonisme

Menurut aliran ini, sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kesenangan yang lebih besar, kelezatan,
kenikmatan dan kepuasan nafsu biologisnya. Dan sesuatu dikatakan buruk dalam aliran ini jika sesuatu
tersebut tidak mendatangkan kesenangan, kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis, atau justru
mendatangkan kepedihan.

6
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kini aliran ini mulai berkembang kearah yang negatif.
Tidak seperti pemikiran tokoh utamanya Epicurus yang mengutamakan kepuasan dan kesenangan yang
diukur dengan akal dan pikiran, aliran ini pada akhirnya lebih mengutamakan kepuasan nafsu biologis.
Akibatnya muncul tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan akal dan pikiran.

c. Baik dan buruk menurut paham humanisme (intuisisme)

Paham ini menilai suatu tindakan baik atau buruknya dengan menggunakan kekuatan batin. Artinya
sesuatu yang dikatakan baik jika sesuai dengan kata hati, karena menurut para penganut aliran ini, hati
dapat menilai sesuatu baik atau buruk. Sebalinya sesuatu dikatakan buruk jika tidak mengikuti kata hati
mereka. Oleh karena itu sesuatu yang benar, dermawan, berani dikatakan baik oleh manusia, sedangkan
sesuatu yang salah, kikir dan pengecut dikatakan buruk.

d. Baik dan buruk menurut paham utilitarianisme

Secara harfiah utilis memiliki makna berguna. Jadi paham ini mengatakan bahwa sesuatu yang baik
adalah sesuatu yang berguna. Jika kebergunaan sesuatu tersebut hanya untuk perorangan, maka disebut
individual, sedangkan jika berguna bagi banyak orang maka disebut sosial. Hal ini sesuai dengan salah
satu hadits Nabi Muhammad SAW. yang mengatakan bahwa sebaik-baik orang adalah yang berguna bagi
orang yang lain.

e. Baik dan buruk menurut paham vitalisme

Menurut paham ini, sesuatu yang kuat dianggap sebagai sesuatu yang baik. Contohnya adalah kekuatan
atau kekuasaan yang dapat menaklukkan orang lain dikatakan sebagai sesuatu yang baik. Aliran ini
cenderung menggunakan hukum alam, artinya siapa yang lebih kuat akan mampu menguasai yang lebih
lemah.

f. Baik dan buruk menurut paham religiousisme

Paham ini beranggapan bahwa perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan, sedangkan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Artinya ukuran baik dan buruk pada aliran ini didasarkan atas peraturan agama. Karena terdapat
bermacam-macamn agama di dunia oleh karena itu setiap agama memiliki tolak ukur masing-masing
dalam menentukan baik dan buruk.

g. Baik dan buruk menurut paham evolusisme

Menurut paham ini segala sesuatu yang ada di alam baik yang tampak maupun yang tidak tampak
mengalami evolusi. Begitu juga dengan akhlak dan moral, Herbert Spencer mengatakan bahwa perbuatan
akhlak itu tumbuh secara sederhana kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke arah
cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Dengan demikian paham ini mengukur sesuatu yang baik
dikatakan baik jika mendekati cita-cita dan sesuatu yang buruk dikatakan buruk jika menjauhi cita-cita
atau tujuan manusia dalam hidupnya.

7
3. Sifat dari Baik dan Buruk

Sifat dari baik dan buruk berdasarkan pandangan filsafat menyesuaikan dengan sifat dari filsafat itu
sendiri yaitu berubah-ubah, relatif nisbi dan tidak universal. Sifat dari baik dan buruk secara lengkap
tercantum dalam ajaran Islam yang terangkum dalam al-Quran yang merupakan sumber mutlak mengenai
ajaran baik dan buruk yang berasal dari Allah. Selain al-Quran, hadits dan sunnah yang bersumber dari
Rasulullah SAW. juga merupakan sumber mutlak dari sifat baik dan buruk.

4. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam

Baik dan buruk menurut ajaran islam yaitu segala sesuatu yang bersumber dari al-Quran dan Hadits. Al-
Quran sebagai wahyu yang berasal dari Allah berisi tentang pengajaran baik dan buruk, sebagai mana
akhlak yang juga bersumber dari al-Quran. Sedangkan Hadits berfungsi sebagai penjelas dari ayat-ayat
yang ada dalam al-Quran, yang bersumber dari Rasulullah SAW. Contohnya al-Quran menganjurkan kita
untuk berbuat baik kepada orang tua, akan tetapi di dalam al-Quran tidak dijabarkan mengenai cara
berbuat baik kepada orang tua. Penjelasan mengenai berbuat baik kepada orang tua tersebut selengkapnya
dapat ditemukan dalam Hadits.

Jadi segala sesuatu yang baik dalam islam adalah yang didasari dengan petunjuk dari al-Quran dan Hadits.
Sedangkan perbuatan yang buruk adalah yang bertentangan dengan kedua sumber hukum islam yang
utama tersebut. Meskipun demikian, al-Quran dan Hadits bukanlah sesuatu yang tertutup. Artinya
keduanya bersikap terbuka, mudah menerima pendapat dari hukum yang dibuat oleh manusia. Al-Quran
dan Hadits sangat menghargai pendapat dari kelompok-kelompok yang lain.

3 Nata, Abuddin, MA,,Dr.H,Akhlak Tasauf, JAKARTA, PT Raja Grafindo Jakarta, 2002

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Atau dengan kata lain etika adalah pola tingkah laku
yan dihasilkan oleh akal manusia yang menentukan baik dan buruk.

Susila lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan, dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Baik dan buruk

1 .Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau good dalam bahasa
inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
telah mencapaikesempurnaan.

2. Penetuan baik dan buruk dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:Baik buruk menurut aliran adat
istiadat (sosialisme),Baik buruk menurut aliranHedonisme,Baik dan buruk menurut paham intuisisme
(humanisme), Baik danburuk menurut paham Utilitarianisme,Baik buruk menurut paham Religiosisme.

3. Ada baik dan buruk yang dibahas dalam ajaran islam,diantaranya: Al-hasanah,Al-thayyibah, Al-khair,
Karimah, Al-mahmudah, Al-birr.

Ada beberapa persamaan antara Etika, Moral, dan Baik dan Buruk, yaitu sebagai berikut:

Etika, Moral, dan Baik dan Buruk mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
sifat, dan perangai yang baik. Etika, Moral, dan Baik daan Buruk merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Etika, moral, dan Baik dan Buruk
seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap.

Adapun perbedaannya adalah perbedaan dalam sumber yang menjadi patokan untuk menentukan baik dan
buruk serta perbedaan dalam sifat pemikiran dan kawasan pembahasan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 90.

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996

Nata, Abuddin, MA,,Dr.H,Akhlak Tasauf, JAKARTA, PT Raja Grafindo Jakarta, 2002

10

Anda mungkin juga menyukai