Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDUAL

MATA KULIAH DASAR UMUM FILSAFAT ILMU

TEMA:
SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM PENANGANAN COVID 19 DI
INDONESIA

TOPIK:
PERAN FILSAFAT DALAM SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM
PENANGANAN COVID 19 DI INDONESIA

JUDUL:
PERAN FILSAFAT PADA SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM
PENANGANAN COVID 19 DI INDONESIA

Disusun Oleh : dr. Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani

012028086301 (AKTIF)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
MATA KULIAH DASAR UMUM
SEMESTER GENAP 2020/2021
JULI 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikannya tugas makalah individual dengan judul " PERAN
FILSAFAT PADA SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM PENANGANAN
COVID 19 DI INDONESIA ”sebagai salah satu persyaratan akademis mata kuliah dasar
umum sebagai tugas kuliah Program Pendidikan Dokter Spesialis di Universitas Airlangga.
Dalam makalah sebagai tugas kuliah ini dijabarkan tentang Peran filsafat pada sistem
rujukan nasional dalam penanganan covid 19 di Indonesia. Makalah ini memberikan suatu
filosofi yang penting bagi calon dokter spesialis untuk edukasi masyarakat yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada penanganan covid 19 yang
membutuhkan rujukan akibat keterbatasan fasilitas kesehatan
Pada kesempatan ini disampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr. Drs. H. Mohammad Adib, MA., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
petunjuk, serta saran hingga terwujudnya tugas makalah ini..
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan
semoga tugas makalah ini berguna baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang
memanfaatkan.

Surabaya, 21 Mareti 2021


SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : dr. Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani


NIM : 012028086301
Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis
Fakultas : Kedokteran
Jenjang : Spesialis (SP1)

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan makalah saya yang
berjudul :

“PERAN FILSAFAT PADA SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM


PENANGANAN COVID 19 DI INDONESIA”

Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 24 Maret 2021

dr. Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani

NIM 012028086301
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.......................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

ABSTRAK............................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................6

1.1 Latar Belakang....................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

2.1 Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan.................................... 10

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.................................................11

2.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 12

2.4 Sistem Rujukan Kesehatan Nasional..................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................20


ABSTRAK

Judul :PERAN FILSAFAT PADA SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM


PENANGANAN COVID 19 DI INDONESIA
Nama : dr.Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani , Dr. Drs. H. Mohammad Adib, MA
MKDU Unair Semester Genap 2020/2021

Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari
segala sesuatu. Orang yang bijaksana selalu menyampaikan suatu kebenaran sehingga bijaksana
mengandung dua makna yaitu baik dan benar. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk
mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang
menyelimuti kehidupan. ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu
pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan
apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya.
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang kewenangannya diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dengan sistem kebijakan yang berlaku menyebabkan tidak semua
rumah sakit bekerja sama dengan BPJS. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan kesediaan
fasilitas kesehatan akibat tidak seimbangnya jumlah pasien peserta BPJS dengan ketersediaan
fasilitas kesehatan.
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kerjasama pelayanan keseharan
antara BPJS dan rumah sakit dengan pasin serta tanggung jawab rumah sakit dan BPJS terhadap
penolakan layanan rawat inap pasien peserta BPJS karena keterbatasan fasilitas kesehatan.
Hubungan hukum BPJS dengan rumah sakit ataupun rumah sakit dengan pasien yang
merupakan perikatan yang lahir karena perjanjian. Karakteristik hubungan hukum BPJS dengan pasien
peserta BPJS adalah sosial (wajib) karena perikatan yang lahir karena undang-undang.
Hubungan hukum tersebut menyebabkan lahirnya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
para pihak. Apabila terjadi ketidak seimbangan hak dan kewajiban maka terdapat bentuk tanggung
jawab yang harus dipenuhi oleh para pihak.

Keywords : BPJS, Rumah Sakit, Peserta BPJS, Penolakan, Fasilitas Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap Warga Negara Indonesia berhak atas jaminan sosial guna mendapatkan

kebutuhan dasar hidup yang baik dan terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera,

adil, dan makmur. Jaminan Sosial yang sangat penting bagi negara adalah kesehatan.

Kesehatan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan negara dalam

membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa maka dibutuhkan

masyarakat yang sehat dan berpendidikan. Untuk itu, guna memperbaiki kapasitas produktif

manusia yaitu melalui upaya peningkatan kesehatan.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Upaya dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka bangsa Indonesia memberikan Sistem Jaminan Sosial

Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial

Nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan

prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas,

kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dan jaminan sosial

seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta hal

ini tercantum pada Undang-Undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (Untuk selanjutnya disebut Undang-undang BPJS).

Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (untuk selanjutnya disebut dengan

BPJS) yang, mengacu pada asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan. Adapun

7
asas dan prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (untuk selanjutnya disebut dengan

SJSN) untuk bersifat mengikat bagi BPJS. BPJS sebagai amanat dari Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut

Undang-undang SJSN) harus dilihat secara obyektif dari seluruh sisi, termasuk badan

hukum, konsekuensi hukum dan aspek akuntabilitas lembaga tersebut. Kewajiban

penyelenggaraan jaminan sosial nasional harus ditempatkan secara obyektif dan

bertanggung jawab untuk mencapai tujuan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu prinsip dari BPJS adalah kepesertaan bersifat wajib sehingga seluruh

masyarakat Indonesia diwajibkan untuk mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional

dengan bantuan iuran dari pemerintah atau yang dikenal dengan Penerima Bantuan Iuran

(yang selanjutnya disebut dengan PBI) dan mandiri. Setiap peserta memiliki hak dan

kewajiban yang sudah diatur dalam Undang-Undang No 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Peserta berhak mendapatkan fasilitas layanan kesehatan

dengan sistem rujukan mulai dari fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama sampai dengan

fasilitas layanan kesehatan tingkat lanjut. Namun, pada kasus kegawatdaruratan pasien

dapat langsung datang ke fasilitas layanan kesehatan terdekat tanpa menggunakan rujukan.

Seluruh peserta yang menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan dapat menggunakan haknya sebagai peserta untuk dapat berobat ke fasilitas

kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Peserta tersebut harus mendapat

pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (yang selanjutnya disingkat

menjadi FKTP), baik puskesmas, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama,

ataupun rumah sakit kelas D pratama yang terdaftar. Namun peserta BPJS yang sedang

berada di luar wilayah FKTP tempat ia terdaftar ataupun dalam keadaan darurat dapat

langsung menuju Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (untuk selanjutnya disebut
8
dengan FKRTL). Pada akhir tahun 2019 muncul suatu pandemi yang berasal dari China

yang dikenal sebagai Covid-19. Tidak hanya di China, pandemi tersebut menyebar ke

seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 disebabkan oleh Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau disingkat SARS-CoV-2 yang menyerang saluran

pernafasan.

SARS-CoV-2 merupakan virus RNA rantai positif yang termasuk Betacoronavirus

(Beta- CoV). Selain SARS-CoV-2, terdapat beberapa virus lainnya yang termasuk ke dalam

Betacoronavirus yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketiganya merupakan zoonosis yang

berkaitan dengan saluran pernafasan. SARS-CoV-2 tersusun dari 29.700 nukleotida dan

memiliki kemiripan sekitar 79,5% dengan SARS-CoV. SARS-CoV-2 memiliki ORF1ab

pada ujung 5 genomnya yang mengkode 15-16 protein. Sedangkan ujung nya mengkode

protein struktural utama, yaitu protein S (spike), N (nukleokapsid), M (membran), dan E

(envelope). Glikosilasi protein S pada SARS- CoV-2 berperan sebagai penginduksi utama

sistem imun sel inang. Protein S akan berikatan dengan reseptor angiotensin converting

enzym 2 (ACE 2) pada sel inang yang secara signifikan menginisiasi proses infeksi.

WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global . Melihat situasi

seperti ini, salah satu cara yang sangat memungkinkan untuk mencegah semakin luasnya

penyebaran pandemi ini adalah dengan pengembangan pembuatan vaksin. Vaksin tidak

hanya memberikan perlindungan bagi orang-orang yang divaksinasi, tetapi juga bagi

masyarakat luas dengan mengurangi penyebaran penyakit dalam suatu populasi. Virus

SARS-CoV-2 menyebar dari manusia ke manusia. Menariknya, rantai penularan dari

manusia ke manusia ini dapat terputus, bahkan jika tidak ada kekebalan 100%, hal tersebut

disebut sebagai "herd immunity" atau "community protection.

9
Pandemi tentu mengubah sistem pelayanan nasional dan sistem rujukan nasional di

Indonesia. Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan bagaimana sistem rujukan nasional

selama pandemi covid 19. Karena keterbatasan fasilitas kesehatan yang tidak merata, tentu

membuat meningkatnya rujukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik Kerjasama Pelayanan Kesehatan antara BPJS dan Rumah

Sakit dengan Pasien di era pandemi covid 19.

2. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan nasional dan sistem rujukan pada saat

Pandemi.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis peran sistem jaminan sosial kesehatan nasioal dalam

memberikan pelayanan kesehatan saat pandemic Covid 19

2. Untuk mengetahui dan memahami upaya yang dapat pemerintah dalam mengetasi

sistem rujukan akibat pandemic covid 19

1
0
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan

Kotler mengatakan definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak mengakitbatkan kepemilikian apapun.

Menurut Sianipar mengemukakan pengertian pelayanan adalah cara melayani,

menyiapkan, atau menjamin keperluan seseorang atau kelompok orang. Melayani adalah

meladeni atau membantu mengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan

permintaan sampai penyampaian atau penyerahannya. Upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah

atau masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1

pengertian upaya atau pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,pengobatan penyakit, dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan suatu alat

organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional

sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu

sistem, baik pasien , penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun

manajemen organisasi layanan kesehatan dan akan bertanggung gugat dalam

melaksanakan tugas dan perannya masing-masing.


1
1
Fasilitas layanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotive, preventif, kuratif

maupun rehabilitatef yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dana tau

masyarakat dimana tercantum pada Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 36 tahun

2009 tentang Kesehatan.

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut BPJS adalah

badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

Pemerintah membentuk Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentan Sistem Jaminan

Sosial Nasional (UU SJSN) dengan pertimbanhan utama untuk memberikan jaminan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada Pasal 5 ayat (1) UU SJSN menyebutkan

bahwa : “ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-Undang”

dengan jangka waktu pembentukan 5 tahun sejak dibentuknya Undang-Undang Nomor

40 tahun 2004. Oleh karena itu pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2011 rentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sering di kenal dengan

UU BPJS.

BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan sosial berupa perlindungan kesehatan agar seluruh masyarakat Indonesia

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan bagi masyarakat yang telah membayar iuran atau iuean yang

sudah dibayar oleh Pemerintah. Dalam menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional

ini BPJS menggunakan 3 asas yakni kemanusiaan, manfaat, keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia dengan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,

akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan

1
2
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk

sebesar-besar kepentingan Peserta.

Fungsi, tugas dan kewenangan BPJS sudah diatur di dalam Undang-undang Nomor 24

tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, adapun tugas BPJS guna

melaksanakan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta

b. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja

c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta

2.3 Rumah Sakit

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit merupakan bentuk institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan dan kegiatan kesehatan yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat untuk kepentingan kesehatan masyarakat umum.

Penyelenggaraan upaya kesehatan juga merupakan salah satu pengertian Rumah sakit

serta memiliki tujuan untuk mewujudkan tingkat derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat umum. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

Rumah sakit merupakan bentuk pelayanan publik yang harus terus-menerus ditingkatkan

pelayanannya sampai menuju pelayanan prima yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat

kesehatan masyarakat, yaitu pelayanan yang customer oriented atau customer focus. Di

Indonesia, sebagian besar rumah sakit dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah, dan

1
3
sebagian besar rumah sakit pemerintah dimiliki oleh pemerintah daerah, sehingga di dalam

penyelenggaraannya sangat erat ketergantungannya dengan

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit

umum memiliki fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

paripurna.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan

dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan

Tugas dan fungsi Rumah Sakit diatur dengan syarat-syarat yang banyak sebagai syarat

wajib yang harus dipenuhi dalam mendirikan rumah sakit merupakan salah satu bentuk

tindakan pencegahan (preventif). Selain itu, sanksi yang sangat berat akan diberikan sebagai

bentuk pengawasan represifnya yang melatarbelakangi aspek pelayanan kesehatan sebagai

suatu hal yang menyangkut kepentingan masyarakat umum.

Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
1
4
Pada Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, berdasarkan jenis

pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan

Rumah Sakit Khusus

1. Berdasarkan jenis pelayanan

a. Rumah sakit umum

b. Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

c. Rumah sakit khusus

d. Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan

lainnya.

2. Berdasarkan pengelolaan :

a. Rumah sakit publik

Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat

nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan

Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah sakit privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau

Persero.

Visi rumah sakit merupakan pandangan yang memiliki kekuatan untuk memandu rumah

sakit untuk mencapai status masa depan rumah sakit, mengomunikasikan sifat dari

keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, lingkup usaha/kegiatan dan

kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara

rumah sakit dan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan luas dari kerja

rumah sakit. Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan
1
5
keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi pengharapan

dan kepuasan konsumen dan metode utama.

2.4 Sistem Rujukan Kesehatan Nasional

Adanya penerapan Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan tidak ada lagi masyarakat

Indonesia khususnya masyarakat miskin yang tidak berobat ke fasilitas pelayanan

kesehatan ketika sakit karena tidak memiliki biaya. Pelaksanaan JKN pada dasarnya

merupakan amanat UU SJSN dan Undang-Undang BPJS dimana jaminan kesehatan

adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh pemerintah. Secara sederhana JKN yang dikembangkan oleh pemerintah

merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunkan mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU SJSN. Oleh

karenanya semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang

dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat selama

enam bulan di Indonesia dan telah membayar premi.

UU SJSN secara fundamental telah mengubah kewajiban negara dalam memberikan

jaminan kesehatan menjadi kewajiban rakyat. Hak rakyat diubah menjadi kewajiban

rakyat. Konsekuensinya, rakyat kehilangan haknya untuk mendapatkan jaminan

kesehatan yang seharusnya dipenuhi oleh negara. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan

pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang mengamanahkan

jaminan sosial , jaminan kesehatan, sebagai hak warga negara yang menjadi kewajiban

negara untuk mewujudkannya.

Pada umumnya asuransi membebanknan besaran premi berbeda-beda tergantung

fasilitas yang dijanjikan oleh perusahan asuransi komersial. Semakin tinggi iuran

(premi) yang dibayarkan maka semakin bagus kelas pelayanan kesehatan yang akan
1
6
diperoleh peserta. Perbedaannya, kepesertaan asuransi lainnya tidak bersifat wajib

sementara JKN ini bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah yang dirasakan

sangat membebani masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu

membayar premi bulanan sehingga tidak tertanggung dalam data pengguna BPJS,

disamping sanksi administrative berupa denda keterlambatan pembayaran premi. Hal

ini tidak sesuai dengan ketentuan pasal 4 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana konsumen berhak untuk diperlakukan

atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Meskipun di dalam

ketentuan pasal 17 ayat (4) UU SJSN, menjelaskan bahwa iuran untuk orang miskin

akan dibayar oleh Pemerintah, hak tersebut tidak langsung diberikan kepada rakyat,

tetapi dibayarkan kepada pihak ketiga dalam hal ini BPJS, sehingga realitasnya karena

uang tersebut diambil dari pajak, rakyat diwajibkan membiayai layanan kesehatan diri

mereka dan sesama rakyat lainnya.

Sebagai unit terbesar pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki dua fungsi yaitu

kuratif dan preventif. Fungsi kuratif lebih bertitik berat pada penyembuhan pasien sakit.

Fungsi preventif membawa konsekuensi misi pelayanan kesehatan adalah

meningkatkan daya tahan manusia terhadap ancaman penyakit misalnya Imunisasi.

Karena rumah sakit sebagai pelayanan umum (public services) memang sangat erat

dengan berbagai masalah apalagi wilayah jangkauannya sendiri sangat luas meliputi

sektor profit ataupun nonprofit. Sedemikian luas jangkauannya sehingga tidak mudah

untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan yang sesuai. Sehingga banyak sekali

kendala-kendala yang dialami Rumah Sakit sejak diterapkan Jaminan Kesehatan

Nasional ini.

Beberapa polemik tersebut, misalnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak

mengganti seluruh klaim kesehatan ataupun seringkali terjadi keterlambatan pemberian

klaim kesehatan sehingga menyebabkan menurunnya mutu pelayanan kesehatan.


1
7
Turunnya mutu pelayanan baik dari segi pemeriksaan hingga pemberian obat maupun

pelaksanaan rawat inap. Dengan sistem rujukan berjenjang ini dimana pasien peserta

BPJS harus melalui tahapan-tahapan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan bermula

dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yaitu puskesmas ataupun klinik yang sudah

bekerja sama dengan BPJS. Apabila pasien peserta BPJS tidak dapat ditangani atau

diselesaikan di FKTP maka harus dilakukan rujukan berjenjang mulai dari RS Tipe D

lalu ke RS tipe C ke B ataupun ke A. sehingga terjadilah penumpukan pasien di FKTL

rumah sakit tipe D atau C. diberlakukannya sistem rujukan berjenjang ini tidak disertai

dengan terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang berlaku seperti

jumlah ruangan, kelas, tempat tidur, alat kesehatan obat, bahan medis dan pelayanan

penunjang lainnya karena keterbatasan dana yang ada. Sehingga tidak jarang terjadilah

penolakan-penolakan pasien peserta BPJS karena keterbatasan fasilitas kesehatan oleh

Rumah Sakit.

Mekanisme pelayanan sering juga disebut sebagai prosedur pelayanan yang

berarti urairan/alur yang harus dilewati dalam suatu kegiatan pelayanan. Mekanisme

pelayanan BPJS secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu pelayanan pasien gawat

darurat dan pelayanan pasien tidak gawat darurat.

Alternatif lain yang dapat diberikan oleh BPJS adalah memberlakukan sistem

rujukan horizontal oleh rumah sakit yang memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan.

Misalnya, rumah sakit tipe C dapat merujuk pasien peserta BPJS kesesama RS tipe C

apabila rumah sakit yang merujuk tidak memiliki kamar rawat inap. Sehingga pasien

peserta BPJS dapat tetap mendapatkan perawatan medis yang sesuai. Namun apabila

sistem ini diberlakukan maka masalah yang akan muncul adalah sistem pembayaran

klaim yang diberikan oleh BPJS.

1
8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik hubungan hukum BPJS dengan rumah sakit ataupun rumah sakit dengan pasien

yang merupakan perikatan yang lahir karena perjanjian maka yang pertama adalah kebebasan

berkontrak yaitu kebebasan untuk membuat perjanjian kepada siapa saja asalkan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Kedua yaitu keadilan, keadilan yang

dimaksud disini adalah masing- masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang sama. Maka

semua pihak harus menjalan kewajiban yang sudah disepakati dengan tidak merugikan hak

atau kepentingan pihak lain. Ketiga adalah itikad baik, masing-masing memiliki itikad baik

untuk melaksanakan perjanjian yang sudah disepakati bersama. Sedangkan karakteristik

hubungan hukum BPJS dengan pasien peserta BPJS adalah sosial (wajib) karena perikatan

yang lahir karena undang-undang. Sehingga kedua pihak tidak dapat memilih melainkan

hanya menjalankan apa yang sudah diatur oleh undang-undang.

2. Tanggung jawab rumah sakit terhadap pasien peserta BPJS adalah tanggung jawab

dalam memberikan pelayanan kesehatan. Rumah sakit akan mengupayakan untuk

memberikan pelayanan yang baik, namun apabila rumah sakit memiliki keterbatasan

fasilitas kesehatan khususnya ruang perawatan maka rumah sakit dapat merujuk dengan

rujukan horizontal atau merujuk ke rumah sakit yang kemampuannya setara yang

bekerja sama dengan BPJS. Tanggung jawab rumah sakit kepada BPJS adalah

memberikan informasi dan laporan kepada BPJS untuk dapat mengajukan klaim

berdasarkan pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab BPJS kepada pasien peserta

BPJS adalah memberikan informasi terkait rumah sakit yang dapat memberikan

pelayanan kesehatan. Dan tanggung jawab BPJS kepada rumah sakit yang merujuk

1
9
adalah memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan sebelum akhirnya

dirujuk

B. Saran

1. Diharapkan pemerintah dapat membuatkan suatu sistem regulasi dan kebijakan

perjanjian kerjasama yang jelas antara rumah sakit dengan BPJS, rumah sakit dengan

pasien peserta BPJS sehingga terdapat keadilan antara hak dan kewajiban dari masing-

masing pihak. Serta seluruh warga negara Indonesia menjadi peserta BPJS kesehatan

agar terwujudnya sistem jaminan kesehatan nasional.

2. Memperbarui sistem rujukan yang ada bahwa rumah sakit dapat merujuk secara

horizontal dan dibuatkan sistem online terkait tentang ketersediaan ruang perawatan

serta membuat sistem pembiayaan untuk rumah sakit yang mekakukan rujukan dan

sudah memberikan pelayanan kesehatan awal.

2
0
DAFTAR PUSTAKA

Abdi Crystian, Tanggung Jawab BPJS Kesehatan Ketika Pihak Rumah Sakit Menolak Peserta
BPJS berdasarkan Undang-undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial, Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata
BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Medan, 2017.

Azlika M.Alamri,et.al, Hubungan Antara Mutu Pelayanan Perawat dan Tingkat Pendidikan
Dengan Kepuasan Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam (RSI) Sitti Maryam Kota Manado, Jurnal Ilmiah
Farmasi,Vol 4. No.4.

AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Jakarta: Diadit
Media, 2011

B.Hendro P.Manik, Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Kota Pontianak, Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika, Vol.1
No 2, 2015

Balai Pustaka Pub, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta 2017

Chaer, A. dan Agustina, L, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

Charles J.P.Siregar. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan ,Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2003

Deni Bram, Kamus Hukum Lengkap, VisiMedia, Jakarta, 2012

Endang wahyati yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, keni media, bandung, 2012

Fuady, M. . Dinamika teori hukum. Ghalia Indonesia., Bogor , 2007

Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemah, Raisul Muttaqien, Teori Hukum Murni: Dasar-
Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan Keenam, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008

Hasbullah, Thabrany, Jaminan Kesehatan Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014

Hubaib,A.K. ProgramnJaminan KesehatanmNasional: Studi Deskriptif Tentang Faktor-


FaktorlYang DapatmMempengaruhimKeberhasilan ImplementasibProgram
JaminankKesehatanmNasionaL,Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol. 3 No.1

Iqbal Hasanuddin, Keadilan Sosial : Telaah atas Filsafat Politik John Rawls, Refleksi Journal,
Vol. 17 nomor 2 , 2018

Kartomihardjo S, Bentuk Bahasa Penolakan : Penelitian Sosiolinguistik, Proyek Peningkatan


Perguruan Tinggi IKIP Malang, 1990.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan
Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, http://www.depkes.go.id/resources/
download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf, diakses pada 30/11/2019 pukul 23:12

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem


Jaminan KesehatanNasional,Jakarta , September 2014

Kementerian Kesehatan. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional. 2013

Notoatmodjo, S. (2007b). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Peter Mahmud Marzuki, PenelitianHukum, Cet. III, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2007

Rolos, Windy et.al., Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Naskah Publikasi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado,2014.

Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2015

Sinaga, Peranan Asas-Asas Hukum Perjanjian dalam Mewujudkan Tujuan Perjanjian,


Binamulia Hukum, Vol.7 No2, 2018

Siregar, C.J.P., Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta, 2004

Soekanto, Hak dan Kewajiban Pasien menurut Hukum Kesehatan, 1990

Anda mungkin juga menyukai