Anda di halaman 1dari 6

PENTINGNYA JURUSAN TEKNOLOGI BAGI GENERASI MUDA

TERHADAP KELANGSUNGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Jurusan teknologi saat ini sedang banyak diminati oleh banyak


orang, khususnya para generasi muda yang akan meneruskan
pendidikannya ke jenjang SMK maupun universitas. Jurusan teknologi ini
pun masih dibedakan menjadi banyak bidang, salah satunya adalah
teknologi informatika yang juga memiliki beragam spesialisasi. Salah satu
alasan maraknya jurusan ini diminati banyak generasi muda karena pada
saat ini sedang terjadi era revolusi industri 4.0 yang memang didasari oleh
teknologi.

Revolusi industri secara sederhana artinya adalah perubahan


besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi
barang. Perubahan besar ini tercatat sudah terjadi tiga kali, dan
saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat.
Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar
dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah
pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan
baru yang muncul.

Konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik dalam


pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di
tahun 2011. Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan
“Industri 3.0” baru muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama
“Revolusi Teknologi” dan “Revolusi Digital”.

Semua revolusi itu terjadi menggunakan revolusi sebelumnya


sebagai dasar. Industri 2.0 takkan muncul selama kita masih
mengandalkan otot, angin, dan air untuk produksi. Industri 3.0
intinya meng-upgrade lini produksi dengan komputer dan robot.
Jadi, industri 4.0 juga pasti menggunakan komputer dan robot ini
sebagai dasarnya. Beberapa kemajuan yang muncul di dunia
komputer kita akhir-akhir ini yaitu:

Pertama, kemajuan yang paling terasa adalah internet. Semua


komputer tersambung ke sebuah jaringan bersama. Komputer juga
semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan tangan kita,
makanya kita jadi punya smartphone. Bukan cuma kita tersambung
ke jaringan raksasa, kita jadinya selalu tersambung ke jaringan
raksasa tersebut. Inilah bagian pertama dari revolusi industri
keempat: “Internet of Things” saat komputer-komputer yang ada di
pabrik itu tersambung ke internet, saat setiap masalah yang ada di
lini produksi bisa langsung diketahui saat itu juga oleh pemilik
pabrik, di manapun si pemilik berada.

Kedua, kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor baru,


dan 1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang didapat dari
sensor-sensor tersebut yang merekam segalanya selama 24 jam
sehari.  Informasi ini bahkan menyangkut kinerja pegawai
manusianya. Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan
semua dan setiap pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari
gerakan tersebut, bisa terlihat, misalnya, kalau pegawai-pegawai
tersebut menghabiskan waktu terlalu banyak di satu bagian,
sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada 1001
informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda,
sehingga masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas
pabrik yang semula tak terpikirkan. Karena begitu banyaknya
ragam maupun jumlah data baru ini, aspek ini sering disebut Big
Data.

Ketiga, berhubungan dengan yang pertama dan kedua, adalah


Cloud Computing. Perhitungan-perhitungan rumit tetap
memerlukan komputer canggih yang besar, tapi karena sudah
terhubung dengan internet, karena ada banyak data yang bisa
dikirim melalui internet, semua perhitungan tersebut bisa dilakukan
di tempat lain, bukannya di pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang
punya 5 pabrik di 5 negara berbeda tinggal membeli sebuah
superkomputer untuk mengolah data yang diperlukan secara
bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5
superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.

Keempat, ini yang sebetulnya paling besar: Machine learning, yaitu


mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, yang bisa sadar
bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi
yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya. Ini bisa dilukiskan
dengan cerita “AlphaZero AI”. Sebelum Machine Learning, sebuah
komputer melakukan tugasnya dengan “Diperintahkan” atau
“Diinstruksikan” oleh manusia.

Mengkombinasikan keempat hal ini artinya perhitungan yang rumit,


luar biasa, dan tidak terpikirkan tentang hal apapun bisa dilakukan
oleh superkomputer dengan kemampuan di luar batas kemampuan
manusia. Kenyataannya tentu saja saat ini belum sekeren itu. Point
keempat, yaitu AI (Artificial Intelligent) dan Machine Learning,
masih amat terbatas untuk tugas-tugas tertentu. Bukan cuma
Indonesia, negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan
Amerika Serikat saja masih terus menerus memperdebatkan
konsekuensi dari revolusi industri keempat ini, sebab revolusi ini
masih berlangsung, atau bahkan baru dimulai. Tantangannya
masih banyak. Koneksi internet misalnya, belum universal. Masih
ada beberapa daerah yang tak memiliki koneksi internet, bahkan di
Amerika Serikat sekalipun. Selain itu, koneksi internet berarti
munculnya celah keamanan baru. Perusahaan saingan pasti
berusaha mengintip kinerja dan rancangan produksi lewat celah
keamanan komputer pengendali produksi yang kini bisa diakses
dari internet. (Marcel Susanto, 2019)

Dari beberapa alasan di atas, tentunya peran pendidikan sangat


penting dalam menentukan kemajuan revolusi industri pada suatu negara.
Generasi muda harus disiapkan mulai dari sekarang, melalui sekolah
maupun lingkungan mereka, jurusan yang akan mereka ambil pun harus
disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang terjadi sekarang, yaitu
Revolusi Industri 4.0.

Revolusi Industri 4.0 sangat berkaitan erat dengan teknologi.


Haruskah semua generasi muda memasuki jurusan yang berkaitan
dengan teknologi? Perlukah perguruan tinggi menutup jurusan sosial
humaniora dan menambah jurusan yang berkaitan dengan teknologi untuk
mempersiapkan generasi muda ke Revolusi Industri 4.0?

“Jika ingin menyiapkan generasi muda untuk menghadapi Revolusi


Industri 4.0, justru kita perlu pendekatan yang bersifat integratif”
(Samudera Fadlilla Jamaluddin, 2019). Sudah bukan jamannya merasa
bahwa jurusan saintek itu lebih baik daripada jurusan sosial humaniora
atau jurusan-jurusan lain. Di era yang berkembang dengan pesat saat ini,
semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan itu diperlukan.
Terlebih, pengelompokkan jurusan kuliah di perguruan tinggi itu sifatnya
horizontal, bukan vertikal. Sehingga, tidak ada yang lebih baik antar satu
sama lain. Semuanya penting. Bahkan mungkin untuk jurusan yang sering
diremehkan oleh orang, seperti filsafat, itu memiliki peranan yang sangat
vital dalam pengembangan peradaban kedepannya.

Pertama, satu poin yang perlu digaris bawahi adalah menyiapkan


generasi. Dengan kata lain, kita ini sedang berhadapan dengan manusia.
Kita tidak mungkin bisa mempersiapkan manusia tanpa bantuan dari
orang-orang dengan latar belakang sosial humaniora.
Kedua, permasalahan yang banyak dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini adalah permasalahan sosial. Lagi-lagi, bagaimana kita
mau menyelesaikan permasalahan sosial ini agar generasi muda kita siap
untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0.? Kita butuh orang-orang dari
antropologi, orang-orang dari jurusan Fisipol, orang-orang dari jurusan
ekonomi, untuk turut serta bahu membahu menyelesaikan berbagai
macam permasalahan yang ada.

Ketiga, teknologi itu sebenarnya diciptakan untuk siapa sih? Untuk


manusia bukan? Lalu, bagaimana mungkin teknologi bisa diciptakan tanpa
bantuan orang-orang dari latar belakang sosio-humaniora? Kita masih
perlu orang-orang yang mahir di bidang marketing, manajemen sumber
daya manusia, dan berbagai hal lainnya yang dibutuhkan agar sebuah
produk teknologi dapat sukses dan dinikmati oleh manusia. Keempat,
batasan-batasan etika. Sejauh mana sebuah teknologi dapat diterima oleh
etika dan moralitas manusia. Dalam proses pengembangannya, Anda
butuh orang-orang dari bidang filsafat untuk mengkaji hal Anda secara
mendalam. Dengan demikian, adanya teknologi ini nantinya bisa tetap
dijaga agar berada di alur yang tepat dan bersifat menguntungkan bagi
manusia, bukan sebaliknya.

Kita lihat, dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 kita justru harus
saling bahu membahu antar setiap bidang. Justru yang menjadi
pertanyaan adalah, bagaimana mungkin pola pikir seperti ini, bahwa
jurusan-jurusan SAINTEK berada di atas jurusan-jurusan lain, masih ada?
karena sesungguhnya, di era revolusi industri ini hampir semua hal itu
bisa dijual dan dijadikan uang. Dalam membahas terkait topik ini, kita
perlu untuk menggunakan perspektif yang lebih luas.

Jadi, jurusan teknologi itu sangat penting terhadap kelangsungan


revolusi industri 4.0. Namun, jurusan – jurusan lain pun sama pentingnya.
Peran generasi muda dalam revolusi industri 4.0 ini adalah sebagai
penentu. Terlepas dari apapun latar belakang pendidikan yang mereka
ambil, mereka semua memiliki peranannya masing – masing yang dapat
saling melengkapi satu sama lain.

Kejuruan yang mereka ambil tentunya menentukan masa depan


yang akan mereka hadapi nantinya. Namun semuanya kembali pada diri
mereka masing – masing, kemauan akan menjadi generasi muda yang
tidak hanya berkembang namun juga maju dalam berbagai aspek, baik itu
ketrampilan, keahlian, sikap, maupun rohani.

Era revolusi industri 4.0 ini memang sejatinya sangat erat kaitannya
dengan dunia teknologi, tapi tidak menutup kemungkinan jurusan lain pun
ikut serta dalam jalannya dunia industri saat ini. Jurusan teknologi
merupakan aspek pertama bukan aspek utama terhadap pengaruhnya
pada revolusi industri 4.0, karena jurusan – jurusan lain pun ikut
berkontribusi dan tidak kalah pentingnya dengan jurusan teknologi.
Generasi muda jangan pernah merasa sia – sia memasuki jurusan yang
tidak ada kaitannya dengan teknologi, mereka harusnya semakin
semangat mempelajari bidang mereka masing – masing dan menjadikan
jurusan mereka sama pentingnya dengan jurusan teknologi dalam revolusi
industri 4.0.

Anda mungkin juga menyukai