Oleh :
Kelompok 12
2020
BAB 1
Pendahuluan
Asam (acid) berasal dari bahasa latin acetum yang berarti cuka. Basa (alkali)
berasal dari bahasa arab yang berarti abu.Arrhenius berpendapat bahwa jika
senyawa memiliki sifat asam dalam air karena terdapat ion H + sedangkan
senyawa bersifat basa dalam air karena terdapat ion OH - . Adanya H+ atau OH-
dapat diuji menggunakan indikator.
Indikator merupakan zat warna yang dapat memberikan perubahan warna pada
rentang pH yang sempit. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh
asam dan basa pada larutan. Untuk menentukan derajat keasaman atau pH
digunakan pH meter, indikator sintetis seperti metil jingga, metil merah,
bromtimol biru, dan fenolptalein. Indikator sintetis biasanya digunakan
dilaboratorium dengan harga harga yang tidak terjangkau dan menimbulkan
polusi lingkungan. Selain indikator sintetis banyak ditemukan indikator alami
sebagai alternatif.
Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna yang ada di
sekitar kita. Senyawa flavonoid yang terkandung pada tumbuhan berwarna
disekitar mengandung antosianin. Antosianin merupakan senyawa turunan
polifenol yang keberadaanya melimpah dialam. Antosianin memberikan
warna orange hingga hitam pada tumbuhan. Pewarna alami dapat digunakan
sebagai indikator karena dapat berubah warna pada keadaan asam dan basa.
1.2 Tujuan
1. Membuat indikator asam basa dari bahan alam
2. Membedakan larutan dengan sifat asam dan basa
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
Air murni tidak memiliki rasa, bau, dan warna. Jika air tersebut mengandung zat
tertentu, maka air tersebut akan terasa asam, pahit, asin dan sebagainya. Air yang
mengandung zat lain dapat menjadi berwarna yang awalnya jernih. Cairan yang
memiliki rasa masam disebut larutan asam, yang memiliki rasa asin disebut
larutan garam, sedangkan yang terasa licin dan pahit disebut larutan basa.
Asam dan basa sudah dikenal sejak dulu. Istilah asam berasal dari bahasa
Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa berasal dari bahasa Arab yang berarti
abu.Sifat asam dan basa tidak hanya terdapat pada larutan air, tetapi juga dalam
larutan lain seperti amoniak, eter, dan benzena. Akibatnya cukup sulit mengetahui
sifat asam dan basa larutan yang sesungguhnya. Sejak dulu orang sudah
mengidentifikasi sifat larutan ini dengan berbagai cara dari yang sangat sederhana,
hingga menggunakan alat khusus. Cara yang baik adalah dengan menguji larutan
tersebut dengan suatu indikator. Indikator adalah zat warna yang perubahan
warnanya tampak jelas dalam rentang PH yang sempit. Jenis indikator yang khas
adalah asam organik yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa
konjugasinya. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah hampir tidak
berpengaruh terhadap PH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan
pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan.
Indikator asam-basa adalah zat yang warnanya bergantung pada pH larutan yang
ditambahinya. Indikator asam-basa paling bermanfaat ketika diperlukan penetapan
perkiraan pH saja. Contohnya, indikator ini digunakan dalam alat-alat uji tanah
untuk penetapan perkiraan pH tanah.
Indikator asam yang lain di antaranya metil merah (MM) memberikan warna
merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa, metil jingga
(MO) memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam
lingkungan basa. Indikator basa contohnya fenolftalein (PP) memberikan warna
merah muda dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam,
brom timol biru (BTB) memberikan warna kuning dalam lingkungan asam dan
biru dalam lingkungan basa. Selain indikator asam basayang telah disebutkan, ada
juga indikator asam basa dari tumbuhan. Indikator asam basa yang dibuat dari
tumbuhan dinamakan indikator asam basa alami.
Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna yang ada di sekitar
kita. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan berwarna dapat memberikan perubahan
warna yang jelas pada kondisi asam maupun basa, oleh karena itu hanya beberapa
saja yang dapat dipakai, misalnya : bunga sepatu yang memberikan perubahan
warna merah pada suasana asam dan hijau pada suasana basa.
Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam
dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan,
misalnya asam nitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk member rasa limun yang
tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan
untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad
pertengahan. Salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh
para peneliiti untuk memisahkan emas dan perak. Suatu larutan dapat diketahui
sifat asam atau basanya dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat yang
mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa.
Untuk menentukan pH larutan baik dengan cara indikator asam basa atau tumbuh-
tumbuhan maupun menguji kertas lakmus. Dalam percobaan kali ini bukan lagi
menentukan yang mana sajakah yang termasuk ke dalam asam dan basa dengan
menggunakan beberapa jenis indikator alami asam basa.
Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami.
Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam
basa alami antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang
mempunyai warna ( anggrek, kamboja, bunga sepatu, asoka, dan bunga kertas ).
Cara membuat indikator asam basa alami adalah :
Bahan :
Diambil sebanyak 3 buah bunga sepatu, dipilih beberapa helai mahkota bunga
berwarna merah dari bunga sepatu tersebut.Digerus atau dihaluskan bunga
tersebut dengan sedikit air. Disaring ekstrak bunga sepatu tersebut. Diteteskan
atau dituangkan sedikit cairan ekstrak bunga sepatu ke dalam larutan deterjen, air
jeruk, air kapur barus, air mineral, cuka, soda, larutan gula, larutan garam,
alkohol, dan air kelapa. Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing
larutan tersebut setelah ditetesi cairan ekstrak bunga sepatu.
Sebanyak 200 gram bayam merah diambil beberapa helai daunnya. Ditumbuk atau
dihaluskan daun dengan sedikit air. Disaring ekstrak bayam merah tersebut. Di
tuangkan ekstrak bayam merah ke dalam larutan sabun, air kelapa, soda, larutan
kapur barus, air mineral, larutan gula, larutan garam, air jeruk, cuka, dan alkohol.
Diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing larutan uji setelah
dicampurkan dengan ekstrak bayam merah.
Indikator Kunyit
Ketika kami menyampurkan larutan asam dan basa dengan indikator alami,
kami mendapati bahwa terjadi perubahaan warna yang berbeda dari warna
indikator sebelum dicampurkan dengan larutan asam basa. Perubahan warna
ini dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan yang telah dilampirkan. Hal ini
membuktikan bahwa terjadi pergeseran kesetimbangan ketika terjadi
penambahan maupun pengurangan ion H+.
Pada air mineral, air gula, dan air garam tidak terjadi perubahan warna
apapun. Hal ini menandakan bahwa air mineral, air gula, dan air garam
bersifat netral.
BAB 5
Kesimpulan
3. Air jeruk, cuka, soda, alkohol, dan air kelapa merupakan larutan yang
bersifat asam. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan warna
pada indikator saat percobaan berlangsung. Larutan-larutan tersebut jika
diberi indikator kembang sepatu menghasilkan warna merah,jika diberi
indikator kunyit menghasilkan warna kuning muda, dan jika diberi
indikator bayam merah menghasilkan warna kemerah-merahan.
4. Larutan kapur barus dan larutan sabun merupakan larutan yang bersifat
basa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan warna pada
indikator saat percobaan berlangsung. Larutan-larutan tersebut jika
diberikan indikator kembang sepatu menghasilkan warna biru,jika diberi
indikator kunyit menghasilkan warna kuning kecokelatan, dan jika diberi
indikator bayam merah menghasilkan warna keungu-unguan.
5. Air mineral, air gula, dan air garam merupakan larutan yang bersifat
netral. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya perubahan warna
pada indikator saat percobaan berlangsung.
Daftar Pustaka
Indira, Citra. April 2015. Jurnal Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting.
Penerbit : Kaunia Vol. XI No.1.
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., & Ngapa, Y. D. (2018). Antosianin dan
Pemanfaatannya. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied
Chemistry), 6(2), 79-97.
Rahmawati, Siti Nuryanti, dan Ratman. J. Februari 2016. Jurnal Indikator Asam-
Basa dari Bunga Dadap Merah. Penerbit : Akad. Kim. 5(1): 29-36.
Supriadi, dkk. May, 2014. Identifikasi Flavonoid pada Ekstrak Bunga Kembang
Merak (Caesalpinia pulcherrima) dan Aplikasinya sebagai Indikator Asam Basa.
Penerbit : J. Akademika Kim. 3 (2) : 295-300.
Lampiran