TEMA:
SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM PENANGANAN COVID 19 DI
INDONESIA
TOPIK:
PERAN FILSAFAT DALAM SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM
PENANGANAN COVID 19 DI INDONESIA
JUDUL:
PERAN FILSAFAT PADA SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM
PENANGANAN COVID 19 DI INDONESIA
012028086301 (AKTIF)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
MATA KULIAH DASAR UMUM
SEMESTER GENAP 2020/2021
JULI 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikannya tugas makalah individual dengan judul " PERAN
FILSAFAT PADA SISTEM RUJUKAN NASIONAL DALAM PENANGANAN
COVID 19 DI INDONESIA ”sebagai salah satu persyaratan akademis mata kuliah dasar
umum sebagai tugas kuliah Program Pendidikan Dokter Spesialis di Universitas Airlangga.
Dalam makalah sebagai tugas kuliah ini dijabarkan tentang Peran filsafat pada sistem
rujukan nasional dalam penanganan covid 19 di Indonesia. Makalah ini memberikan suatu
filosofi yang penting bagi calon dokter spesialis untuk edukasi masyarakat yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada penanganan covid 19 yang
membutuhkan rujukan akibat keterbatasan fasilitas kesehatan
Pada kesempatan ini disampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr. Drs. H. Mohammad Adib, MA., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
petunjuk, serta saran hingga terwujudnya tugas makalah ini..
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan
semoga tugas makalah ini berguna baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang
memanfaatkan.
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan makalah saya yang
berjudul :
Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
NIM 012028086301
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................... v
Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari
segala sesuatu. Orang yang bijaksana selalu menyampaikan suatu kebenaran sehingga bijaksana
mengandung dua makna yaitu baik dan benar. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk
mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang
menyelimuti kehidupan. ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu
pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan
apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya.
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang kewenangannya diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dengan sistem kebijakan yang berlaku menyebabkan tidak semua
rumah sakit bekerja sama dengan BPJS. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan kesediaan
fasilitas kesehatan akibat tidak seimbangnya jumlah pasien peserta BPJS dengan ketersediaan
fasilitas kesehatan.
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kerjasama pelayanan keseharan
antara BPJS dan rumah sakit dengan pasin serta tanggung jawab rumah sakit dan BPJS terhadap
penolakan layanan rawat inap pasien peserta BPJS karena keterbatasan fasilitas kesehatan.
Hubungan hukum BPJS dengan rumah sakit ataupun rumah sakit dengan pasien yang
merupakan perikatan yang lahir karena perjanjian. Karakteristik hubungan hukum BPJS dengan pasien
peserta BPJS adalah sosial (wajib) karena perikatan yang lahir karena undang-undang.
Hubungan hukum tersebut menyebabkan lahirnya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
para pihak. Apabila terjadi ketidak seimbangan hak dan kewajiban maka terdapat bentuk tanggung
jawab yang harus dipenuhi oleh para pihak.
kebutuhan dasar hidup yang baik dan terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera,
adil, dan makmur. Jaminan Sosial yang sangat penting bagi negara adalah kesehatan.
Kesehatan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan negara dalam
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia,
masyarakat yang sehat dan berpendidikan. Untuk itu, guna memperbaiki kapasitas produktif
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Upaya dalam
Untuk mewujudkan hal tersebut maka bangsa Indonesia memberikan Sistem Jaminan Sosial
Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial
Nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dan jaminan sosial
seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta hal
BPJS) yang, mengacu pada asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan. Adapun
7
asas dan prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (untuk selanjutnya disebut dengan
SJSN) untuk bersifat mengikat bagi BPJS. BPJS sebagai amanat dari Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut
Undang-undang SJSN) harus dilihat secara obyektif dari seluruh sisi, termasuk badan
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu prinsip dari BPJS adalah kepesertaan bersifat wajib sehingga seluruh
dengan bantuan iuran dari pemerintah atau yang dikenal dengan Penerima Bantuan Iuran
(yang selanjutnya disebut dengan PBI) dan mandiri. Setiap peserta memiliki hak dan
kewajiban yang sudah diatur dalam Undang-Undang No 24 tahun 2011 tentang Badan
dengan sistem rujukan mulai dari fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama sampai dengan
fasilitas layanan kesehatan tingkat lanjut. Namun, pada kasus kegawatdaruratan pasien
dapat langsung datang ke fasilitas layanan kesehatan terdekat tanpa menggunakan rujukan.
Kesehatan dapat menggunakan haknya sebagai peserta untuk dapat berobat ke fasilitas
kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Peserta tersebut harus mendapat
menjadi FKTP), baik puskesmas, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama,
ataupun rumah sakit kelas D pratama yang terdaftar. Namun peserta BPJS yang sedang
berada di luar wilayah FKTP tempat ia terdaftar ataupun dalam keadaan darurat dapat
langsung menuju Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (untuk selanjutnya disebut
8
dengan FKRTL). Pada akhir tahun 2019 muncul suatu pandemi yang berasal dari China
yang dikenal sebagai Covid-19. Tidak hanya di China, pandemi tersebut menyebar ke
seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 disebabkan oleh Severe Acute
pernafasan.
(Beta- CoV). Selain SARS-CoV-2, terdapat beberapa virus lainnya yang termasuk ke dalam
berkaitan dengan saluran pernafasan. SARS-CoV-2 tersusun dari 29.700 nukleotida dan
pada ujung 5 genomnya yang mengkode 15-16 protein. Sedangkan ujung nya mengkode
(envelope). Glikosilasi protein S pada SARS- CoV-2 berperan sebagai penginduksi utama
sistem imun sel inang. Protein S akan berikatan dengan reseptor angiotensin converting
enzym 2 (ACE 2) pada sel inang yang secara signifikan menginisiasi proses infeksi.
WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global . Melihat situasi
seperti ini, salah satu cara yang sangat memungkinkan untuk mencegah semakin luasnya
penyebaran pandemi ini adalah dengan pengembangan pembuatan vaksin. Vaksin tidak
hanya memberikan perlindungan bagi orang-orang yang divaksinasi, tetapi juga bagi
masyarakat luas dengan mengurangi penyebaran penyakit dalam suatu populasi. Virus
manusia ke manusia ini dapat terputus, bahkan jika tidak ada kekebalan 100%, hal tersebut
9
Pandemi tentu mengubah sistem pelayanan nasional dan sistem rujukan nasional di
Indonesia. Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan bagaimana sistem rujukan nasional
selama pandemi covid 19. Karena keterbatasan fasilitas kesehatan yang tidak merata, tentu
2. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan nasional dan sistem rujukan pada saat
Pandemi.
2. Untuk mengetahui dan memahami upaya yang dapat pemerintah dalam mengetasi
1
0
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kotler mengatakan definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
menyiapkan, atau menjamin keperluan seseorang atau kelompok orang. Melayani adalah
meladeni atau membantu mengurus keperluan atau kebutuhan seseorang sejak diajukan
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
pengertian upaya atau pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan suatu alat
sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu
sistem, baik pasien , penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun
maupun rehabilitatef yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dana tau
Sosial Nasional (UU SJSN) dengan pertimbanhan utama untuk memberikan jaminan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada Pasal 5 ayat (1) UU SJSN menyebutkan
Tahun 2011 rentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sering di kenal dengan
UU BPJS.
kebutuhan dasar kesehatan bagi masyarakat yang telah membayar iuran atau iuean yang
sudah dibayar oleh Pemerintah. Dalam menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional
ini BPJS menggunakan 3 asas yakni kemanusiaan, manfaat, keadilan sosial bagi seluruh
akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan
1
2
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
Fungsi, tugas dan kewenangan BPJS sudah diatur di dalam Undang-undang Nomor 24
tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, adapun tugas BPJS guna
Rumah Sakit, rumah sakit merupakan bentuk institusi pelayanan kesehatan yang
inap, rawat jalan, dan gawat darurat untuk kepentingan kesehatan masyarakat umum.
Penyelenggaraan upaya kesehatan juga merupakan salah satu pengertian Rumah sakit
serta memiliki tujuan untuk mewujudkan tingkat derajat kesehatan yang optimal bagi
pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.
Rumah sakit merupakan bentuk pelayanan publik yang harus terus-menerus ditingkatkan
pelayanannya sampai menuju pelayanan prima yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat
kesehatan masyarakat, yaitu pelayanan yang customer oriented atau customer focus. Di
Indonesia, sebagian besar rumah sakit dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah, dan
1
3
sebagian besar rumah sakit pemerintah dimiliki oleh pemerintah daerah, sehingga di dalam
Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit
paripurna.
Tugas dan fungsi Rumah Sakit diatur dengan syarat-syarat yang banyak sebagai syarat
wajib yang harus dipenuhi dalam mendirikan rumah sakit merupakan salah satu bentuk
tindakan pencegahan (preventif). Selain itu, sanksi yang sangat berat akan diberikan sebagai
Rumah Sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
1
4
Pada Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan
d. Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaan :
Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero.
Visi rumah sakit merupakan pandangan yang memiliki kekuatan untuk memandu rumah
sakit untuk mencapai status masa depan rumah sakit, mengomunikasikan sifat dari
rumah sakit dan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan luas dari kerja
rumah sakit. Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan
1
5
keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi pengharapan
Adanya penerapan Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan tidak ada lagi masyarakat
kesehatan ketika sakit karena tidak memiliki biaya. Pelaksanaan JKN pada dasarnya
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU SJSN. Oleh
karenanya semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang
dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat selama
jaminan kesehatan menjadi kewajiban rakyat. Hak rakyat diubah menjadi kewajiban
kesehatan yang seharusnya dipenuhi oleh negara. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan
pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang mengamanahkan
jaminan sosial , jaminan kesehatan, sebagai hak warga negara yang menjadi kewajiban
fasilitas yang dijanjikan oleh perusahan asuransi komersial. Semakin tinggi iuran
(premi) yang dibayarkan maka semakin bagus kelas pelayanan kesehatan yang akan
1
6
diperoleh peserta. Perbedaannya, kepesertaan asuransi lainnya tidak bersifat wajib
sementara JKN ini bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah yang dirasakan
sangat membebani masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu
membayar premi bulanan sehingga tidak tertanggung dalam data pengguna BPJS,
ini tidak sesuai dengan ketentuan pasal 4 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun
atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Meskipun di dalam
ketentuan pasal 17 ayat (4) UU SJSN, menjelaskan bahwa iuran untuk orang miskin
akan dibayar oleh Pemerintah, hak tersebut tidak langsung diberikan kepada rakyat,
tetapi dibayarkan kepada pihak ketiga dalam hal ini BPJS, sehingga realitasnya karena
uang tersebut diambil dari pajak, rakyat diwajibkan membiayai layanan kesehatan diri
Sebagai unit terbesar pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki dua fungsi yaitu
kuratif dan preventif. Fungsi kuratif lebih bertitik berat pada penyembuhan pasien sakit.
Karena rumah sakit sebagai pelayanan umum (public services) memang sangat erat
dengan berbagai masalah apalagi wilayah jangkauannya sendiri sangat luas meliputi
sektor profit ataupun nonprofit. Sedemikian luas jangkauannya sehingga tidak mudah
untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan yang sesuai. Sehingga banyak sekali
Nasional ini.
pelaksanaan rawat inap. Dengan sistem rujukan berjenjang ini dimana pasien peserta
dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yaitu puskesmas ataupun klinik yang sudah
bekerja sama dengan BPJS. Apabila pasien peserta BPJS tidak dapat ditangani atau
diselesaikan di FKTP maka harus dilakukan rujukan berjenjang mulai dari RS Tipe D
rumah sakit tipe D atau C. diberlakukannya sistem rujukan berjenjang ini tidak disertai
dengan terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang berlaku seperti
jumlah ruangan, kelas, tempat tidur, alat kesehatan obat, bahan medis dan pelayanan
penunjang lainnya karena keterbatasan dana yang ada. Sehingga tidak jarang terjadilah
Rumah Sakit.
berarti urairan/alur yang harus dilewati dalam suatu kegiatan pelayanan. Mekanisme
pelayanan BPJS secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu pelayanan pasien gawat
Alternatif lain yang dapat diberikan oleh BPJS adalah memberlakukan sistem
rujukan horizontal oleh rumah sakit yang memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan.
Misalnya, rumah sakit tipe C dapat merujuk pasien peserta BPJS kesesama RS tipe C
apabila rumah sakit yang merujuk tidak memiliki kamar rawat inap. Sehingga pasien
peserta BPJS dapat tetap mendapatkan perawatan medis yang sesuai. Namun apabila
sistem ini diberlakukan maka masalah yang akan muncul adalah sistem pembayaran
1
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karakteristik hubungan hukum BPJS dengan rumah sakit ataupun rumah sakit dengan pasien
yang merupakan perikatan yang lahir karena perjanjian maka yang pertama adalah kebebasan
berkontrak yaitu kebebasan untuk membuat perjanjian kepada siapa saja asalkan tidak
dimaksud disini adalah masing- masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang sama. Maka
semua pihak harus menjalan kewajiban yang sudah disepakati dengan tidak merugikan hak
atau kepentingan pihak lain. Ketiga adalah itikad baik, masing-masing memiliki itikad baik
hubungan hukum BPJS dengan pasien peserta BPJS adalah sosial (wajib) karena perikatan
yang lahir karena undang-undang. Sehingga kedua pihak tidak dapat memilih melainkan
2. Tanggung jawab rumah sakit terhadap pasien peserta BPJS adalah tanggung jawab
memberikan pelayanan yang baik, namun apabila rumah sakit memiliki keterbatasan
fasilitas kesehatan khususnya ruang perawatan maka rumah sakit dapat merujuk dengan
rujukan horizontal atau merujuk ke rumah sakit yang kemampuannya setara yang
bekerja sama dengan BPJS. Tanggung jawab rumah sakit kepada BPJS adalah
memberikan informasi dan laporan kepada BPJS untuk dapat mengajukan klaim
berdasarkan pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab BPJS kepada pasien peserta
BPJS adalah memberikan informasi terkait rumah sakit yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan. Dan tanggung jawab BPJS kepada rumah sakit yang merujuk
1
9
adalah memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan sebelum akhirnya
dirujuk
B. Saran
perjanjian kerjasama yang jelas antara rumah sakit dengan BPJS, rumah sakit dengan
pasien peserta BPJS sehingga terdapat keadilan antara hak dan kewajiban dari masing-
masing pihak. Serta seluruh warga negara Indonesia menjadi peserta BPJS kesehatan
2. Memperbarui sistem rujukan yang ada bahwa rumah sakit dapat merujuk secara
horizontal dan dibuatkan sistem online terkait tentang ketersediaan ruang perawatan
serta membuat sistem pembiayaan untuk rumah sakit yang mekakukan rujukan dan
2
0
DAFTAR PUSTAKA
Abdi Crystian, Tanggung Jawab BPJS Kesehatan Ketika Pihak Rumah Sakit Menolak Peserta
BPJS berdasarkan Undang-undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial, Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata
BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Medan, 2017.
Azlika M.Alamri,et.al, Hubungan Antara Mutu Pelayanan Perawat dan Tingkat Pendidikan
Dengan Kepuasan Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam (RSI) Sitti Maryam Kota Manado, Jurnal Ilmiah
Farmasi,Vol 4. No.4.
AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Jakarta: Diadit
Media, 2011
B.Hendro P.Manik, Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Kota Pontianak, Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika, Vol.1
No 2, 2015
Chaer, A. dan Agustina, L, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2010
Charles J.P.Siregar. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan ,Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2003
Endang wahyati yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, keni media, bandung, 2012
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemah, Raisul Muttaqien, Teori Hukum Murni: Dasar-
Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan Keenam, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008
Hasbullah, Thabrany, Jaminan Kesehatan Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014
Iqbal Hasanuddin, Keadilan Sosial : Telaah atas Filsafat Politik John Rawls, Refleksi Journal,
Vol. 17 nomor 2 , 2018
Kementerian Kesehatan. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional. 2013
Notoatmodjo, S. (2007b). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Peter Mahmud Marzuki, PenelitianHukum, Cet. III, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2007
Rolos, Windy et.al., Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Naskah Publikasi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado,2014.
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2015
Siregar, C.J.P., Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta, 2004