Semua transaksi yang terjadi di bursa harus atas kesepakatan, tidak ada paksaan, tidak
ada pihak atau mendzalimi didzalimi. Tidak ada unsur riba, tidak spekulatif atau
perjudian dan semua transaksi harus transparan, dilarang untuk perdagangan orang
dalam. Landasan mengenai Riba ini sudah ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ( 4 )
ayat 29 yang berarti :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil”.
Adapun yang dimaksud dengan jalan yang bathil dalam hal ini yaitu pengambilan
tambahan dari modal pokok tanpa ada imbalan pengganti (kompensasi) yang dapat
dibenarkan oleh Syar’i.
Riba secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu Riba Ad Duyun dan Riba Al Buyu’. Riba
Ad Duyun dikelompokan lagi menjadi Riba An Nasi’ah/Al Jahiliyah dan Riba Al Qardh,
sedangkan Riba Al Buyu’ dikelompokan menjadi Riba Al Fadhl dan Riba An nasa’.
Untuk bahasan lebih lengkap mengenai Riba ini akan kita bahas pada artikel selanjutnya.
Maka dari itu kegiatan usaha syariah selalu diawasi Oleh DSN. Dan seluruh aktifitas
usahanya harus sesuai dengan syariah.
2. A. tantangan dan kendala yang dihadapi dalam investasi syariah adalah konsep hasil yang
belum mampu memberikan patokan tingkat pendapatan yang pasti. Pengelolaan dana
akan dilakukan pada besaran yang sama sehingga dapat berdampak pada hasil yang
diperoleh investor. Disadari bahwa instrumen investasi syariah terbatas, sehingga
kemampuan fund manager dalam mengatur portofolionya juga harus baik. Sebab,
investasi syariah memiliki risiko yang lebih tinggi.
Prinsip kehati-hatian dalam investasi syariah sangat ditekankan disini, karena pada
dasarnya investasi syariah itu sendiri tidak diperbolehkan mdengandung unsur MAGRIB
(Maysir, Ghoror, dan Riba) dan disisi lain investasi Syariah juga tidak diperbolehkan
mengandung unsur spekulasi atau untung – untunga sehingga masih sedikitnya prosuk
perusahaan yang mmasuk dalam investasi syariah itu sendiri. Maka dari itu tingkat risiko
yang dimilikinya lebih tinggi disbanding investasi biasa.
B. Pada produk perbankan syariah juga didasarkan pada konsep bagi hasil sehingga tolak
ukur tingkat pendapatan juga tidak menentu, tergantung dari hasil laba yang dicapai.
Kemampuan pengelola atau profesionalisme pihak yang terlibat di dalamnya akan sangat
menentukan kinerja perbankan syariah.
Krisis kepercayaan yang terjadi di masyarakat terhadap bank syariah masih menjadi
polemic yang ada di Indonesia sehingga perkembangan Bisnbis bank syariah masih
belum bisa menyaingi bank konvensional. Disisi lain masih kurangnya pembelajaran
kepada masyarakat tentang transaksi bank syariah, sehingga masih banyak yang
menyamakan proses transaksi bank syariah itu sendiri dengan transaksi bank
konvensional. Bahkan ada beberapa pendapat masyarat yang menyatakan bahwa
transaksi di bank konven lebih menguntungkan dibandikan denganbank syariah. Maka
dari itu kita selaku kaum muslim harus mendukung dengan prouses pensyariahan usaha
usaha yang berbasis syariah itu sendiri sehingga nanti tidak ada lagi pertanyaan “apakah
ada bank syariah yang benar-benar syariah?”.