Anda di halaman 1dari 2

Pada tanggal 5 Mei 2009 penggugat (Penggugat dalam hal ini adalah Dr.

Ahmad
Arifin, bertempat tinggal di Jalan Jendral Sudirman Nomor 83 RT 001/RW 004 Kelurahan
Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang mana dalam
perkara ini memberikan kuasanya kepada H.Deddy Suwadi SR, S.H., Suyanto Siregar, S.H.
Advokat dan Konsultan Hukum, berkantor di Lembaga Study Kajian dan Bantuan Hukum
(LSKBH) Yogyakarta alamat di Jalan Sawojajar No.19 Pringgolayan, Condongcatur, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 18 Agustus 2017
No.622/HK/VIII/SK.Pdt/2017/PN Smn.) dan tergugat (Tergugat adalah AA. YAYUK SRI
RAHAYU yang bertempat tinggal di Perum Nogotirto II-C, Jalan Dieng No.121, RT 010/RW
035, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta) mengadakan suatu perjanjian dan sepakat untuk melakukan pengalihan Hak
Pakai atas tanah keraton kepada pihak penggugat yang mana pengurusannya akan dilakukan
oleh penggugat kepada pihak Keraton Yogyakarta saat lunasnya pembayaran atas pengalihan
Hak Pakai atas Tanah Keraton tersebut. Dalam kasus ini tergugat merupakan pemegang Hak
Pakai atas tanah Keraton Yogyakarta, sebagaimana dimaksud dalam Surat Perjanjian
No.153/HT/KPK/1996, tertanggal 1 Maret 1996, yang kemudian telah diperpanjang untuk
masa 10 tahun hingga berakhir tahun 2006, dan diperpanjang kembali oleh Tergugat hingga
berakhir pada tahun 2016.
Dalam hal ini Tergugat telah menciderai janji, tidak memenuhi kesepakatan
sebagaimana yang telah disepakati antara Penggugat dengan Tergugat karena sebelumnya
Penggugat dan Tergugat mengikatkan diri dengan sepakat untuk melakukan liyeran peralihan
hak pakai atas tanah keraton atas nama Tergugat tersebut. Penggugat dan Tergugat juga telah
sepakat, untuk liyeran peralihan penggantian Hak Pakai atas Tanah Kraton Yogyakarta atas
nama Tergugat tersebut, maka Penggugat berkewajiban untuk memberikan uang pengganti
atas peralihan Hak Pakai tersebut kepada Tergugat sebesar Rp.110.000.000,- (seratus sepuluh
juta rupiah) dan dibayarkan oleh Penggugat kepada Tergugat dengan tahapan sebagai
berikut : Tahap I (Pertama) pada saat ditanda tangani kesepakatan peralihan atas Tanah
Kraton Hak Pakai dari Tergugat kepada Penggugat pada tanggal 05 Mei 2009, sebagai tanda
jadi Penggugat membayar kepada Tergugat sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah),
Tahap kedua pada tanggal 19 Mei 2009 Penggugat membayar kepada Tergugat sebesar
Rp.70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah), sehingga seluruhnya uang pembayaran peralihan
Hak Pakai atas tanah Kraton tersebut, yang telah dibayarkan oleh Penggugat, dan telah
diterima oleh Tergugat adalah sebesar Rp.80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah), sedang
sisanya sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) akan dilunasi oleh Penggugat pada
saat pengosongan bangunan / setelah selesainya kontrak dengan pihak ketiga.
Penggugat juga telah mengetahui bila bangunan/toko yang berdiri diatas tanah keraton
dengan status tanah Hak pakai tersebut, sedang dalam status dikontrakkan oleh Tergugat
kepada pihak lain, yang mana kontrak tersebut akan berkahir pada tahun 2011 dan telah
disepakati pada saat berakhirnya kontrak antara Pihak ketiga dengan Tergugat pada tahun
2011, Penggugat melunasi sisa kewajibannya sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)
kepada Tergugat, sedang Tergugat menyerahkan tanah / bangunan Tanah Keraton Hak Pakai
tersebut kepada Penggugat. Namun ternyata oleh Tergugat tanah/bangunan Hak Pakai
tersebut, kontraknya diperpanjang kembali oleh pihak Tergugat.
Dapat disimpulkan bahwa dalam permasalahan diatas tergugat telah melakukan cidera
janji, beritikad buruk dan juga memberikan keterangan palsu karena ternyata Tergugat
menyatakan bahwa Asli Surat Perjanjian Magersari tahun 1996 telah hilang, dengan membuat
laporan kepolisian yang menyatakan Tergugat telah kehilangan dokumen tersebut. Dengan
Surat Laporan Kehilangan tersebut Tergugat mengajukan kembali permohonan pernerbitan
surat pernyataan Hak Magersari tahun 2006 kepada pihak Kraton, terhadapnya pihak Kraton
menyetujui hingga terbitlah Surat Perpanjangan Hak Magersari Terhadap tanah Magersri in
casu yang sebelumnya telah diperpanjang pada bulan Mei 2006.
Oleh karena permasalahan tersebut, kelompok kami ingin mengangkat beberapa isu
hukum untuk dibahas dalam Legal Opinion ini, yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan hak pakai?
2. Bagaimana cara memperoleh Hak Pakai atas Tanah Keraton Yogyakarta?
3. Bagaimana sistem Hak Pakai pada tanah keraton termasuk uang penggantian Hak
Pakai?
4. Apakah Hak Pakai dapat dijadikan jaminan utang dalam hal ini tanah keraton?
5. Apa upaya perlindungan hukum yang dapat dilakukan pasca Putusan No
16/Pdt/2018/PT YYK tersebut?

Anda mungkin juga menyukai