Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Analisis Tanaman Hidroponik

Di susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Alamiah Dasar

Dosen Pengampu : Lastaria, M. Pd

Di susun Oleh :

1. HIDAYATULLAH 19.42.021997

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu bagi kita semua agar
bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 1
C. TUJUAN.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. TANAMAN HIDROPONIK................................................................................... 2
B. TANAMAN HIDROPONIK DI INDONESIA....................................................... 3
C. DAMPAK TANAMAN HIDROPONIK................................................................. 3
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 5
1. Kesimpulan.............................................................................................................. 5
2. Kritik dan Saran....................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pertanian, tanaman adalah beberapa jenis organisme yang dibudi dayakan pada suatu
ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika sudah mencapai tahap pertumbuhan tertentu.
Pengertian ini dibedakan dari penggunaan secara awam bahwa tanaman sama dengan tumbuhan.
Pada kenyataannya, hampir semua tanaman adalah tumbuhan, tetapi ke dalam pengertian
tanaman tercakup pula beberapa fungi (jamur pangan, seperti jamur kancing dan jamur merang)
dan alga (penghasil agar-agar dan nori) yang sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan nilai
ekonominya. Tanaman "sengaja" ditanam, sedangkan tumbuhan adalah sesuatu yang muncul
atau tumbuh dari permukaan bumi. Tumbuhan yang "tidak dipanen" masih disebut tanaman jika
diperuntukkan sebagai estetika dalam pertamanan dan arsitektur lanskap, misal tanaman bunga.
Tanaman pertanian utama yang dibudidayakan di seluruh dunia yaitu gandum, jagung, beras,
kentang, tebu, kedelai, dan sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Tanaman hidroponik

2. Tanaman hidroponik di Indonesia

3. Dampak tanaman hidroponik dalam kehidupan

C. TUJUAN

1. Mengetahui tanaman hidroponik

2. Mengetahui perkembangan tanaman hidroponik di Indonesia

3. Mengetahui dampak tanaman hidroponik dalam kehidupan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. TANAMAN HIDROPONIK

Tanaman biasanya dibudidayakan di dalam tanah untuk media tanamnya sedangkan


tanaman hidroponik menggunakan media air untuk media tanamnya, berbeda dengan tanaman
pada media tanah yang menggunakan air yang lebih banyak , tanaman hidroponik menggunakan
air yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman media tanah. Hidroponik menggunakan air
yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti
kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan
menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari
bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam
secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan
pupuk bagi tanaman. Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan
baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari
tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk
kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam
dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Sistem
hidroponik bisa digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan yang semakin tahun
semakin sempit. Diharapkan hidroponik mampu menjadi manfaat untuk masa depan karena
mampu diberdayakan dalam kondisi lahan sempit. Pada mulanya, kegiatan membudidayakan
tanaman yang daratan tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibuat
pada tahun 1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi
penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan
budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang
kurang murni tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni.

Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan
tanaman, dan penemuan dari ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada
tahun-tahun 1859-1865, memicu pengembangan teknik budidaya tanpa tanah. Pertumbuhan
tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan
masih banyak digunakan saat ini. Sekarang, Solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik
tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.
Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di Berkeley mulai
mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang digunakan untuk menghasilkan
tanaman pertanian. Pada mulanya dia menyebutnya dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia

2
disebut budidaya perairan), namun kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada
budidaya hewan air. Gericke menciptakan sensasi dengan menumbuhkan tomat yang menjalar
setinggi duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral
selain tanah.

B. TANAMAN HIDROPONIK DI INDONESIA

Di Indonesia, budi daya tanaman dengan sistem hidroponik mulai dikenal sejak awal 1980-
sn. Tokoh yang mempopulerkan bertanam secara hidroponik antara lain Bob Sadino, yang saat
itu juga menjadi pakar sekaligus narasumber dunia agribisnis. Pada awal perkembangannya,
hidroponik lebih dianggap sebagai hobi semata, yakni untuk mengisi waktu luang dengan
bertanam aneka tanaman (baik sayuran maupun buah) tanpa menggunakan media tanah.  Selain
itu, oleh sebagian kalangan, tanaman hidroponik juga dimaksudkan sebagai salah satu unsur
dekoratif penghias rumah karena dianggap unik dan menarik. Tentu saja hal ini jauh berbeda
dengan realita saat ini, ketika hidroponik sudah dijalankan secara komersial, untuk tujuan
ekonomis.  Perkembangan metode bercocok hidroponik di tanah air cukup bagus. Dengan
ketersediaan lahan yang semakin sempit, masyarakat mulai tertarik dengan hidroponik karena
bertanam dengan sistem hidroponik bisa dilakukan di mana saja dengan memanfaatkan setiap
jengkal lahan yang tersedia.  Dengan hidroponik, bertanam sayuran, buah, ataupun bunga mulai
di halaman rumah, di samping rumah, di atas kolam ikan (menggunakan sistem aquaponik), di
tembok atau pagar rumah, dan sebagainya. Dengan hidroponik, masyarakat yang tinggal di
rumah susun atau apartemen pun bisa bertanam bunga ataupun sayuran. Bercocok tanam secara
hidroponik menjadi alternatif paling realistis bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan.
Semakin meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
tubuh dan lingkungan ikut mendukung perkembangan hidroponik. Orang semakin tahu bahwa
sistem hidroponik ramah lingkungan karena penggunaan air dan pupuk lebih hemat dan efisien
karena larutan nutrisinya dapat dipakai ulang. Hidroponik tidak banyak membutuhkan pestisida.
Apalagi kualitas produk hidroponik memang tinggi. Buah dan sayuran tampak lebih segar dan
lebih besar.  Bagi pelaku agribisnis, bertanam hidroponik juga sangat menjanjikan karena
tanaman bertumbuh lebih cepat sehingga lebih cepat panen, perawatan relatif mudah, tenaga
kerja yang diperlukan lebih sedikit, dan harga jual produk hidroponik jauh lebih tinggi daripada
produk yang ditanam dengan cara konvensional. Jadi tidak mengherankan apabila saat ini
bermunculan pelaku agribisnis yang menekuni budi daya hidroponik sebagai andalan mereka.
Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat
Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus
diperhatikan, karena tidak semua hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu: Paprika, Tomat,
Timun Jepang, Melon, Terong Jepang, dan Selada.

C. DAMPAK TANAMAN HIDROPONIK

Adapun dampak dari tanaman hidroponik dalam kehidupan manusia adalah :

Keuntungan system hidroponik

3
 Tidak membutuhkan tanah
 Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain,
misalnya dijadikan akuarium
 Pengendalian nutrisi lebih sederhana sehingga nutrisi dapat diberikan secara lebih efektif
dan efisien
 Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan
 Memberikan hasil yang lebih banyak
 Mudah dalam memanen hasil
 Steril dan bersih
 Media tanam dapat digunakan berulang kali
 Bebas dari tumbuhan pengganggu/gulma
 Tanaman tumbuh lebih cepat

Kekurangan sistem hidroponik antara lain:


 Membutuhkan modal yang besar
 Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil dari pada media
tanah sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.

4
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila
nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah
untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa
diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik,
di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Sistem hidroponik bisa
digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan yang semakin tahun semakin sempit.
Diharapkan hidroponik mampu menjadi manfaat untuk masa depan karena mampu diberdayakan
dalam kondisi lahan sempit. Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan relatif lebih bersih.
Sehingga untuk merancang interior ruangan dalam rumah akan bisa lebih leluasa dalam
menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk
bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan
yang dipakai dalam pelarut nutrisinya. \

2. Kritik dan Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi


kenyataanya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini di karenakan masih
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia
Lingkungan sekolah

Anda mungkin juga menyukai