Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TAUHID ILMU KALAM

TAUHID DZAT,SIFAT,RUBUBIYAH,ULUHIYAH.

Dr.H.Ahmad Isnaeni,M.A

DISUSUN OLEH

ALFYANDO DWI PUTRA 2051010345

IQBAL RAHMAN 2051010334

NOVIZA INDAR SULISTIANI 2051010348

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan lancar.

Dalam penyusunan makalah ini, selain memenuhi tugas dari dosen


pembimbing juga untuk menjelaskan tentang “ TAUHID RUBUBIYAH,
ULUHIYYAH, DAN HAL-HAL YANG MENGOTORI IMAN ” Serta dengan
tersusunnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca pada
umumnya dan bagi teman-teman mahasiswa pada khususnya.

Kami sadari meski makalah ini telah selesai tapi masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca
maupun pendengar, demi kelancaran dan kesempurnaan tugas kami yang
selanjutnya.

Bandar Lampung,29 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................4
B. Tujuan ..........................................................................................4
C. Rumusan masalah.........................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian tauhid dzat…………………………….....................................6

2.Pengertian sifatrububiyah..............................................................7

3.Pengertian sifat uluhiyah...............................................................8

4.Kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid...........................9

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan...................................................................................10
B.Saran.............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-
Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kita sendiri dan keburukan amal kita.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah tak akan ada orang yang sanggup
menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup
menunjukinya.Bahwasannya tiada tuhan yang hak melainkan Allah semata, tiada sekutu
bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga
Allah merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para
rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata
yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan
kepada selain Allah Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang
dikemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan
oleh semua rasul. Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan
tentang halal dan haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk
melakukan ibadah itu, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada
Allah saja Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.Al-Qur’an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya’ Allah
(nabi-nabi Allah) kerana kedua-duanya ada kaitan dengan penciptaan dan kekuasaan Allah
terhadap makhluk-Nya. Al-Qur’an menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk
mereka yang mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya.

Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta kuat


kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Ada tiga macam tauhid
dalam islam, yakni : Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat. Ketiga tauhid tersebut
harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat muslim kita tidak boleh
hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid tersebut, karena ketiga tauhid tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apabila kita hanya mempercayai salah
satu diantaranya maka kita tidak bisa disebut sebagai seorang yang syirik bahkan keluar dari
islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:

1. Pengertian tauhid dzat, sifat rububiyah dan uluhiyah ?


2. Pengertian kandungan makna tauhid & pembatalan tauhid ?

4
C. Tujuan Pembahasan

1.Memperoleh pemahaman mengenai tauhid dzat,sifat rububiyah dan uluhiyah.


2.Memperoleh pemahaman mengenai konsep materi Tauhid & pembatalan tauhid.

5
BAB II
Pembahasan

1. Pengertian Tauhid Dzat

Kalimat tauhid membawa pengertian mengetahui, mengakui dan


mempercayai bahawa sesungguhnya sembahan yang benar dan berhak disembah
ialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) semata-mata. Selain daripada-Nya, sama
sekali tidak benar dan tidak berhak disembah.Tauhid juga merupakan kewajiban
pertama yang di perintahkan oleh Allah kepada hamba-Nya. Penghayatan kalimat itu
meliputi berikrar dengan hati, menyatakan dengan lidah dan membuktikan dengan
perbuatan.Tauhid sebagai pengetahuan kesaksian, keyakinan, dan keimanan
terhadap keesaan Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Berdasarkan Al-
Qur’an, keesaan Allah itu meliputi tiga hal, yaitu esa dzat-Nya adalah tidak ada Tuhan
lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi Allah, esa sifat-Nya adalah tidak ada dzat
lain yang memiliki satu atau lebih sifat-sifat ketuhanan yang sempurna, esa af’al-Nya
adalah tidak seorangpun dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah.
Tauhid Rububiyah.
Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan
meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.

2.Pengertian Sifat Rububiyah

Sifat Utama Rububiyah Allah adalah Rahmat (kasih sayang). Ini sesuai dengan
makna Rububiyah yang akar katanya sama dengan Tarbiyah (Pendidikan akhlak),
Murobbi (Pendidik akhlak) dan Robbayani (dalam doa untuk orang tua). Sifat
Rububiyah (Mendidik/Memelihara) erat sekali dengan Rahmat (Kasih Sayang).

Dalil-Dalil Tauhid ar-Rububiyyah


Banyak dalil menunjukkan bahawa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu
menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Antaranya:

1.Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang
berakal waras akan mengatakan bahawa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.

2. Semua benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya,


menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua
kejadian di alam ini.

6
3.Susunan alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah
Maha Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata, dia akan menyatakan bahawa dirinya
makhluk ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini
dijadikan oleh satu Zat Yang Maha Berkuasa, yaitu Allah. Tidak ada orang yang
berakal waras akan menyatakan bahawa sesuatu itu boleh berlaku dengan sendiri.
Begitulah hebatnya Ilmu Allah. Pandanglah saja kepada kejadian manusia dan
fikirkanlah betapa rapi dan seni ciptaan-Nya.terdapat seribu satu macam ciptaan
Allah yang memiliki sifat yang berbeda-beda antara satu sama lain. Semuanya
menunjukkan bahawa Allah adalah Rabb yang Maha Bijaksana.

3.Pengertian sifat Uluhiyah

Uluhiyah adalah ibadah.

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba


berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a,
nadzar, qurban, raja‘ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah
(takut) dan inaabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah
para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir.“Tauhid Ibadah”, karena
ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas,
karena ketergantungan mereka kepadanya.

Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan
pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal
ibadah tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah
lawannya, yaitu syirik.Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap
hamba.

Konstribusi Materi Tauhid al-Rububiyyah menghubungkan Tauhid Al-Uluhiyyah Dalam


Upaya Mencapai Tauhidullah

Seperti yang telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui


keesaan Allah sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan Pengurnia secara mutlak.
Tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam Rububiyyah. Sesungguhnya kesanggupan dan
kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala
pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan manusia mengakui Tauhid al-
Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam pengabdian.

Secara spontan pula manusia akan mengakui bahawa Allah saja layak
disembah, selain daripada-Nya tidak layak disembah walau dalam apa bentuk
sekalipun.Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan
yang ada dalam jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani
mempertahankan keyakinannya seperti yang dipersaksikan dalam sirah Rasulullah
dan para sahabat:

7
1.Rasulullah SAW pernah memerintahkan Ali RA agar tidur di atas katilnya sebelum
baginda keluar berhijrah ke Madinah, sedangkan musuh Islam begitu giat mengintip.
Namun Sayyidina Ali sanggup berbuat mengikut perintah Rasulullah SAW kerana
beliau yakin atas Kehendak dan Kekuasaan Allah.

2.Khalid Ibn al-Walid RA pernah mengalami banyak cacar dan luka pada badannya
kerana berperang di jalan Allah. Namun dia tetap yakin dengan Kekuasaan Allah. Dia
tetap meneruskan pertempuran melawan musuh.

3. Bilal bin Rabah RA sanggup diheret di padang pasir, dijemur di bawah kepanasan
matahari dan disiksa dengan batu besar diletakkan di atas tubuhnya. Dia tetap
mempertahankan keimanannya.

4. Kandungan Makna tauhid dan Pembatalan Tauhid

Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan


meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Sesungguhnya
banyak sekali hal-hal yang dikategorikan sebagai pem-batal ke-Islam-an, namun para
ulama banyak menyebutkan sepuluh pem-batal yang paling berbahaya dan paling
banyak dikerjakan ummat.

Pembatalan-pembatalan ke-Islam-an tersebut adalah :

1. Syirik atau mengadakan sekutu dalam beribadah kepada Allah –Sub-hānahu wa


Ta’ālā–.

2. Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai wasīlah (perantara) dalam doa,


syafa’at dan tawakkal.

3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, menyangsikan kekafiran mereka atau


malahan membenarkan keyakinan mereka.

4. Meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Nabi Muhammad –Shallallahu ‘alayhi


wa Sallama– adalah lebih sempurna dan lebih baik.

Mengganggap suatu hukum atau undang-undang selainnya lebih baik daripada


syari’at Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– dan lebih mengutamakan hukum
thāghūt daripada hukum Rasulullah –Shal-lallahu ‘alayhi wa Sallama–. Apabila ada
seseorang meyakini bahwa un-dang-undang yang dibuat manusia lebih utama dan
lebih baik dari-pada syari’at Islam, maka ia telah kafir.

Demikian pula apabila ia menganggap bahwa syari’at Islam sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman, atau bahkan berang-gapan bahwa agama Islam hanya
menyangkut hubungan ritual antara hamba dengan Rabbnya dan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan masalah duniawi. Demikian pula apabila seseorang memandang
bahwa pelaksanaan syari’at Islam, misalnya masalah rajam dan qishash, sudah tidak
8
sesuai lagi dengan peradaban modern (atau Hak Asasi Manusia). Begitu pula mereka
yang beranggapan bahwa seseorang diperboleh-kan untuk tidak berhukum dengan
hukum atau syari’at Allah –Subhā-nahu wa Ta’ālā– dalam hal sosial kemasyarakatan
dan hukum-hukum lainnya, maka ia telah kafir, meskipun belum sampai pada
keyakinan bahwa hukum yang dianutnya lebih utama dari hu-kum Islam.

5. Membenci hal-hal yang berasal dari Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–,


walaupun mengamalkannya.

6. Mengolok-olok sebagian ajaran yang dibawa Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa


Sallama–, seperti pahala atau balasan yang akan diterima.

7. Melakukan sihir, karena pelakunya dihukumi kafir.

8. Loyal terhadap orang kafir serta memberikan bantuan dan pertolongan kepada
orang musyrik untuk memerangi kaum muslimin.

9. Beranggapan bahwa manusia boleh keluar dari syari’at atau ajaran Nabi
Muhammad –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–.

10. Berpaling dari agama Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, baik karena tidak mau
mempelajarinya atau karena tidak mau mengamalkannya.

9
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pada dasarnya pengutusan para rasul bertujuan untuk mengesakan Allah
dalam Tauhid al-Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah. Dialah Tuhan Rabb al-’Alamin
dan Tuhan para Rasul tersebut. Tiada tuhan yang sebenar melainkan Allah.Tauhid al-
Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah menjelaskan kekuasaan Allah yang Maha Suci
dalam pentakdiran urusan makhluk-Nya. Allah Pengurnia kemaslahatan dan
kebaikan. Allah Penentu al-amr (perintah). Allah-lah Pengutus ar-Rasul untuk
makhluk-Nya.
B.Saran
Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang
ada dalam jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani
mempertahankan keyakinannya,dengan mengetahui arti dari Tauhid ar-rububiyyah
dan Tauhid al-uluhiyyah manusia tidak berbuat syirik kepada Allah SWT.

10
DAFTAR PUSTAKA
Sihab, M. Quraish, tafsir Al-Misbah, peran kesan dan keserasian perpustakaan
umum Islam lentera hati, Jakarta, 2002
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain &
Azbabun Nuzul, jilid 1, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain &
Azbabun Nuzul, jilid 2, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
Al-mahalli, Imam Jalaludin, Imam jalaludin As-suyuthi, Tafsir Jalalain &
Azbabun Nuzul, jilid 3, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1997.
http://muslim.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-qadr.html
http://www.ilmoe.com/585/pembagian-tauhid-rububiyah-uluhiyah-asma-
wa-sifat.html
http://qaasasaqidahtauhid.blogspot.com/2008/12/apa-itu-tauhid-uluhiyah-
rubbubiyah-dan.html
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat21-25.htm
http://muslim.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-qadr.html
Nasution,Harun,Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah,Analisa Perbandingan,
Jakarta: Universitas Indonesia,1978(Hal Ix).

11

Anda mungkin juga menyukai