Anda di halaman 1dari 3

PENYEMBAHAN SEBAGAI GAYA HIDUP

AKAN MEMBAWA KEMENANGAN


SAMPAI GARIS AKHIR

Padahal Engkaulah Yang Kudus


yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel (Mazmur 22:4)

Untuk dapat bertekun dalam iman, cakap menanggung segala perkara serta setia bertahan
sampai garis akhir (Matius 24:13) tidak mungkin dicapai dengan mengandalkan kekuatan kita
sendiri. Hanya kuasa Roh Kudus yang memampukan kita untuk hidup berkemenangan. Jika
demikian, maka membangun keintiman (merenungkan firman, doa, pujian penyembahan) dan
hidup dipimpin Roh Kudus adalah hal yang teramat penting bagi kehidupan Gereja dan orang
percaya secara pribadi.

Manusia pertama diciptakan di dalam hadirat Allah, segambar dan serupa denganNya. Allah
menginginkan suatu hubungan kasih dengan manusia ciptaanNya. Manusia ditempatkan di
bumi sebagai perwakilan Allah dengan tujuan untuk memberitakan kemasyhuran NamaNya
(Yesaya 43:21). Kita memang diciptakan untuk menyembah Sang Pencipta. Itulah sebabnya
di dalam roh manusia, ada keinginan untuk menyembah. Allah Yang Kudus hadir dan
bertahta di atas pujian dan penyembahan umat-Nya. Kehadiran Allah dalam hidup kita pasti
akan membawa dampak yang supernatural karena kehadiranNya akan menyatakan sifat-sifat
Pribadi Allah bagi kita ciptaanNya (the Covenant Names of God). Secara ringkas, Tuhan
Allah adalah segala-galanya bagi manusia, apapun yang kita perlukan tersedia di dalam
hadiratNya. Melalui Yesus Kristus, Allah dapat kita sebut sebagai Bapa, suatu sebutan yang
sangat intim seperti hubungan kasih seorang bapak terhadap anaknya. Banyak sekali alasan
untuk kita memuji dan menyembah Tuhan, salah satunya adalah karena Ia baik dan kasih
setiaNya berlaku selama-lamanya (Mazmur 106:1). Tanpa kita me-ngalami sendiri kebaikan
Tuhan, kita tidak akan dapat mengatakan Dia baik. Jadi, dari pengenalan secara pribadi akan
Tuhan, barulah akan terbangun keintiman yang melahirkan penyembahan. Bapa
menghendaki penyembah yang menyembah dalam roh dan kebenaran.

Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab
keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (Yohanes 4:22).

Kita mau belajar dari perjalanan iman raja Daud yang mempunyai gaya hidup memuji
menyembah, seseorang yang berkenan di hati Tuhan. Dari sejak muda sebelum dia menjadi
raja Israel, Daud sudah membangun keintiman dengan Tuhan. Dalam kesehariannya menjaga
domba yang cuma dua tiga ekor, Daud banyak menghabiskan waktunya berada di dalam
hadirat Tuhan melalui penyembahan. Daud sering kali mengalami pertolongan dari surga
yang begitu nyata karena hadirat Tuhan selalu menyertainya.
Tetapi Daud berkata kepada Saul: Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba
ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari
kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari
mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu
menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu
ini ( 1 Samuel 17:34-36a).

Dari semua anak-anak Isai, Daud adalah anak ke 8, sebagai yang bungsu. Walaupun ke tujuh
anak-anak Isai secara penglihatan manusia lebih pantas dan memenuhi syarat, tetapi Tuhan
sudah memilih Daud untuk menjadi raja menggantikan Saul bahkan di saat Saul masih
memegang jabatan raja. Mengapa? Karena Tuhan mengenal Daud melalui keintiman yang dia
bangun dalam pujian dan penyembahannya. Ketika Saul mati dan Daud akhirnya diangkat
menjadi raja atas seluruh Israel, dia membawa Tabut Tuhan dari rumah Obed-Edom ke kota
Daud (2 Samuel 6:12). Daud menyadari betul bahwa tanpa hadirat Tuhan dalam kehidupan
dan dalam pemerintahannya, maka semua usaha yang dilakukannya akan sia-sia. Di luar
Kristus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Harga yang harus dia bayar utuk membawa Tabut
itu kembali adalah mahal. Karena pengenalan Daud akan Tuhan yang didasari hubungan
kasih, maka Daud rela membayar harganya.

Apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia
mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. Dan Daud menari-nari di
hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. Daud dan seluruh
orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala (2
Samuel 6:13-15).

Dia bahkan rela menghinakan dirinya lebih lagi untuk menari-nari bersama para budak
perempuan dengan sekuat tenaga memuji menyembah Allah Israel ketika Mikhal, istrinya
memandang rendah kepadanya. Daud sangat tahu diri : bahwa Tuhan selalu menyertai
seluruh hidupnya sampai dia dipilih menjadi raja Israel itu hanya karena anugerah kemurahan
hati Tuhan. Daud merasa dirinya berhutang penyembahan di hadapan Tuhan Semesta Alam.
Sikap penyembahan yang tulus seperti ini sangat menyukakan hati Tuhan.

Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya,


janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena
kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa
ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,
keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman
TUHAN” (Yeremia 9:23-24).

Selama 33 tahun pemerintahan Daud sebagai raja, dia memerintahkan para imam untuk
menaikkan pujian dan penyembahan di sekeliling Tabut Tuhan di Tabernakel Daud yang
dibuatnya selama 24 jam dalam sehari, artinya tidak pernah berhenti menaikkan pujian dan
penyembahan untuk Tuhan. Tabernakel Daud dibuat sangat sederhana tanpa sekat pemisah
(beda dengan Tabernakel Musa) di mana Tabut Tuhan diletakkan di tempatnya di dalam
kemah yang dibentangkan Daud (2 Samuel 6:17).
Dan terbukti, sejak Tabut Tuhan kembali ke Yerusalem, maka ha-dirat Tuhan membawa
dampak yang luar biasa bagi kehidupan Daud dan bangsa Israel. Mereka selalu meraih
kemenangan dalam peperangan menghadapi musuh, mengangkat martabat pemerintahannya
(2 Samuel 5:12), Tuhan mengaruniakan keamanan terhadap semua musuhnya di sekeliling (2
Samuel 7:1), membuat nama Daud menjadi besar (2 Samuel 7:9), mengokohkan keluarga dan
kerajaannya untuk selama-lamanya (2 Samuel 7:16).
Kalau kita menyadari betapa pentingnya gaya hidup yang memuji dan menyembah seperti
Daud, maka kita tidak akan menganggap itu sebagai hal yang membuang waktu. Pengenalan
kita akan Tuhan justru membuat kita selalu rindu memuji menyembah dan berada di
hadiratNya. Dalam penyembahan, hadirat Tuhan akan membakar sifat kedagingan kita
(seperti daging persembahan korban bakaran dan korban sembelihan yang terbakar) yang
akan membuat kita semakin serupa dengan karakter Kristus. Ingat, awal penciptaan manusia
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah adalah di dalam hadiratNya.
Keintiman yang didasari kasih yang tulus akan membuat Tuhan menyatakan DiriNya bagi
kita, beberapa di antaranya :

1. KehadiranNya akan meruntuhkan kuasa roh jahat (Mazmur 149:6-9; 2 Korintus 10:4;
Mazmur 8:3; 1 Samuel 16:23).
2. KehadiranNya memberikan kemenangan karena Allah yang berperang bagi kita (2
Tawarikh 20:21-22) termasuk menang ketika di proses Tuhan (1 Samuel 24:6-7).
3. KehadiranNya sebagai perlindungan, kekuatan dan keselamatan kita (Mazmur 62:7).
4. KehadiranNya akan memberi pewahyuan dan menuntun langkah kita (2 Raja-Raja 3:15-
19).
5. KehadiranNya melepaskan kita dari belenggu (Yeremia 20:13; Kisah Rasul 16:23-26),
menyembuhkan (Markus 7:26-30).
6. KehadiranNya mendatangkan penuaian jiwa-jiwa dan berkat pemulihan yang melimpah
(Amos 9:11-15; Kisah Rasul 15:16-17).

Raja Daud adalah manusia biasa sama seperti kita, penuh dengan berbagai kelemahan. Tetapi
berbeda dengan Saul dan Salomo, gaya hidup yang memuji menyembah yang didasari kasih
dan pengenalannya akan Tuhan telah terbukti membawa raja Daud untuk selalu
berkemenangan dan memampukan dia bertahan setia sampai akhir.
Bagaimana dengan kita ?

Anda mungkin juga menyukai