Anda di halaman 1dari 32

ARTIKEL: PERMASALAHAN SOSIAL

Permasalahan sosial, terdiri atas:


1. KEMISKINAN (ABSOLUT, RELATIF, DAN KULTURAL)

Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut


tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan
suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka
ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti


definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan
hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial
dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan
timbul oleh karena minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik
sektor industri maupun pembangunan. Senada dengan pendapat di atas adalah
bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi, atau
kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan
oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan
tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian. Yaitu, kemiskinan absolut,


kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan
miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan,
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang,
kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin kultural berkaitan erat
dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya.

 Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk


mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan bekerja.
Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam
bentuk uang.
 Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat,
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.
 kemiskinan kultural, adalah budaya yang membuat orang miskin, yang
dalam antropologi disebut Koentjaraningrat dengan mentalitas atau
kebudayan kemiskinan sebagai adanya budaya miskin.

Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan
alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam
(SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.
Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten
dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga
mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang
mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.

Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah


Kuraiyyim, yang antara lain adalah:

1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.


Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau
produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik.
Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-
kapita akan turun beriringan.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan


pendapatan per-kapita:

 Naiknya standar perkembangan suatu daerah.


 Politik ekonomi yang tidak sehat.

Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:

1) Rusaknya syarat-syarat perdagangan

2) Beban hutang

3) Kurangnya bantuan luar negeri, dan

4) Perang

2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.

Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan.
Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan
pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal

3. Biaya kehidupan yang tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari
tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan
oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik
dan banyaknya pengangguran.

4. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber
pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak
negara.

Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini,
diantaranya :

1) Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan


2) Terbatasnya akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan, dan
sempitnya lapangan pekerjaan
3) Kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha
4) Kurangnya penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan seseorang
5) Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
6) Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga.
7) Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya
jaminan sosial terhadap masyarakat.

Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan

1) Penanganan Masalah Kurang Gizi dan Kekurangan Pangan

2) Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin Atas Pendidikan

3) Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan

4) Perluasan Kesempatan Berusaha

2. KRIMINALITAS
Kriminalitas merupakan salah satu bentuk penyakit sosial yang memang sulit
untuk diatasi, sebab kriminalitas bukanlah suatu hal yang pasti, bisa terjadi pada
siapapun dengan usia yang tidak tertentu pula. Terkadang dilakukan secara sadar
ataupun tidak sadar hingga karena dipaksa oleh suatu situasi dan kondisi tertentu.

Secara umum, Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan.
Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis
berarti segala tingkah laku manusia yang dapat dipidana ,yang diatur dalam hukum
pidana.Kriminalitas atautindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum
atau sebuah tindak kejahatan

Pada umumnya penyebab kejahatan terdapat tiga kelompok pendapat yaitu:

A. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di


luar diri pelaku

B. Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat
di dalam diri pelaku sendiri

C. Pendapat yang menggabungkan, bahwa kriminalitas itu disebabkan baik karena


pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat atau bakat si pelaku.

Adapun Penyebab Kriminalitas menurut beberapa para ahli dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi dan kriminalitas (Aristoteles)

2. Kesempatan untuk menjadi pencuri (Sir Francis Bacon, 1600-an)

3. Kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam melakukan


kontrak sosial (Voltaire & Rousseau, 1700-an)

4. Atavistic trait atau Sifat-sifat antisosial bawaan sebagai penyebab perilaku


kriminal ( Cesare Lombroso, 1835-1909)

5. Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional (Teoritisi Klasik


Lain)

Tindak kriminal juga dapat terjadi karena :

1. Pertentangan dan persaingan kebudayaan

2. Perbedaan ideologi politik

3. Kepadatan dan komposisi penduduk

4. Perbedaan distribusi kebudayaan

5. Perbedaan kekayaan dan pendapatan

6. Mentalitas yang labil

Akibat dari tindakan kriminalitas

1. Kerugian materi : Hal ini bisa terjadi jika tindakan kriminalitas masih dalam
tahap agak berat. Seperti pencopetan,penipuan penjambretan, pencurian dll, yang
tanpa di sertai dengan tindak kekerasan

2. Trauma :Trauma bisa terjadi pada seseorang yang mengalami tindakan


criminal yang biasanya di sertai dengan ancaman seperti dengan membawa benda-
benda tajam seprti pisau, clurit, pistol dll.

3. Cacat tubuh dan tekanan mental : Hal ini bisa saja terjadi jika suatu tindakan
criminal di sertai dengan tindakan criminal yang lainnya atau jika seseorang
melakukan tindakan criminal itu sudah memasuki tahap tindakan criminal yang
berat. Contohnya jika suatu tindakan pencurian disertai dengan penganiayaan, atau
pemerkosaan dan lain sebagainya.
4. Kematian : Kematian terjadi jika tindakan criminal yang di lakukan oleh
seseorang kelompok sudah memasuki tingkat sangat berat seperti pembunuhan,
mutilasi dan lain-lain. Biasanya hal ini didasari oleh beberapa motif.

CARA PENANGANAN TINDAK KEJAHATAN

1. Hukuman, Selama ini hukuman (punishment) menjadi sarana utama untuk


membuat jera pelaku kriminal. Dan pendekatan behavioristik ini tampaknya masih
cocok untuk dijalankan dalam mengatasi masalah kriminal. Hanya saja, perlu
kondisi tertentu, misalnya konsisten, fairness, terbuka, dan tepat waktunya.

2. Penghilang Model melalui tayangan media massa itu ibarat dua sisi mata pisau .
Ditayangkan nanti penjahat tambah ahli, tidak ditayangkan masyarakat tidak
bersiap-siap.

3. Membatasi Kesempatan Seseorang bisa mencegah terjadinya tindakan kriminal


dengan membatasi munculnya kesempatan untuk mencuri. Kalau pencuri akan
lewat pintu masuk dan kita sudah menguncinya, tentunya cara itu termasuk
mengurangi kesempatan untuk mencuri.

4. Jaga diri dengan ketrampilan bela diri dan beberapa persiapan lain sebelum
terjadinya tindak kriminal bisa dilakukan oleh warga masyarakat.

5. Dengan membuka layanan masyarakat , dengan adanya hal ini polisi atau pihak
pihak yang brtanggung jawab bisa lebih tau apa keluhan masyarakat secara
langsung dari masyarakat itu sendiri dan bisa membuat pihak yang bertanggung
jawab tersebut lebih mengenal daerah yang rawan akan tindakan criminal.Misalnya
bersedia bertindak atau melapor pada yang berwajib apabila menjadi korban suatu
tindakan kriminal atau melihat langsung suatu kriminalitas

6. Kesadaran untuk ikut membantu mencegah tindakan kriminal dengan ikut


meronda, melakukan pengawasan pengadaan dana untuk kegiatan pada anak dan
pemuda agar tidak terjadinya satu tindakan yang tidak di ingin kan oleh
masyarakat.

3. KETIDAKADILAN
Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata adil
berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-
wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan adalah penagkuan dan perlakuan
yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah
kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles,
yaitu :

a) Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan


tidak sama yang tidak sama

b) Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya digunakan


dalam hal hukum bisnis

c) Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula, biasanya


digunakan dalam perkara gugatan ganti kerugian.

Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:

a) Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di


pengadilan dimana fokusnya adalah pelaku.

b) Keadilan restoratif, yaitu keadlian yang berlaku dalam proses penyelesaian


sengketa non-litigasi dimana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada kepentingan
“victims” (korban).

KETIDAKADILAN
Ketidakadilan merupakan perlakuan yang tidak sama terhadap seseorang di dalam
kehidupan masyarakat.

Ketidakadilan juga merupakan tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia


yang telah dikaruniakan oleh Tuhan.

Realitas Ketidakadilan di Indonesia UU no. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia :

a. Pasal 2 NKRI mengakui dan menjunjung inggi HAM dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat & tidak dapat dipisahkan dari
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan
martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.
b. Pasal 3 ayat (2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
pengakuan hokum yang adil, serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang
sama di depan hukum.

c. Pasal 5 ayat (2) Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang
adil dari pengadilan yang objektif & tidak sepihak.

d. Pasal 17

e. Pasal 38 ayat (2)

f. Pasal 38 ayat (4)

g. Pasal 66 ayat (7)

Apabila mengacu pada ketentuan UU no. 39 tahun 1999, maka dapat dirumuskan
kesimpulan :

 Negara dan jajarannya harus berlaku adil


 Warga Negara berhak atas pelakuan adil
 Perlakuan adil dipraktikkan dengan memberi jaminan kepastian hukum,
kesamaan dalam perlindungan dan perlindungan hukum, kesempatan
membela diri, dan kebebasan memilih pekerjaan sesuai martabat
kemanusiaan dengan syarat ketenagakerjaan yang adil.

Prinsip Keadilan menurut Morris Ginsberg :


a. Adil bermakna adanya distibusi hak-hak

b. Adil mengacu pada pola pertukaran bersifat setara, yaitu setiap pelaksanaan
kewajiban maka harus diganjar dengan hak yang setimpal

c. Adil berarti ‘sama’

d. Adil merujuk pada upaya memperbaiki keseimbangan

e. Adil bermakna menghindari kesewenang-wenangan dan menghilangkan


kekuatan yang sewenang-wenang

Beberapa Ketidakadilan di Indonesia

 Masih banyak warga masyarakat yang belum memeroleh hak untuk sejahtera
 Sebagian buruh harus bekerja dalam kondisi yang tidak layak dan menerima
upah tidak sesuai ketentuan.
 Kesamaan perlakuan hukum yang belum menjadi kenyataan
 Oknum pejabat yang melakukan tindak kejahatan dapat menghindari
hukuman
 Adanya kesewenang-wenangan oknum pejabat

Upaya menanggulangi ketidakdilan oleh pemerintah

a. Presiden selaku atasan dari para mentri, dapat melakukan pengawasan dan
memberi arahan guna percepatan pelaksanaan beragam program yang ditujukan
demi mengentaskan kemiskinan dan memastikan warga masyarakat memeroleh
haknya untuk sejahtera

b. DPR berwenang melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah yang


dianggap belum berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

c. Untuk memastikan penegakan hukum berlangsung secara konsisten dan tidak


diskriminatif, telah dibentuk lembaga yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap kinerja aparat penegak hukum. Contohnya kepolisian yang diawasi oleh
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), kejaksaan yang diawasi oleh Komisi
Kejaksaan, hakim yang diawasi oleh Komisi Yudisial.

d. Untuk mencegah kesewenang-wenangan dari pejabat, maka perlu dilakukan


pengawasan oleh lembaga terkait
4. KORUPSI

Korupsi bisa terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak hanya pada pemerintahan.
Akibatnya korupsi juga berkembang degan begitu banyak definisi. Secara
internasional belum ada satu definisi yang menjadi satu-satunya acuan di seluruh
dunia tentang apa yang dimaksud dengan korupsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau


penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Sedangkan menurut hukum di Indonesia, korupsi adalah perbuatan melawan


hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan
maupun korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian
negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2001. Ada 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan
menjadi 7 jenis. Kerugian keuangan negara, penyuapan, pemerasan, penggelapan
dalam jabatan, kecurangan, benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan
jasa, serta gratifikasi.

Ketika perilaku konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih bertujuan
pada materi, maka hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya permainan uang dan
merupakan penyebab korupsi. Korupsi tidak akan pernah putus terjadi apabila
tidak ada perubahan dalam memandang kekayaan.
Semakin banyak orang yang salah mengartikan tentang kekayaan, maka akan
semakin banyak pula orang yang melakukan korupsi. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, ada dua faktor utama penyebab korupsi, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi
seseorang. Hal ini biasanya ditandari dengan adanya sifat manusia yang dibagi
menjadi dua aspek, yaitu:

a. Berdasarkan aspek perilaku individu

 Sifat tamak/rakus
 Sifat tamak atau rakus merupakan sifat manusia yang merasa selalu kurang
dengan apa yang telah dimilikinya, atau bisa juga disebut dengan rasa
kurang bersyukur. Orang yang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta
serta kekayaannya dengan melakukan tindakan yang merugikan orang lain
seperti korupsi.
 Moral yang kurang kuat
 Orang yang tidak memiliki moral yang kuat tentunya akan mudah tergoda
melakukan perbuatan korupsi. Salah satu penyebab korupsi ini merupakan
tonggak bagi ketahanan diri seseorang dalam kehidupannya. Bila seseorang
memang sudah tidak memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa
menyebabkan mudahnya pengaruh dari luar masuk ke dalam dirinya.
 Gaya hidup yang konsumtif
 Gaya hidup tentunya menjadi salah tu penyebab korupsi yang disebabkan
oleh faktor eksternal. Bila seseorang memiliki gaya hidup yang konsumtif
dan pendapatannya lebih kecil dari konsumsinya tersebut, maka hal ini akan
menjadi penyebab korupsi. Tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan
pendapatan seseorang.

b. Berdasarkan aspek sosial

Berdasarkan aspek sosial bisa menyebabkan sesorang melakukan tindak korupsi.


Hal ini bisa terjadi karena dorongan dan dukungan dari keluarga, walaupun sifat
pribadi seseorang tersebut tidak ingin melakukannya. Lingkungan dalam hal ini
malah memberikan dorongan untuk melakukan korupsi, bukannya memberikan
hukuman.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar
diantaranya bisa kamu lihat dari beberapa aspek:

 Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi


 Penyebab korupsi dalam aspek ini adalah ketika nilai nilai dalam
masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak
menyadari bahwa yang paling rugi atau korban utama ketika adanya
korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, masyarakat juga kurang
menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.
 Korupsi tentunya akan bisa dicegah dan diberantas bila ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Untuk itu,
diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi tentang kesadaran dalam
menanggapi korupsi ini bagi masyarakat.
 Aspek Ekonomi
 Aspek ekonomi hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor
internal. Bedanya, disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang,
bukan kepada sifat konsumtifnya. Dengan pendapatan yang tidak
mencukupi, bisa menjadi penyebab korupsi dilakukan seseorang.
 Aspek Politis
 Pada aspek politis, korupsi bisa terjadi karena kepentingan politik serta
meraih dan mempertahankan kekuasaan. Biasanya dalam aspek politis ini
bisa membentuk rantai rantai penyebab korupsi yang tidak terputus. Dari
seseorang kepada orang lainnya.
 Aspek Organisasi
 Dalam aspek organisasi, penyebab korupsi bisa terjadi karena beberapa
hal, seperti kurang adanya keteladan kepemimpinan, tidak adanya kultur
organisasi yang benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas yang
benar, serta kelemahan sistim pengendalian manajemen dan lemahnya
pengawasan.

5. KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada
dalam masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok.
Fenomena ini terjadi di hampir semua Negara di dunia termasuk Indonesia.
Kesenjangan sosial di Indonesia sangatlah terlihat, antara si kaya dan si miskin,
maupun antara pejabat dan rakyat. Adapun yang menjadi faktor yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial ini di antaranya adalah kemisikinan
dan kurangnya lapangan pekerjan.

Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan


kerja yang memadai, mengakibatkan jumlah pengangguran semakin banyak. Hal
ini disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat, sedangkan
perekonomian menjadi faktor terjadinya kesenjangan sosial. Salah satu
karakteristik tenaga kerja di Indonesia adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih
tinggi ketimbang laju pertumbuhan lapangan kerja. Berbeda dengan negara-negara
di Eropa dan Amerika, dimana lapangan pekerjaan masih berlebih. Faktor-faktor
penyebab pengangguran di Indonesia:

a. Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan kerja

b. Kelebihan penduduk/pencari kerja

c. Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari kerja dengan pengusaha

d. Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha

Kesenjangan sosial akan semakin memprihatinkan bila tidak ditangani dengan


segera. Adapun masalah yang akan ditimbulkan akibat adanya kesenjangan
sosial:
A. Melemahnya wirausaha

Kesenjangan sosial menjadi penghancur minat ingin memulai usaha, penghancur


keinginan untuk terus mempertahankan usaha, bahkan penghancur semangat untuk
mengembangkan usaha untuk lebih maju. Hali ini dikarenakan seorang wirausaha
selalu di anggap remeh.

B. Terjadi kriminalitas

Banyak rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
uang, seperti mencopet, mencuri, judi, dll.

Upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk pemecahan masalah


kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia:

a. Menomorsatukan pendidikan

b. Menciptakan lapangan kerja dan meminimalis Kemiskinan

c. Meminimalisir KKN dan memberantas korupsi.

d. Meningkatkan sistem keadilan di Indonesia serta melakukan pengawasan yang


ketat terhadap mafia hukum.

Faktor perbedaan pendapatan, tunjangan, dan apresiasi masyarakat turut andil


dalam pembentukan kesenjangan ini. Kesenjangan Sosial Terkait Kualitas
Pendidikan, Kesenjangan ini terjadi antara daerah penduduk terpencil dengan
daerah perkotaan. Sebetulnya, kurikulum di dua daerah tersebut sama.

Hanya saja, faktor fasilitas dan kualitas pengajar menjadi faktor yang membuat
kedua daerah tersebut mengalami kesenjangan sosial terkait kualitas pendidikan.
Biasanya, daerah perkotaan mempunyai kualitas pendidikan yang tinggi karena
ditunjang oleh kualitas pengajar dan sarana prasarana pendidikan yang memadai
sedang yang dipedesaan/terpencil jangan untuk sara dan pesarana peserta didiknya
masih minim dan tidak sesuai dengan diharapkan.selain pemerintah, fungsi dan
peran yayasan pendidikan sangat penting dalam membenahi kesenjangan sosial
pendidikan karna pendidikan paling utama itu dikeluarga, karna disekolah anak-
anak hanya beberapa jam saja, sedang di keluarga anak lebih banyak berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.

Kesenjangan Sosial Lapangan Kerja, Kesenjangan ini terjadi antara angkatan kerja
berpendidikan tinggi dan angkatan kerja berpendidikan rendah. Angkatan kerja
yang lebih tinggi biasanya akan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keahlian
mereka dan mendapat gaji yang cukup besar.

Sementara itu, angkatan kerja berpendidikan rendah akan kesulitan mencari kerja
dan mendapat hasil yang layak, belum lagi skill yang dimiliki masih kurang dan
harus bersaing dengan tenaga asing.Kesenjangan Budaya, Kesenjangan ini terjadi
budaya asing yang masuk ke Indonesia lebih banyak dicontoh.

Akibatnya, budaya lokal pun terabaikan dan terjadilah kesenjangan sosial antara
budaya lokal dan budaya asing. Budaya asing yang tidak dipelajari dan diserap
dengan baik akan menimbulkan sejumlah hal negatif.

Misalnya: Pergaulan Bebas, seks bebas, kenakalan remaja, boleh kita lihat saat ini
mulai dari perkotaan sampai pedesaan anak se usia dini sekarang sudah mulai
terbiasa dengan teknologi,boleh jadi apabila iya telah beranjak remaja akan susah
membentuk prilaku anak tersebut karna tidak dilakukan keluarganya sejak dini.

6. DISORGANISASI KELUARGA

Disorganisasi keluarga adalah tidak berjalan fungsi dan peranan keluarga sehingga
akan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat secara umum.
Proses terjadinya disorganisasi (keretakan) keluarga ini dilatar belakangi dengan
adanya masalah dalam anggota-anggota masyarakat, yang dianggap gagal
memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya.

Bentuk-Bentuk Disorganisasi Keluarga

Bentuk atau macam-macam yang terjadi dalam keretakan keluarga (broken home)
tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Keluarga yang tidak lengkap muncul akibat dari hubungan di luar nikah.
2) Keluarga yang mengalami pisah ranjang atau perceraian.
3) Buruknya komunikasi di dalam keluarga, yang bisa disebabkan karena
adanya kesibukan dalam mengurus anak dan mengurus keuangan.
4) Hilangnya pimpinan rumah tangga atau orang yang berkedudukan sebagai
pimpinan karena meninggal, dihukum, atau bertugas ke luar kota dalam
jangka waktu lama
5) Terganggunya kesimbangan jiwa (gila) salah satu anggota keluarga,
terutama jika menimpa ayah dan ibu.

Contoh Disorganisasi Keluarga

1. Disorganisasi Keluarga Karena Hubungan Di Luar nikah

Perubahan sosial pada saat ini menjadi penyebab banyaknya para remaja wanita
yag hamil di luar ikah, kehemilannya tentsuaja menjadi penyebab anak dalam
kanduangannya tanpa memiliki seorang ayah, anak tidak mengetahui ayahnya, atau
istri tanpa suami.

Contoh permasalahan ini seringkali terjadi, oleh karena demikian, dalam hal ini
ayah kandung gagal dalam mengisi peran sosialnya, begitu pula keluarga pihak
ayah dan ibu anak yang bersangkutan. Maka tak khayal, permasalahan klasik
seperti ini menjadi penyebab peroalan perpecahana dalam keluarganya.

2. Disorganisasi Keluarga Karena Pisah Ranjang

Permasalah lainnya, mengenai disorganisasi keluarga karena disebabkan pisah


ranjang. Pisah ranjang menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga, yang
banyak faktor melandasi keretan rumah tangga ini. Ada faktor ekonomi, sosial,
atau faktor tekanan dalam keluarganya.
3. Disorganisasi Keluarga Karena Buruhknya Komunikasi

Komunikasi sosial sangatlah penting dilakukan dalam setiap kegiatan dalam


hubungan keluarga. Dengan memberikan komunikasi yang baik maka perpecahan
akan sulit dihindari, akan tetapi sebalinya. Dengan adanya komunikasi yang buruk
perpecahan dalam masyarakat akan mudah diterima, oleh karena itulah dalam
cangkupannya. Komuniasi menjadi persoalan yang harus dilakukan dalam
hubungan keluarga.

4. Disorganisasi Keluarga Karena Hilangnya Pemimpin Keluarga

Kehilangan pemimpin keluarga akan menjadi penyebab munculnya disorganisasi


keluarga, hal ini berlatar belakang karena akar permusuhan menjadi gejolak yang
memperesbutkan pucuk kepemimpinan. Oleh karenannya, pemimpin dalam
keluarga ini bisa dilakukan dengan memilih suami atau ayah dalam keluarganya.

5. Disorganisasi Keluarga Karena Tergantunya Persoalan Kejiwaan

Contoh lain yang menjadi pemucul dari adanya disorganisasi keluarga adalah
kemuculan mengenai terganggunya kejiawaan yang dialami oleh ayah atau ibu.
Contoh hal ini menjadi penyebab karena dengan adanya disorganisasi keluarga
lantaran permasalahan-permasalahan yang dialami oleh keluarga tidak bisa
diselesaikan dengan baik dan juga diselesaikan dengan maksimal.

7. KONFLIK SOSIAL

Secara harfiah, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan yang melibatkan


perorangan ataupun kelompok. Konflik adalah suatu bentuk interaksi yang bersifat
disosiatif, yaitu interaksi yang memecah belah persatuan kelompok. Sebagai suatu
bentuk interaksi, konflik sosial bertujuan untuk menghancurkan, mengancam,
melukai serta melenyapkan kelompok yang dianggap sebagai lawan.

Faktor Penyebab terjadinya Konflik Sosial

Secara garis besar konflik dipicu oleh adanya perbedaan dalam masyarakat.
Perbedaan dimaksud berupa perbedaan kepentingan, pendirian, kepentingan dan
kebudayaan.

Selain perbedaan, konflik juga dipicu oleh perubahan sosial. Dalam proses
mencapai suatu perubahan, masyarakat seringkali dihadapkan pada goyahnya
norma dan nilai sosial, akibatnya terjadi peningkatan konflik.

Secara lebih spesifik, Sosiolog Soerjono Soekanto menerangkan beberapa sebab


yang mampu memicu terjadinya konflik sosial, yaitu:

1) Perbedaan perasaan, pendirian dan pendapat antarindividu maupun


kelompok;
2) Sifat prasangka antar kebudayaan dalam masyarakat;
3) Perbedaan kepentingan dalam bidang ekonomi, politik dan sosial budaya;
dan
4) Perubahan nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

Bentuk dan Contoh Konflik Sosial

Konflik sebagai bentuk interaksi sosial terdiri dari berbagai bentuk. Berikut
merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk konflik sosial dalam
masyarakat.

1. Konflik Individual

Konflik individual terjadi antara dua individu yang berbentur kepentingan. Pada
dasarnya setiap individu adalah unik sehingga banyak dijumpai perbedaan
karakter, pendirian dan keyakinan. Perbedaan-perbedaan tersebut yang kemudian
memicu konflik antarindividu.

Sebagai contoh konkrit, pada masa pandemi Covid-19 seringkali dijumpai konflik
antara penyewa kontrakan dengan pemilik kontrakan. Dalam hal ini, konflik
cenderung dilatarbelakangi oleh perbedaan kepentingan ekonomi dimana kedua
belah pihak mengalami kesulitan dalam berkompromi dan mencari kesepakatan
yang menguntungkan kedua belah pihak

2. Konflik Antarkelas dan Antarkelompok Sosial

Ketimpangan dan distribusi sumber daya yang tidak adil menjadi pemicu konflik
vertikal antar kelas sosial dan konflik horizontal antarkelompok sosial.

Sebagai contoh, konflik vertikal antar kelas biasanya terjadi antara pemilik faktor
produksi (contoh: pemilik pabrik) dan non-pemilik faktor produksi (contoh:
buruh). Konflik cenderung dilatarbelakangi oleh masalah ketidakadilan dalam
relasi pekerjaan seperti pembayaran upah yang rendah, waktu kerja yang tidak
sesuai, dsb.

Contoh lainnya, konflik horizontal antarkelompok sosial dapat terjadi antara


sesama buruh pada suatu organisasi buruh. Adanya perbedaan kepentingan, visi
dan misi yang antar sesama anggota organisasi dapat memicu terjadinya konflik
terbuka.

3. Konflik Rasial

Konflik rasial juga tergolong sebagai konflik horizontal. Dalam hal ini, konflik
rasial bukan dipicu oleh perbedaan ciri fisik melainkan karena faktor ekonomi,
politik dan sosial. Faktor utama pemicu konflik rasial adalah kesenjangan sosial-
ekonomi. Sebagai contoh, konflik yang terjadi antara suku Dayak dan Madura pada
dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya penguasaan sumber ekonomi yang
dilakukan oleh kelompok suku Madura terhadap kelompok suku Dayak.

4. Konflik Politik

Konflik politik berkaitan dengan adanya perebutan kekuasaan dan ketimpangan


relasi kekuasaan. Secara lebih spesifik, konflik politik merupakan pertentangan
antar individu atau kelompok dalam rangka memperebutkan kekuasaan.

Contoh konflik politik terlihat jelas pada masa kampanye pemilihan umum. Suatu
partai politik akan cenderung berkonflik dangan partai lain yang dianggap
bersebrangan dalam hal tujuan dan kepentingan.
5. Konflik Internasional

Konflik internasional merupakan konflik yang berada pada ranah internasional


dengan melibatkan dua atau beberapa negara. Konflik internasional biasanya
terkait isu kedaulatan negara dan sengketa perbatasan.

Contoh konflik internasional yang sering muncul di media yaitu konflik antara
Palestina dan Israel yang memperebutkan tanah.

Dampak Positif dan Negatif Konflik Sosial

Selain dampak negatif, konflik sosial dalam masyarakat juga memiliki beberapa
dampak positif, diantaranya:

Dampak Positif

1) Memperkuat integrasi dan solidaritas internal kelompok;


2) Mendorong terjadinya perubahan sosial guna menghilangkan kondisi
kesenjangan dalam masyarakat;
3) Mendorong perbaikan kapasitas lembaga yang berwenang pada suatu
negara;
4) Mendorong masyarakat menjadi lebih dinamis.

Dampak Negatif

1) Menciptakan kondisi ketidakteraturan sosial dalam masyarakat;


2) Mengancam norma dan nilai sosial yang sudah terbentuk sebelumnya dalam
suatu masyarakat;
3) Menciptakan sifat prasangka buruk antar suatu kelompok;
4) Hilangnya kontrol sosial dalam masyarakat.

Bentuk Pengendalian Konflik Sosial

1. Mediasi
Merupakan bentuk pengendalian konflik dengan bantuan pihak ketiga. Mediator
merupakan julukan bagi pihak ketiga dengan syarat pihak ketiga tersebut harus
bersikap netral. Peran mediator hanya sebagai medium yang menengahi kedua
bilah pihak yang berkonflik karena solusi harus datang dari pihak yang berkonflik.

2. Arbitrasi

Merupakan bentuk pengendalian konflik dengan bantuan pihak ketiga sebagai


pemberi keputusan/solusi terbaik.

3. Konsiliasi

Merupakan bentuk pengendalian konflik dengan bantuan lembaga tertentu melalui


proses diskusi antara pihak-pihak yang berkonflik sehingga dapat diterapkan solusi
terbaik.

8. MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

Permasalahan lingkungan ini bisa disebabkan oleh ciri-ciri manusia sebagai


makhluk ekonomi daribeberapa hal, mulai dari faktor alam atau faktor dari
manusia nya sendiri. Kebanyakan dari permasalahan ini terkadang belum
memiliki solusi untuk mengatasinya. Sehingga menyebabkan kerusakan-
kerusakan alam dan lingkungan terus saja terjadi.

Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap


lingkungan biofisik. Environmentalisme, sebuah gerakan sosial dan lingkungan
yang dimulai pada tahun 1960, fokus pada penempatan masalah lingkungan
melalui advokasi, edukasi, dan aktivisme.

Permasalahan lingkungan hidup dan penyebabnya yang kita hadapi saat ini adalah
sebagai berikut:

1) Polusi.
2) Perubahan iklim.
3) Populasi.
4) Penipisan sumber daya alam.
5) Pembuangan limbah.
6) Kepunahan keanekaragaman hayati.
7) Deforestasi atau penggundulan hutan.
8) Fenomena pengasaman laut.
9) Dan sebagainya.

Masalah-masalah lingkungan dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yakni


pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan. Pencemaran lingkungan
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan, sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan, perusakan lingkungan
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 butir 14, yaitu tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung terhadap sifat fisik dan/ atau hayati yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pengurasan sumber daya alam juga
merupakan permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia.

Permasalahan lingkungan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan


hidup yang membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Dampak negatif
dari permasalahan lingkungan adalah terhadap kesehatan, menurunnya nilai
estetika, kerugian ekonomi, dan terganggunya sistem alami.

Faktor penyebab terjadinya masalah lingkungan adalah teknologi, pertumbuhan


penduduk, motif ekonomi dan tata nilai yang berlaku. Barry Commoner (1973)
dalam bukunya “the Closing Circle” melihat bahwa teknologi merupakan sumber
terjadinya masalah-masalah lingkungan. Hasil-hasil teknologi diterapkan dalam
sektor industri, pertanian, transportasi dan komunikasi. Ehrlich dan Holdren
menekankan bahwa pertumbuhan penduduk dan peningkatan kekayaan merupakan
penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup. Hardin (1977) dalam
karya tulisnya “The Tragedy of Commons” melihat bahwa alasan-alasan ekonomi
menggerakkan perilaku manusia atau keputusan-keputusan yang diambil oleh
manusia, terutama dalam hubungannya dengan pemanfaaatan common property
(sumber-sumber daya alam yang tidak dapat menjadi hak perorangan, tetapi setiap
orang dapat menggunakan atau memanfaatkannya untuk kepentingan masing-
masing). Setiap orang berusaha dan berlomba-lomba untuk memanfaatkan dan
mengeksploitasi sumber daya semaksimal mungkin guna perolehan keuntungan
pribadi sebesar-besarnya. Timbulnya masalah lingkungan hidup juga disebabkan
oleh tata nilai yang berlaku yang menempatkan kepentingan manusia sebagai pusat
dari segala-galanya dalam alam semesta.

Selain itu, menurut saya faktor penyebab terjadinya masalah lingkungan lainnya
adalah kurangnya rasa memiliki yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia terhadap lingkungan hidup. Sebagian masyarakat Indonesia hanya mau
menikmati hasil yang didapatkan dari lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
mereka tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Jika masyarakat Indonesia
memilki rasa memiliki terhadap lingkungan, maka masalah lingkungan yang ada
pun dapat dikurangi ataupun diatasi.

Menyadari masalah-masalah lingkungan yang ada, Pemerintah Indonesia pun


mengeluarkan peraturan-peraturan untuk melindungi lingkungan hidup berupa
sanksi pidana maupun denda. Dengan adanya hukum yang mengatur perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, diharapkan masalah-masalah lingkungan yang
ada dapat diatasi sehingga tidak berdampak negatif bagi masyarakat Indonesia
sendiri walaupun dalam prakteknya belum efektif.

RAGAM MASALAH SOSIAL AKIBAT PELANGGARAN NILAI


DAN NORMA
A. PROSTITUSI

Kata prostitusi berasal dari bahasa latin “prostitution (em)”,

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi ”prostitution”, yang

memiliki arti pelacuran, persundelan, ketuna-susilaan, dan kemudian menjadi

prostitusi dalam bahasa Indonesia.

prostitusi adalah suatu kegiatan komersil dari hubungan seks

antara laki-laki dengan perempuan dimana terdapat seseorang yang

menghubungkan antara laki-laki yang mencari kepuasan seks dengan wanita yang

menjajakan seks demi memperoleh imbalan dari jasa seks yang diberikannya.

prostitusi terdapat unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut:

a. Para pelaku atau subyek prostitusi adalah orang laki-laki dan orang

perempuan di luar hubungan pernikahan.

b. Peristiwa yang dilakukan adalah hubungan seksual atau hubungan

persetubuhan, yang dilakukan atas kesepakatan bersama antara kedua pihak,

atau bukan karena paksaan.

c. Tujuannya adalah pemenuhan kebutuhan biologis (bagi laki-laki), dan

kebutuhan uang (bagi perempuan).


B. DELINKUENSI ANAK

Delinkuensi adalah segala macam atktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh
remaja dimana aktifitas yang dilakukannya bertentangan dengan norma-norma
sosial terutama norma hukum kenakalan remaja merupakan suatu bentuk
ketimpangan penanganan terhadap pendidikan anak akibat ketidak mampuan orang
tua,lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat.

Terjadinya delinkuensi merupakan sebagai akibat adanya perubahan sosial.


Perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat
baik perubahan nilai, norma, hingga dengan tingkah laku masyarakat. Perubahan
sosial dapat terjadi di lingkungan masyarakat karena adanya faktor - faktor berikut
diantaranya :

1) Adanya perubahan jumlah penduduk


2) Adanya penemuan - penemuan baru
3) Adanya kebudayaan dari luar yang masuk ke indonesia
4) Terjadinya konflik atau peperangan di suatu wilayah
5) Terjadinya bencana alam di suatu wilayah.

Anak delinkuen adalah anak yang mempunyai sifat selalu melanggar aturan,
namun aturan-aturan yang mereka langgar biasanya adalah aturan-aturan yang
ringan. Anak seperti ini kadang sering kita temukan di sebuah sekolah. Mereka
secara sadar atau pun tidak sadar melakukan pelanggaran seperti berpakaian
seragam tidak sesuai aturan yang telah ditentukan, datang terlambat, tidak sekolah
tanpa alasan yang jelas, kabur dari sekolah, tidak mengerjakan PR, dan ribut atau
membuat onar di dalam kelas.

Mereka berada di dalam keluarga yang interaksi sosialnya berjalan tidak wajar dan
kurang baik. Sehingga mereka merasa segan untuk menceritakan segala isi hatinya
kepada orang tuanya. Hal ini terjadi karena hilangnya rasa simpati dan cinta kasih
di dalam keluarga. Menghadapi masalah seperti ini maka sekolah haruslah turun
tangan. Sekolah sebagai sebuah institusi bukan sekedar untuk mempertinggi taraf
intelegensi siswa. Tetapi sekolah berperan lebih luas lagi yaitu sebagai suatu
organisasi yang didesain untuk dapat berkontribusi terhadap upaya peningkatan
kualitas hidup bagi masyarakat suatu bangsa. Untuk itulah dituntut peranan guru
untuk menghadapi dan mengatasi anak delinkuen ini. Guru harus mampu
mengatasi anak delinkuen sesuai dengan salah satu fungsinya yaitu sebagai
konselor, selain fungsinya sebagai pelatih, manajer belajar, partisipan, pemimpin
dan pelajar. Sebagai konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam
pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa.

C. ALKOHOLISME

Alkoholisme dalam pengertian luas adalah meminum segala bentuk alkohol yang
mengakibatkan suatu masalah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
alkoholisme diartikan sebagai gaya hidup membudayakan alkohol dan hal
kecanduan alkohol. Alkoholisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu penyalahgunaan
alkohol dan ketergantungan alcohol.

Alkoholisme, juga dikenal dengan kecanduan alkohol, adalah kondisi yang


ditandai dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Kecanduan
terjadi jika Anda minum terlalu banyak di mana tubuh menjadi ketergantungan dan
kecanduan terhadap alkohol. Apabila hal ini terjadi, alkohol dapat menyebabkan
perubahan di otak yang membuat seseorang kehilangan kendali dalam
tindakannya. Seseorang dapat minum alkohol berlebihan sepanjang hari atau
menjalani binge drinking, di mana seseorang mengonsumsi sekitar 4 sampai 5
gelas minuman dalam 2 jam. Kecanduan alkohol dapat menyebabkan stress yang
signifikan pada tubuh dan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Penting
untuk segera mencari pertolongan medis apabila Anda menduga Anda atau kerabat
Anda memiliki masalah penyalahgunaan alkohol.

D. PENYIMPANGAN SEKSUAL

Penyimpangan sosial adalah istilah yang digunakan untuk mengekspresikan


perilaku satu atau lebih subjek yang berperilaku tidak sesuai dengan norma dan
nilai-nilai kesusilaan yang ada, baik dalam sudut pandang individu maupun agama.

Penyimpangan ini merupakan fenomena yang telah ada di semua masyarakat di


mana ada norma. Ada dua kemungkinan bagaimana seseorang akan bertindak
dalam menghadapi norma-norma sosial: taat atau melanggar.

Dan beberapa perilaku menyimpang dianggap sangat berbahaya, sehingga


pemerintah memberlakukan undang-undang tertulis yang melarang perilaku
tersebut.

Perilaku buruk adalah yang melanggar undang-undang ini dan tentu saja
merupakan jenis penyimpangan penting yang menjadi perhatian banyak orang.

Ciri Ciri Penyimpangan Sosial


 Merasa lebih unggul daripada orang lain
 Tidak berempati
 Tidak memiliki rasa tanggung jawab
 Tidak memiliki rasa hormat
 Sering melanggar hukum
 Berkelakuan tidak baik
 Tidak memiliki prestasi akademik
 Sering menyendiri
 Kurang perhatian orang tua atau keluarga

Macam Macam Penyimpangan Sosial

1. Penyimpangan Lawan Jenis

2. Kecanduan Yang Dilarang

3. Berbuat Tidak Baik

Faktor Penyimpangan Sosial

1. Media Masa

2. Lingkungan

3. Sekolah

Dampak Penyimpangan Sosial

1. Terjadinya Kriminalitas

2. Kehilangan Masa Depan

3. Rugi Diri Sendiri

UPAYA YANG DILAKUKAN MELALUI:


1. UPAYA PREVENTIF

Pengendalian Sosial Preventif. Pada pengendalian social yang bersifat preventif,


usaha dilakukan sebelum terjadi pelanggaran. Tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya perilaku menyimpang.

Contoh : memberikan nasehat kepada anak agar tidak mengebut di jalan

2. UPAYA REHABILITASI

Rehabilitatif adalah sebuah proses untuk mengembalikan penderita yang telah


sehat dari pengobatan untuk kembali ke masyarakat. Tujuan rehabilitatif adalah
memfungsikan kembali bekas penderita sebagaimana mestinya tanpa adanya
tekanan dari dirinya sendiri atau dari pihak luar, seperti anggota keluarga,
kelompok atau masyarakat.

3. UPAYA REPRESIF

Pengendalian Sosial Refresif. Pengendalian Sosial yang refresif dilakukan apabila


telah terjadi pelanggaran dan supaya keadaan pulih seperti sediakala.

Contoh : seseorang lalai untuk membayar hutang, kemudian diadukan ke


pengadilan. Selanjutnya pengadilan menjatuhkan hukuman supaya ia membayar
kembali hutang tersebut disertai dengan dendanya.

4. UPAYA PERSUASIF

Pengendalian Sosial Persuasif. Pengendalian Sosial Persuasif dilakukan melalui


pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat mematuhi norma-norma yang ada.
Pengendalian social ini dilakukan tanpa ada kekerasan.

Contoh : pihak kepolisian melakukan sosialisasi rambu lalu lintas kepada siswa-
siswi sekolah dasar

5. UPAYA KOERSIF

Pengendalian Sosial Koersif. Pengendalian social koersif bersifat memaksa agar


anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma norma yang ada dalam
masyarakat. Jika di suatu masyarakat terdapat banyak pelanggaran, maka
pengendalian social koersif akan dilakukan
6. UPAYA GABUNGAN

Pengandalian Sosial Gabungan merupakan Gabungan antara cara pengendalian


Sosial Preventif dan Pengendalian social Represif.

Contoh : diberlakukannya piket di sekolah yang dimaksudkan untuk mengawasi


dan mencegah siswa agat tidak bolos pada saat jam pelajaran (preventif).
Meskipun pengawasan dilakukan, tetap saja ada siswa yang membolos. Maka
siswa tersebut mendapat hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya (represif).

HUBUNGKAN MASALAH SOSIAL DENGAN TEORI PARA AHLI ( TEORI


FUNGSIONALISME, TEORI KONFLIK, TEORI INTERAKSIONISME)

Teori Fungsionalis

Teori ini mengemukakan bahwa semua bagian di masyarakat mempunyai


fungsinya masing-masing dalam masyarakat tersebut. Semua bagian masyarakat
ini saling bekerjasama untuk membangun tatanan sosial yang stabil dan harmonis.
Pada akhirnya ketidakteraturan itu menimbulkan suatu bentuk masalah sosial.

Berdasarkan teori fungsional ini, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua
pandangan tersebut adalah patologi sosial dan disorganisasi sosial. Dalam patologi
sosial, permasalahan sosial diibaratkan sebagai penyakit dalam diri manusia.
Penyakit yang timbul tersebut, penyebabnya ialah salah satu bagian tubuh tidak
mampu bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya.

Dalam teori fungsionalis, pelaku kriminal termasuk dalam penyakit sosial yang
merusak tatanan fungsi sosial di masyarakat yang stabil.

Penyakit sosial seperti kriminalitas, kekerasan, dan kenakalan remaja tumbuh


dalam masyarakat karena peran-peran sosial seperti institusi keluarga, agama,
ekonomi dan politik sudah tidak berfungsi maksimal dalam mensosialisasikan nilai
dan norma yang baik. Sedangkan menurut pandangan disorganisasi sosial, masalah
sosial bersumber dari perubahan sosial yang cepat, yang kemudian mempengaruhi
norma sosial.

Teori konflik
Menurut teori ini, masalah sosial muncul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu
konflik kelas, konflik etnis dan konflik gender. Ada dua perspektif dalam teori
konflik, yaitu teori Marxis dan teori Non-Marxis. Teori Marxis terjadi karena
adanya ketidaksetaraan dalam kelas sosial. Oleh karena itu, Teori Marxis muncul
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat ketidaksetaraan
tersebut. Berbeda dengan Teori Marxis, teori Non-Marxis berfokus pada konflik
antarkelompok sosial di masyarakat. Konflik tersebut disebabkan oleh kepentingan
yang berbeda antara satu kelompok dengan yang lain.

Teori interaksionisme

Interaksionisme merupakan cabang dari sosiologi yang membahas tentang cara


seorang individu berperilaku dan membuat keputusan berdasarkan lingkungan
individu tersebut. Kurang lebihnya, pembahasan dari interaksionisme mengacu
pada apa yang mendasari perbuatan seseorang; Sebab, apa yang dilakukan
seseorang tidak semata-mata merupakan respon dari stimuli yang didapatkan orang
tersebut, melainkan juga didasari oleh konteks lingkungan (bisa berupa identitas
lawan bicara, hal yang terjadi di sekitar orang tersebut atau tempat orang tersebut
berada).

Contohnya apabila pada saat berkendara kita disalip oleh sebuah mobil besar yang
melaju dengan kecepatan tinggi, maka interpretasi kita terhadap mobil tersebut
akan negatif. Lain halnya apabila mobil tersebut ternyata merupakan mobil
pemadam kebakaran, maka interpretasi kita terhadap mobil tersebut akan menjadi
positif karena mobil pemadam kebakaran tersebut melaju cepat untuk
menyelamatkan orang atau memadamkan api.

Anda mungkin juga menyukai