OLEH :
PRISMA KESUMANINGRUM
12220046
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS NAROTAMA
2020
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
1.1.................................................................................................................Latar Belakang
....................................................................................................................................... 1
1.2............................................................................................................Rumusan Masalah
....................................................................................................................................... 4
1.3..............................................................................................................Tujuan Penulisan
....................................................................................................................................... 4
1.4.............................................................................................................Metode Penulisan
........................................................................................................................................5
2.1............................................................................................................Pengertian Notaris
....................................................................................................................................... 6
2.2........................................................................................................Kewenangan Notaris
....................................................................................................................................... 6
2.3................................................................................................................Pengertian Akta
....................................................................................................................................... 7
2
3.1................Keabsahan Akta Notaris Dalam Bahasa Asing Berdasarkan Undang-Undang
Jabatan Notaris Pasal 43 UUJN ................................................................................... 9
3.2.........Akibat Hukum Tidak Terpenuhinya Syarat Keabsahan Akta Terkait Penggunaan
Bahasa Asing ............................................................................................................. 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
hukum, sehingga yang kita hadapi adalah masalah sistem penggunaan pengucapan
mental dalam bahasa tersebut.2 Hal ini dimaksudkan untuk melambangkan konsep,
gagasan, dan nilai yang berkaitan dengan pemahaman, pengakuan, dan penerapan
hukum secara linguistik. Setiap lingkungan komunitas memiliki gaya dan caranya
sendiri dalam menggunakan kekuatan Bahasa sebagai alat komunikasi.
Mempertimbangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan huruf a menyatakan bahwa
bendera, bahasa dan lambang negara, dan lagu kebangsaan Indonesia adalah alat
pemersatu, identitas dan keberadaan bangsa yang merupakan lambang kedaulatan dan
kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang tersebut
disebutkan bahwa bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Undang-undang nomor 24 tahun 2009 pasal 27 menyebutkan bahwa bahasa
Indonesia harus digunakan dalam dokumen resmi negara. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "dokumen resmi negara" antara lain surat
keputusan, surat berharga, ijazah, sertifikat, kartu identitas, surat jual beli, surat
perjanjian, putusan pengadilan.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 31 ayat (1)
disebutkan bahwa bahasa Indonesia harus digunakan dalam nota kesepahaman atau
perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia,
lembaga swasta Indonesia atau warga negara Indonesia. Dengan adanya kata wajib
sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut berarti diwajibkan tanpa syarat untuk
setiap dokumen resmi, yaitu “dokumen jual beli, surat perjanjian ...” (Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 27) dan “... Memorandum kesepahaman atau
kesepakatan ... "(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 31 ayat (1)) berbahasa
2
Sabarudin Ahmad, Sebuah Tinjauan Tentang Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Dunia Hukum’.
In; Simposium Bahasa dan Hukum; Diselenggarakan Dalam Rangka Kerjasama BPHN dan FH USU
pada tgl 25 s/d 27 Nop. 1974 di Medan/Prapat, pp. Binacipta, Jakarta. 1976 p. 96
2
Indonesia. Dalam www.artikata.com wajib artinya "harus dilakukan; tidak boleh
dilakukan". Akta notaris adalah dokumen negara yang wajib disimpan dan dipelihara
oleh notaris, karena akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan
notaris tentang segala perbuatan, perjanjian dan ketentuan yang disyaratkan oleh
undang-undang dan dikehendaki oleh para pihak yang bersangkutan (Pasal UUJN).
Sebagai dokumen negara yang memuat segala perbuatan, perjanjian dan ketentuan
yang dipersyaratkan oleh undang-undang dan diinginkan oleh pihak yang
berkepentingan (yang mewakili penutur) menggunakan bahasa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) UUJN beserta penjelasannya yaitu
standar bahasa indonesia.3
Dalam UUJN pasal 43 ayat (1) disebutkan bahwa akta dibuat dalam bahasa
Indonesia dan dalam penjelasannya disebutkan bahwa bahasa Indonesia yang
dimaksud dalam ketentuan ini adalah bahasa Indonesia yang tunduk pada standar
kalimat bahasa Indonesia. Namun pada ayat (4) disebutkan bahwa akta dapat dibuat
dalam bahasa lain yang dipahami oleh notaris dan saksi jika pihak yang
berkepentingan menghendaki sepanjang dalam Undang-undang tidak menentukan
lain, penjelasannya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "pihak yang
berkepentingan" adalah partai yang diwakili oleh pembicara.
Dalam akta notaris semua tata anatomi dan tata bahasa akta tersebut standar
dan telah ditentukan dalam undang-undang namun dalam prakteknya masih terdapat
hal-hal yang kurang tepat sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan makna ganda
atau kegagalan dalam memahami isi kemauan dan arti dari akta tersebut. Terdapat
perbedaan pemahaman yang cukup besar antara apa yang tertera dalam akta dengan
keinginan para pihak yang sebenarnya sehingga nantinya akan menimbulkan masalah
antar para pihak bahkan dapat menyeret notaris dalam hal tersebut karena keterkaitan
3
A . A Andi Prajitno, Pengetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa Notaris di Indonesia, Surabaya;
Putra Media Nusantara, 2010, hal. 28
3
dengan tanggung jawab notaris dengan keaslian akta yang dibuat, ini sangat penting
untuk ditinjau.4
Dalam penyusunan akta notaris, kepastian tata bahasa sangat penting; Hal ini
berkaitan dengan ketegasan dan kepastian untuk mendukung keaslian akta notaris itu
sendiri agar tidak menimbulkan klausul yang memiliki makna ganda, salah persepsi,
kebingungan dan keraguan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam akta yang dibuat
oleh notaris. Karena jika ada pihak yang mengaku salah paham terhadap isi akta
notaris dan sangat mengingkari akta tersebut, maka yang ditakuti adalah akta otentik
tersebut akan terdegradasi dan kekuatan pembuktiannya menjadi setara dengan akta
yang kurang baik sekalipun didukung. dengan bukti yang kuat akta tersebut dapat
dibatalkan.5
4
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif ialah suatu
prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
yang ajeg dalam penelitian hukum normative dibangun berdasarkan disiplin ilmiah
dan cara kerja ilmu hukum normatif.6
6
Johny Ibrahim,2005, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang ; Bayumedia, , hal
47
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Herlien Budiono,2013 Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan Buku Kedua,
Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 220
8
G.H.S Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), Penerbit Erlangga,
Jakarta, Hal 31
Dalam Pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris, notaris berwenang salah
satunya membuat akta otentik mengenai semua perbuatan perjanjian, dan penetapan
yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan yang dinyatakan dalam akta otentik. Dalam ayat (2) nya notaris
juga memiliki wewenang lain yaitu:
1) Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
2) Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
3) Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian
sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
4) Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya.
5) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
6) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan.
7) Membuat akta risalah lelang.
9
Sudikno Mertokusomo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty, hal 120
10
Victor M Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, 1991, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di
Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, hal. 50
7
a. Perbuatan (handeling)/perbuatan hukum (rechtshandeling); itulah pengertian yang
luas.
b. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/digunakan sebagai bukti perbuatan
hukum tersebut, yaitu berupa tulisan yang ditujukan kepada pembuktian sesuatu.
8
BAB III
PEMBAHASAN
11
Hartanti Sulihandari, Nisya Rifani, 2013, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Jakarta Timur;
Dunia Cerdas.
12
Ibid
maka jika terjadi perselisihan maka penyelesaiannya harus berdasarkan bahasa yang
disepakati (misalnya bahasa Inggris). Atau kontrak dapat dibuat dalam 2 (dua) / lebih
bahasa yang diinginkan oleh pihak-pihak yang sama-sama memiliki kekuatan. Jika
hal ini dilakukan maka harus sesuai dengan pemahaman / pemahaman tentang
substansi akad.13
Dalam Pasal 43 UUJN-P mengatur penggunaan bahasa dalam akta Notaris,
yaitu:
1) Akta harus dibuat dalam bahasa Indonesia.
2) Dalam hal pelapor tidak memahami bahasa yang digunakan dalam akta
tersebut, Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi akta tersebut
dalam bahasa yang dipahami oleh pembicara.
3) Jika para pihak menginginkan, Akta bisa dibuat dalam bahasa asing.
4) Dalam hal Akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Notaris harus
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
5) Jika Notaris tidak dapat menerjemahkan atau menjelaskannya, akta
tersebut diterjemahkan atau dijelaskan oleh penerjemah resmi.
6) Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran terhadap isi Akta sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), digunakan Akta yang dibuat dalam bahasa
Indonesia.
Pasal 43 ayat (1) UUJN - P mensyaratkan agar akta Notaris dibuat dalam
bahasa Indonesia. Penggunaan kata wajib artinya jika tidak ada implementasi akan
ada sanksi, ternyata UUJN-P tidak mengatur sanksi, artinya kewajiban tanpa sanksi
jika dilanggar. Dalam hal ini perlu dikaitkan dengan Pasal 31 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 disebutkan bahwa:
1) Bahasa Indonesia harus digunakan dalam nota kesepahaman atau
perjanjian yang melibatkan lembaga negara, lembaga pemerintah
Habib Adjie, Sjaifurrachman,. 2011. Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Akta, Bandung ;
13
Mandar Maju.
10
Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau warga negara
Indonesia.
2) Nota kesepahaman atau kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang melibatkan pihak asing juga ditulis dalam bahasa asing dan / atau
bahasa Inggris.
Baik Akta (Notaris) maupun Perjanjian harus dibuat dalam bahasa Indonesia
dan secara formalitas harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam Pasal 1320 KUH
Perdata tentang Ketentuan Hukum Perjanjian. Akta juga merupakan kesepakatan
yang dibuat berdasarkan aturan tertentu, jika semua aturan formal, matreril dan
kelahiran terpenuhi, maka akta akan mengikat orang yang membuatnya dan ahli waris
yang mendapat manfaat dari akta atau kesepakatan tersebut.14 Bahwa akta atau
perjanjian harus menggunakan bahasa Indonesia, tetapi ternyata ada akta atau
perjanjian yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia, apakah dapat dikategorikan
melanggar Pasal 43 UUJN-P (untuk akta Notaris) atau Pasal 31 Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 (untuk perjanjian pada umumnya).
Sesuai dengan ketentuan Pasal 43 UUJN-P bahwa Akta Notaris, Risalah Akta,
Salinan Akta dan Petikan Akta harus dibuat dalam bahasa Indonesia, dan hal ini juga
sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009.
Bahwa tentu saja orang yang dihadapkan pada Notaris untuk membuat akta
tidak selalu berbahasa Indonesia, bahkan mungkin hanya bahasa daerah yang ada di
Indonesia, hal ini bisa dikategorikan tidak bisa berbahasa Indonesia juga. Biasanya
Akta Notaris, Risalah Akta, Salinan Akta dan Kutipan Akta harus dibuat dalam
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam Akta Notaris, Risalah Akta,
Salinan Akta dan Akta Kutipan merupakan bagian dari aspek formal akta Notaris,
karena akta Notaris harus dibuat sesuai dengan bentuk dan tata cara yang diatur
dalam Undang-Undang ini. Sehingga Akta Notaris, Risalah Akta, Salinan Akta dan
14
Herlien Budiono,2013 Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan Buku Kedua,
Bandung: Citra Aditya Bakti
11
Petikan Akta yang tidak menggunakan bahasa Indonesia merupakan pelanggaran
aspek formal, dan pelanggaran aspek formal Akta Notaris dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam Pasal 41 UUJN - P.
Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan bahwa suatu penyebab dilarang, jika
dilarang oleh hukum, atau jika bertentangan dengan moralitas yang baik atau
ketertiban umum. Jika menggunakan ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata tentunya
akta notaris, Berita Acara Akta, Fotokopi Akta dan Petikan Akta dibuat dengan tidak
menggunakan bahasa Indonesia untuk kepentingan hukum karena melanggar salah
satu syarat obyektif yaitu sebab yang dilarang. . Jika undang-undang mengharuskan
setiap kontrak atau perjanjian (termasuk Akta Notaris, Risalah Akta, Salinan Akta
dan Akta Petikan) harus menggunakan bahasa Indonesia, maka harus diikuti. Dengan
Ancaman Batalkan Demi Hukum Jika Dilanggar.15
12
5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan.
7. Membuat akta risalah lelang.
Di dalam bukunya, Habib Adjie menjelaskan bahwa secara normatif akta
notaris yang dalam hal ini ialah minuta akta, salinan akta ataupun kutipan akta wajib
dibuat dalam bahasa Indonesia karena penggunaan bahasa Indonesia disini
merupakan aspek formal dalam pembuatan akta notaris sehingga apabila tidak
dilaksanakan maka sanksi nya ialah sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan notaris yaitu akta menjadi terdegradasi
menjadi akta dibawah tangan.16
Sehingga berdasarkan uraian diatas ialah bahwa penggunaan bahasa Indonesia
dalam akta notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan Notaris ialah syarat formil yang harus dipatuhi
notaris dalam melaksanakan pembuatan akta sehingga apabila dilanggar maka akta
yang dibuat tidak memenuhi syarat formil pembuatan akta dan atas hal tersebut maka
akta notaris tersebut dapat terdegredasi menjadi akta yang memiliki kekuatan
pembuktian dibawah tangan sebagaimana sanksi yang disebutkan dalam Pasal 41
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan Notaris. tetapi permasalahan
akta tersebut berakibat batal demi hukum ataupun dapat dibatalkan itu akan baru
muncul apabila pihak yang berkepentingan merasa dirugikan dan mengajukan
gugatan kepengadilan. Menurut Habib Adjie di dalam bukunya yang berjudul
“Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris” disebutkan bahwa Akta notaris yang batal
atau batal demi hukum ataupun mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
dibawah tangan terjadi karena tidak dipenuhinya syarat yang sudah ditentukan oleh
hukum tanpa perlunya adanya tindakan hukum dari pihak yang bersangkutan yang
berkepentingan.17
16
Habib Adjie. 2009. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama.
17
Ibid
13
14
BAB IV
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
A. A., Andi Prajitno, 2010, Pengetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa
Milik Atas Tanah. Acta Comitas: Jurnal Hukum Kenotariatan, 3(2), 280-290.
Aditama, hal.202
Bandung, p. 1592
Purnayasa, A. T. (2018). Akibat Hukum Terdegradasinya Akta Notaris yang
Tidak Memenuhi Syarat Pembuatan Akta Autentik. Acta Comitas: Jurnal Hukum
Diselenggarakan Dalam Rangka Kerjasama BPHN dan FH USU pada tgl 25 s/d 27
18