Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia bisa
menimbulkan gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umumnya dialami
penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas. Pneumonia juga
dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada kondisi ini, infeksi menyebabkan peradangan
pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya,
alveoli bisa dipenuhi cairan atau nanah sehingga menyebabkan penderitanya sulit
bernapas. (dahlan, 2014)
B. Klasifikasi
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik
ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan
infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin
mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
a. Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”.
b. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
C. Etiologi
Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi berdasarkan
kuman penyebab yaitu :
1. Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia.
Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu Streptococcus
pneumonia, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus.
3. Pneumonia virus. Virus yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak
yaitu Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus
(RSV) dan Cytomegalovirus.
E. Patofisiologi Pneumonia
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan
bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang
berisi eksudat 12 dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung lama
sehingga dapat menyebabkan atelektasis (Manurung dkk, 2009:94-95).
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme di paru banyak
disebabkan dari inflamasi yang dilakukan oleh penjamu. Selain itu, toksin yang
dikeluarkan bakteri pada pneumonia, bakteri dapat secara langsung merusak sel-sel
sistem pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan sel alveolar tipe II.
Pneumonia bakteri mengakibatkan respons imun dan inflamasi yang paling
mencolok, yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus
(Corwin, 2009: 541-542).
Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber yang dipaparkan diatas,
peneliti menggunakan pendapat dari penulis Manurung dkk sebagai acuan
pembandingan hasil dengan teori saat membahas data yang dikumpulkan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (missal : bronchial, lobar) luar abses atau inflarate empyema
(stapilococcus) dan penyebaran inflarate
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA tidak normal tergantung pada luar paru
yang sakit
3. JDL Leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun
4. LED Meningkat
Terjadi hipoksia, Volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat