Anda di halaman 1dari 14

MAKNA SIMBOLIK IDENTITAS TERHADAP

PENAMAAN LA ODE DAN WA ODE


(STUDI KECAMATAN KATOBU, DURUKA DAN LOHIA KAB.

MUNA)

Oleh :

*Wa Ante** La Tarifu** La Iba.*


Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
085241953565
Waante082@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa makna simbolik yang


terkandung dalam identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di
depan nama wanita pada masyrakat etnik Muna.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apa makna simbolik yang terkandung dalam identitas penamaan La
Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita pada masyrakat etnik
Muna.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan teknik
purposive sampling artinya informan ditentukan berdasarkan pertimbangan
tertentu yang dianggap representif untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
penggunan identitas penamaan La Ode dan Wa Ode. Sedangkan informan dalam
penelitian ini adalah 15 orang yang terdiri dari Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat,
dan Masyarakat Umum.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa makna simbolik
identitas penamaan La Ode dan Wa Ode adalah: “arti simbol Identitas La Ode
dan Wa Ode adalah : La Ode terbentuk dari dua kata dari filologi huruf arab. La
adalah singkatan kata simbol dari “Laillaha Illallah” sedangkan Wa Ode
singkatan dari Wa yaitu simbol dari “Washadu anna Muhammadah Rasulullah”
(jadi La bukan penggalan tapi simbolik dari Lailallaha Ilallah) sedangkan Ode
adalah berarti bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua.
La Ode artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di Depan Allah selain itu
juga makna symbol penamaan La Ode dan Wa Ode adalah: ‘Makna simbolik dari
nama La Ode dan Wa Ode merupakan ciri khas sebagai calon pemimpin menurut
masyarakat Muna. Dan penamaan La Ode dan Wa Ode berasal dari kata
KAOMBO yang artinya bahwa kemuka dan mempunyai makna baris ke depan
dan berhak menjadi calon pemimpin nantinya. Dan La Ode mempunyai simbol
tersendiri di masyarakat Muna yaitu La Ode berarti Lanahari yang atinya malam
dan mempunyai makna simbol dia adalah seorang laki – laki. Dan Wannahari
yang artinya siang berati Wa Ode jadi antara La Ode dan Wa Ode harus saling
melengkapi dan merupakan dua hal terpeting bagi kehidupan.

1
Kata Kunci: Makna Simbol Identitas Penamaan La Ode dan Wa Ode.
ABSTRACT
The problem in this study is what the symbolic meaning contained in the
identity naming La Ode in front of men and Wa Ode name before the name of the
woman in society Muna. ethnic aimed to find out what the symbolic meaning
contained in naming La Ode identity before the name of the man and Wa Ode in
front of female names on Muna.Penelitian ethnic society is a qualitative research
that is by using purposive sampling means that the informant is determined based
on certain considerations that are considered representif to obtain data relating
to the use of identity naming La Ode and Wa Ode. While the informants in this
study were 15 people consisting of Traditional Leaders, Community Leaders, and
the public.

Based on research shasil obtained that the symbolic meaning of the


identity of the naming La Ode and Wa Ode is: "Identity La Ode meaning of
symbols and Wa Ode is: La Ode formed from two words of Arabic philology
letter. He stands for the word symbol of "Laillaha Illallah" while Wa Ode stands
Wa is a symbol of "Washadu anna Muhammadah Messenger" (so he is not a
fragment but symbolic of Lailallaha Ilallah) while the Ode is meant nobility found
in the literature Arabic old. La Ode means noble person or praised in front of
God but it is also the meaning of the symbol naming La Ode and Wa Ode is:
'Symbolic meaning of the name La Ode and Wa Ode is a hallmark as a potential
leader of the community according to Muna. And naming La Ode and Wa Ode is
derived from the word KAOMBO which means that prominent and has meaning to
the front row and would become leaders of the future. And La Ode has its own
symbol in society Muna namely La Ode means atinya Lanahari the night and have
the meaning of the symbols he is a man - men. And that means lunch Wannahari
means Wa Ode so between La Ode and Wa Ode should complement each other
and are two things terpeting for life

Keywords: Symbol Meaning Identity Naming La Ode and Wa Ode.

2
PENDAHULUAN

Istilah identitas merupakan hal yang fundamental dalam setiap interaksi

sosial. Pertanyaan siapa tentang diri kita, sebenarnya selalu tertuju pada upaya

mengungkap identitas seseorang dan selanjutnya menentukan bentuk interaksi

sosialnya, bahwa setiap individu memerlukan identitas untuk memberinya sense

of belonging dan eksistensi sosial. identitas individu yang tampil dalam setiap

interaksi sosial disebut identitas etnik , yaitu bagian dari konsep diri individu yang

terbentuk karana kesadaran individu sebagai anggota suatu kelompok sosial

dimana didalamnya mencakup nilai – nilai penting yang melekat dalam diri

individu sebagai anggota etniknya.

Di dalam masyarakat sendiri secara hirarkis terstruktur kategori – kategori

sosial yang merupakan penggolongan orang menurut negara, ras, kelas sosial,

pekerjaan, jenis kelamin, etnik, agama, dan lain sebagainya. Di dalam masing-

masing kategori sosial tersebut melekat suatu kekuatan, status dan martabat yang

pada akhirnya memunculkan suatu stuktur sosial yang khas dalam masyarakat,

yaitu struktur yang menentukan kekuatan dan status hubungan antar induvidu dan

antar kelompok.

Setiap daerah memiliki keragaman etnik atau kelompok etnik yang

ditandai masing – masing ciri- ciri khasnya, baik kondisi sosial budaya, ekonomi

pandangan hidupnya dan sebagainya, dalam suatu identitas yang menampilkan

perbedaan adat, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap yang kemudian

diwujudkan secara khusus yang membentuk identitas etnik.

3
Dalam pandangan masyarakat keinginan untuk memiliki identitas etnik

dipandang sebagai ciri dari anggota etnik. Hal tersebut berlangsung melalui proses

yang dipandang sebagai cara untuk menentukan posisi dan status identitas

etniknya, proses social comparasion merupakan serangkain pembandingan dengan

orang / kelompok lain secara subjektif membantu individu membuat penilaian

khusus tentang identitas etniknya dibanding identitas etnik yang lain begitupun

dengan identitas etnik Muna.

Kabupaten Muna merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi

Tenggara. Dan sala satu ciri khas identitas etnik yang paling melekat pada etnik

Muna adalah identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di

depan nama wanita, dengan hal tersebut maka penyebutan nama untuk penduduk

atau keturunan masyarakat yang berdiam di Jazirah Muna menjadi bermakna lebih

ganda. Makna yang dimaksud adalah pesan dari tujuan yang diharapkan orang tua

mereka dalam menggapai hikma kehidupan. Sehingga penggunaan kata depan

identitas etnik dalam penamaan La Ode dan Wa Ode menjadi pembeda dengan

masyarakat lain di nusantara bahkan pada skala dunia. Terkait dengan hal

tersebut, pada aplikasinya penggunaan identitas penamaan La Ode dan Wa Ode

menujukan fenomena bahwa penyandang nama tersebut merupakan masyarakat

yang berada di jazirah Muna.

Identitas etnik penamaan La Ode dan Wa Ode pada masyarakat Muna

terdapat 225 penyandang La Ode sedangkan untuk penyandang Wa Ode

berjumlah 170 orang yakni, kecamatan duruka untuk seluruh desanya penulis

menemukan ada 125 orang yang menggunakan identitas nama La Ode di depan

4
nama pria dan 100 orang untuk pengguna identitas nama Wa Ode di depan nama

Wanita. Untuk kecamatan Lohia dari seluruh Desa Penulis menemukan ada 80

orang pengguna identitas La Ode sedangkan pengguna identitas Wa Ode terdapat

50 0rang. Sementara pengguna identitas La Ode dan Wa Ode yang berada di Kota

Yakni kecamatan katobu itu terdapat 50 orang untuk identitas La Ode dan 20

untuk identitas pengguna nama Wa Ode di depan nama wanita. Namun dari

beberapa banyak jumlah pengguna identitas La Ode dan Wa Ode itu hanya sekitar

10% yang mengetahui apa makna sebenarnya dari identitas penamaan La Ode di

depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita. Sebab generasi sekarang

lebih senang menggunakan nama – nama baru seperti John, Bram dan Titania

sehingga membuat identitas etnikya teralienasi dari kehidupan sosialnya. ( data

BMKG Raha kabupaten Muna)

La Ode/Wa ode dengan La Ode/Wa Ode pada zaman dulu dan zaman

sekarang itu tampak berbeda jelas salah satu contoh yang penulis jumpai pada

saat observasi awal dan data awal itu adalah untuk identitas penamaan La Ode dan

Wa Ode pada zaman dulu saat itu Muna masih di pimpin oleh raja La Ode Dika

itu mereka sangat bangga bisa menyandang identitas La Ode dan Wa Ode karena

mereka termasuk orang yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakatnya.

Sadangkan untuk La Ode/Wa ode sekarang mereka kebanyakan tidak

digunakannya meskipun sudah disandangnya dengan alasan bahwa mereka

merasa sangat tidak senang dan malu, sebab apabila digunakan dikalangan umum

itu akan diketahui suku aslinya. Dan juga tidak digunakan identitas La Ode dan

5
Wa Odenya mereka tidak mau memamerkan dirinya sebagai keturunan

bangsawan.

Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa dari aspek identitas etnik, setiap

etnik memeliki identitas yang berbeda terutama dalam hal pola dan gaya atau cara

hidup yang diatur berdasarkan norma dan adat istiadat setempat, perbedaan antar

etnis tesebut khususnya dalam masyrakat etnik muna. Dengan demikian uraian di

atas terlihat bahwa dalam memahami identitas etnik dituntut untuk mengetahui

ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok etnis yang antara lain dapat kita lihat

dari aspek budaya/ adat – istiadatnya, sistem, kekerabatanya, bahasanya, gaya,

hidupnya atau pandangan hidupnya serta prilakunya di lingkungan masyarakat.

Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Makna simbolik

identitas terhadap penamaan La Ode dan Wa Ode.

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan diteliti adalah

“Apa makna simbolik yang terkandung dalam identitas penamaan La Ode di

depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita pada masyarakaat etnik

muna.” Dengan tujuan untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung dalam

identitas penamaan La Ode di depan nama pria dan Wa Ode di depan nama wanita

pada masyarakaat etnik muna. Dan hasil penelitian ini diharapkan untuk

memberikan informasi penting dan bermanfaat tentang mekanisme perwujudan

identitas etnik, dan penggunaan identitas etnik orang muna dalam masyarakat

setempat.

6
Teori Negosiasi Identitas

Menurut Teori Negosiasi Identitas (Stella Ting- Toomey) identitas

seseorang selalu dihasilkan dari interaksi sosial. Identitas atau gambaran refleksi–

diri dibentuk melalui negosiasi ketika kita menyatakan, memodifikasi, atau

menantang identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Hal ini bermula dalam

kehidupan keluarga, ketika kita mulai memperoleh berbagai identitas pribadi dan

sosial. Misalnya saja, kita memulai hubungan untuk pertama kalinya dengan

berbagai identitas sosial kelompok seperti budaya, jenis kelamin, dan usia.

Perkembangan permulaan identitas gender juga terjadi dalam keluarga, kemudian

menjadi bagian identitas sosial yang sangat penting. Identitas pribadi merupakan

karateristik yang lebih unik yang kita hubungkan dengan diri kita masing- masing,

yang pada awalnya juga dipelajari dalam interaksi keluarga.

Identitas kebudayaan dan etnik sangat penting, dan seperti yang lainnya,

dipelajari dalam interaksi sosial. Khususnya, identitas kebudayaan dikaitkan pada

beberapa rasa keterkaitan pada kelompok kebudayaan yang lebih besar golongan

kegamaan, wilayah suatu negara, anggota organisasi tertentu. Identitas etnik

terdiri dari gabungan keturunan atau sejarah kelompok dari satu generasi lainnya.

Termasuk di dalamnya, negara, asal, ras, agama, dan bahasa. Identitas etnik bisa

menjadi bagian penting dalam menentukan siapa diri anda sebenarnya.

Identitas etnik ditandai oleh nilai isi (value content) Dan ciri khas

(salienc). Nilai isi terdiri dari macam-macam evaluasi yang dibuat berdasarkan

pada kepercayaan-kepercayaan budaya. Misalnya beberapa kebudayaan

7
mempengaruhi anggotanya agar menilai komunitas atau kelompok di atas

individu.

METODE PENELITIAN

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Umum, Tokoh Mayarakat,

dan Toko adat yang mengetahui tentang pengunaan identitas penamaan La Ode

dan Wa Ode, yang bertempat tinggal, di Kecamatan Duruka, Kecamatan Lohia

dan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna. Yang mewakili secara proporsional

berdasarkan jumlah masyarakat Muna yakni ditetapkan sebanyak 15 orang.

Sedangkan objek penelitian ini adalah masyarakat Muna.

Teknik Pengunpulan Data

Penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu:

observasi secara langsung mengenai lokasi yang akan diteliti, wawancara, studi

pustaka, dan dokumentasi.

1. Observasi

Mengadakan observasi secara langsung mengenai lokasi yang akan diteliti.

2. Wawancara

Perolehan data yang digunaakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

wawancara dengan informan yaitu Masyarakat sekitar, Tokoh Masyarakat dan

Tokoh Adat yang telah ditetapkan oleh peneliti.

8
3. Studi Pustaka

Perolehan data yang digunakan melalui perpustakaan dan literatur yang

menyangkut tantang identitas Etnik

4. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh keterangan atau data yang

bersifat dokumentatif, misalnya foto, arsip, letak geografis, catatan-catatan

yan terkait dengan obyek penelitian.

Teknik analisis data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan

mendeskripsikan dan menguraikan hasil penelitian berdasarkan observasi

langsung dilapangan selanjunya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data kualitatif

ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis dan kemudian

merelevansikannya dengan teori yang mendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Penelitian ini membahas tentang makna siimbolik identitas terhadap

penamaan La Ode dan Wa Ode pada masyarakat Muna, dan sesuai dengan

observasi dan hasil wawancara di lapangan maka makna simbolik La Ode dan Wa

Ode adalah: “arti simbol Identitas La Ode dan Wa Ode adalah : La Ode terbentuk

dari dua kata dari filologi huruf arab. La adalah singkatan kata simbol dari

“Laillaha Illallah” sedangkan Wa Ode singkatan dari Wa yaitu simbol dari

“Washadu anna Muhammadah Rasulullah” (jadi La bukan penggalan tapi

9
simbolik dari Lailallaha Ilallah) sedangkan Ode adalah berarti bangsawan yang

ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua. La Ode artinya adalah orang yang

mulia atau terpuji di Depan Allah. Berangkat dari kata ini maka hendaknya laah

para bangsawan (anak-anak) menjaga lidah, dan semua indera. Karena awalnya

La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan hanya diberikan kepada sultan

terpilih. Kemudian terjadi perubahan policy oleh siolimbona (sebelumnya 8 orang,

kemudian untuk mempermudah voting ditambah 1 orang lagi jadi 9). Keputusan

untuk memberikan nama La Ode da Wa Ode untuk anak turunan bangsawan

adalah untuk melakukan indentifikasi kepada anak turunan para anak siapa tau di

kemudian hari ditemukan bibit kepemimpinan pada diri mereka.

Sedangkan kemunculan kata Ode pada nama bangsawan bermula pada

ketika raja Muna Sangia La Tugho membayar nazarnya pada tahun 1712 M,

bahwa yang penting permaisurinya Wa Sope dapt melahiirkan seorang anak, maka

bayi yang akan di panggil “ Ode”. Sehingga kata ini juga kemudian ikut

digunakan kepada bagsawan yang hidup saat itu. Oleh karena itu raja yang

menggunakan nama Ode yaitu anak Sangia La Tugho yang diberi nama La Ode

Husain.sehinga dari saat itulah samapai sekarang dapat disimpulkan bahwa

penggunaan kata La Ode bagi laki – laki dan Wa Ode bagi perempuan dipercaya

sebagai nama – nama bangsawan dan yang bersumber dari Al-Qur’an yakni

kalimat syahadat dan dipercaya sebagai manusia paling mulia di masyarakatnya.

Jadi hasil dari wawancara makna simbolik tentang identitas penamaan La

Ode di depan pria dan Wa Ode di depan nama wanita bersumber dari Al- Qur’an

yakni dua kalimat syahadat dan La Ode dan Wa Ode juga merupakan anak

10
bangsawan akan tetapi identitas La Ode dan Wa Ode juga merupakan ciri khas

bagi masyrakatnya karena dari identitasnya sudah diketahui suku aslinya tanpa

ada perkenalan lagi. Dan juga makna simbol dari penamaan identitas La Ode dan

Wa Ode pada zaman kesultanan La Ode Husein yang penyandang La Ode dan Wa

Ode awalnya tidak diberikan kepada anak turunan hanya diberikan kepada sultan

terpilih. Kemudian ada perubahan bahwa penyandang La Ode dan Wa Ode akan

diberlakukan kepada semua keturunannya apabila keturunan ayahnya itu La Ode

akan tetapi apabila keturunan ayahnya bukan La Ode maka tidak berhak untuk

menyandang La Ode karena untuk menyandang La Ode harus keturunan seorang

ayah bukan seorang pibu.

Makna simbolik dari nama La Ode dan Wa Ode merupakan ciri khas

sebagai calon pemimpin menurut masyarakat Muna. Dan penamaan La Ode dan

Wa Ode berasal dari kata KAOMBO yang artinya bahwa kemuka dan mempunyai

makna baris ke depan dan berhak menjadi calon pemimpin nantinya. Dan La Ode

mempunyai simbol tersendiri di masyarakat Muna yaitu La Ode berarti Lanahari

yang atinya malam dan mempunyai makna simbol dia adalah seorang laki – laki.

Dan Wannahari yang artinya siang berati Wa Ode jadi antara La Ode dan Wa

Ode harus saling melengkapi dan merupakan dua hal terpeting bagi kehidupan”.

Identitas La Ode/Wa Ode merupakan sapaan simbolik yang umum

sebagaimana dengan kata “Abu” untuk sapaan bagi anak orang–orang Arab. Lebih

jauh lagi, kata depan La Ode/ Wa Ode yang melekat pada nama mereka

menggambarkan bahwa mereka bagian dari pengaruh budaya suku daratan yang

didominasi oleh pengaruh Kerajaan Majapahit. Ini dapat terbukti pada akhir masa

11
keemasan Kerajaan Majapahit, dimana Pati Gajah Mada melakukan pelayaran ke

wilayah timur.

Dengan kata lain, pemaknaan identitas kata La Ode dan Wa Ode dapat

dipahami lebih bijak sekaligus semakin mempererat kebersamaan yang utuh

masyarakat suku Muna dalam lingkungan sosial yang heterogen.”

Asal kata Ode merupakan bahasa hidup yang berasal dari bahasa arab,

dimana serangkaiannya dengan Kata La/Wa juga dari bahasa arab, sehingga dua

kata tersebut menjadi bahasa/huruf hidup (La/Wa+Ode). Secara etimologi

(nahwu) kata “Ode” berasal dari kata (maaf maunya ditulis dengan huruf arab tapi

belum ada programnya menulis dengan huruf arab) :

Wa Ode yang berarti orang yang telah berjanji, dimana huruf “Wa” pada

kata “Ode” secara tata bahasa arab menjadi kesatuan dari kata ode itu sendiri yang

berarti janji (asal katanya/kata dasar) yang diartikan huruf “wa” tidak mempunyai

makna (bukan bermakna “dan”), sehinga kata ode adalah janji yang dikenakan

pada subyek (orang) yang telah berjanji. Dengan hal tersebut, maka kata “Ode”

berarti seseorang yang telah berjanji. Dengan menggunakan kata depan La/Wa

menjadi La Ode dan Wa Ode diartikan sebagai seorang laki- laki yang telah

berjanji (La Ode) dan demikian juga untuk perempuan (Wa Ode) dengan

penulisan kata terpisah

KESIMPULAN

Makna simbolik identitas penamaan La Ode dan Wa Ode dapat

disimpulkan bahwa: La Ode terbentuk dari dua kata dari filologi huruf arab. La

12
adalah singkatan kata simbol dari Laillaha Illallah sedangkan Wa Ode singkatan

dari Wa yaitu simbol dari Washadu anna Muhammadah rasulullah (jadi La

bukan penggalan tapi simbolik dari Lailallaha Ilallah) sedangkan Ode adalah

berarti bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua. La Ode

artinya adalah orang yang mulia atau terpuji di Depan Allah. Berangkat dari kata

ini maka hendaknya laah para bangsawan (anak-anakku) menjaga lidah, dan

semua indera. Karena awalnya La Ode itu tidak diberikan kepada anak turunan

hanya diberikan kepada sultan terpilih. Kemudian terjadi perubahan policy oleh

siolimbona (sebelumnya 8 orang, kemudian untuk mempermudah voting

ditambah 1 orang lagi jadi 9/sio). Keputusan untuk memberikan nama La Ode

untuk anak turunan bangsawan adalah untuk melakukan indentifikasi kepada

anak turunan para anak siapa tau di kemudian hari ditemukan bibit kepemimpinan

pada diri mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Pustaka

Hanafi, La Ode Ali. La Ode Kuara. 2008. Sejarah dan Kebudayaan Muna (karya
tulis).

La Fariki. 2005. Sejarah islam Penamaan di Sulawesi Tenggara. Kendari:


UNHALU Press
La Yani 2008 . Sejarah dan Kebudayaan Muna (Karya Tulis).

Lilliweri, Alo. 2011. Dasar – Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.
Littlejohn, Stepan W., dan Foss Karen A. 2009. Teori komunikasi. Jakarta :
Selemba Humanika

13
Malleang . 2000. Metode penelitian kulitatif. PT. Remaja Pusda Karya, :
Bandung.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung :
Rosdakarya
Mulyana , Deddy., Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Komunikasi Antarbudaya.
Bandung ; Rosdakarya
Setiadi, Elly M, dkk. 2007, ilmu sosial dan Budaya Dasar, jakarta; kencana
Simatupang , Lono Lastoro, 2006. Metode , teori, teknik kebudayaan,: pustaka
Widyatama
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Suprianto, La Niampe, La Ode Syukur, Moh. Anwar. 2009. Sejarah Kebudayaan

Islam Sulawesi Tenggara. Universitas Muhamadiyah Kendari.

Sumber Elektronik

(https://sejarahwuna.wordpress.com/2012/12/28/asal-muasal-penggunaan-kata-
depan- La Ode-dan-Wa Ode-untuk-nama-masyarakat-di-jazirah-muna-/) Diakses
18 Januari 2016

http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com./2011/05/konsep-simbol-dalam
persfektif_31html//09:02 wita Diakses 18 Januari 2016

(repository.usu.ac.id./ bitstream / 123456789/ 29403/5/ Chapter/ 201. Pdf oleh SL


Zulham -2011// 9.25 wita 18 januari 2016.)
http://wunabarakati.blogspot.co.id/2007/10/type-your-summary-here-type-rest-
of_25.html Diakses 18 Januari 2016

14

Anda mungkin juga menyukai