RINA GUSTIKA
1710024428032
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Perancangan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
Laboratorium BX Dinas Y Kota W”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.
Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang. Terselesaikannya tugas akhir ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang;
2. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan arahan, petunjuk dalam penyelesaian tugas akhir ini;
3. Ibu Neli Ayu M, S.Pd selaku staf Prodi Teknik Lingkungan yang telah banyak
memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada kami dalam penyusunan
tugas akhir ini;
4. Bapak Andril Arafat, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing 1 Pembimbing Tugas
Akhir yang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral,
spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas
akhir ini;
5. Ibu Tri Ernita, ST, MP selaku Dosen Pembimbing 2 Tugas Akhir yang telah
meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini;
ii
6. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat
penulis katakan, baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung
penyelesaian tugas akhir ini;
7. Teman-teman se-angkatan Teknik Lingkungan Transfer 2017 yang telah
banyak memberikan bantuan, perhatian, pengertian dan dorongan dalam
pembuatan Tugas Akhir ini
8. Teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna
untuk itu kritik dan saran sangat Penulis harapkan untuk kebaikan di masa yang
akan datang, dan demi perkembangan ilmu pengetahuan. Atas kritik dan saran
yang membangun Penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah................................................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 6
2.2 Landasan Teori..................................................................................................... 12
2.2.1 Perancangan ............................................................................................... 12
2.2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) .............. 13
2.2.2.1 Sistem ............................................................................................ 13
2.2.2.2 Manajemen .................................................................................... 13
2.2.2.3 Keselamatan Kerja......................................................................... 13
2.2.2.4 Kesehatan Kerja ............................................................................. 14
2.2.2.5 Kecelakaan Kerja........................................................................... 15
2.2.2.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) ........................................................................................ 16
2.2.3 Laboratorium dan Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........ 17
2.2.4 Manajemen Risiko pada SMK3 ................................................................. 18
2.2.5 Identifikasi Bahaya .................................................................................... 20
2.2.5.1 Bahaya (Hazard) ........................................................................... 21
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
ABSTRACT
Occupational Safety and Health System (OSHS) is management system which
manage how to apply Occupational Safety and Health (OSH) in a
company/institution. BX Laboratory Has 4 units, they are Cassia laboratory,
essential oil laboratory, Standard Indonesian Rubber (SIR) laboratory, and
calibration laboratory. In implementation, this laboratory has not a standard
reference for OSH. In the past 20 years, (1999-2018) it was happened many
accidents. thus causing it to be necessary the improvement about OSH case. The
purpose of research are to identification of OSH case in the BX laboratory and to
do OSHS design in the BX laboratory. This research methods are observations,
interviews, and questionnaire distribution. The questionnaire is contain OSH
condition and work accidents which is happened in the past 20 years at BX
laboratory. Research data were processed using the Hazard Identification and
Risk Assessment (HIRA) method in accordance with the OHSAS (Occupational
Health and Safety Assessment Series) 18001: 2007. Based on the research that
has been done, it can be concluded that the laboratory unit that has the highest
accident rate is the SIR laboratory where the identified activities pose the most
danger, namely the process of heating the sample with high temperature using
hazardous chemicals, which is caused by a lack of caution and minimal use of
personal protective equipment. For the design of OSHS, a number of work
programs are made that are expected to minimize work accidents in the BX
laboratory.
melakukan pengujian hasil bumi lain seperti minyak pala, cassia vera (kulit
manis), pinang dan lain sebagainya. Pada pengujian karet banyak menggunakan
bahan kimia dan sumber panas begitu juga pada pengujian hasil bumi lainnya.
Data 20 tahun terakhir (1998-2018) menunjukkan banyaknya kasus kecelakaan
kerja yang terjadi di laboratorium BX.
Beberapa kecelakaan kerja yang cukup parah ditampilkan pada lampiran
1 Pada tahun 1996 ada kejadian salah satu analis laboratorium mengalami tangan
tergunting akibat menggunting lembaran contoh karet tanpa menggunakan sarung
tangan, pada tahun 1997 pada saat melakukan pengujian kadar kotoran pada
contoh uji karet tangan salah satu analis terkena piringan baling-baling kipas
angin yang sedang menyala dan tidak berpengaman yang menyebabkan tangan
analis terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit, akan tetapi penanganan dari
pihak kantor/laboratorium belum efektif dimana analis harus mengurus
penanganan kecelakaan dan pergi ke rumah sakit sendiri. Kejadian yang lebih
baru terjadi di tahun 2018, dimana banyak analis yang terpapar bahan kimia
berbahaya yang disebabkan oleh kelalaian seorang analis yang melakukan
pengujian destruksi pada contoh karet di dalam lemari asam akan tetapi lupa
menghidupkan exhaust fan, sehingga banyak analis yang terkena gangguan
pernafasan dan batuk-batuk.
Dari beberapa kecelakaan kerja yang terjadi tersebut penyebab yang
umum terjadinya kecelakaan adalah karena kelalaian analis dalam bekerja serta
tidak adanya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan pekerjaan.
Disamping itu kecelakaan yang terjadi tidak tercatat, dan terdokumentasikan
sehingga tidak ada proses identifikasi dan pengendalian bahaya yang dilakukan
oleh pihak laboratorium. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dan perancangan
Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan Kerja (SMK3) di laboratorium ini,
sehingga dapat meminimalisir resiko kecelakaan kerja dan proses kecelakaan
kerja dapat langsung dimonitoring dan diketahui oleh kepala laboratorium
langsung.
4
I.5 Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi penyebab permasalahan Kesehatan dan keselamatan Kerja
(K3) yang terjadi di Laboratorium BX;
2. Membuat rancangan Sistem Manajemen Kesehatan dan keselamatan Kerja
(SMK3) yang dapat di dilaksanakan oleh seluruh staf laboratorium dan dapat
dipantau oleh kepala laboratorium.
I.6 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Praktis
Penelitian ini dapat memberikan masukan berupa saran-saran serta
sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan dan perumusan kebijaksanaan
kepada manajemen di bidang SMK3.
2. Teoritis
Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar S1, selain itu
diharapkan Penulis dapat menerapkan metode atau ilmu yang telah diperoleh
selama proses perkuliahan serta mampu melatih kemampuan dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada serta mencari penyelesaiannya.
3. Akademis
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan sarana dalam menambah
wawasan dan pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
manusia, maupun material. Agar kecelakaan dan potensi bahaya dapat diketahui
dengan cepat oleh semua orang yang bekerja disana terutama atasan langsung
maka dibuatlah suatu sistem informasi dan pelaporan yang bernama Sistem
Informasi UPI K3 yang dapat melaporkan setiap kecelakaan yang benar-benar
terjadi. Pembuatan program UPI K3 menggunakan program notepad++ dan
dibantu dengan adobe dreamweaver untuk pembuatan tampilannya dengan
bahasa pemprograman PHP. MYSQL digunakan untuk menyimpan data. Dengan
adanya website ini diharapkan semua orang dapat mengetahui potensi bahaya
pada setiap bengkel /lab dan mempermudah dalam pelaporan kecelakaan.
Penelitian Rachmat Imam Santoso, dkk (2016) meneliti tentang “Analisis
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pendekatan Faktor
Kesalahan Manusia di PT. khalifah Niaga Lantabura” berdasarkan metode
Likelihood Consequence Analysis dan metode HIRA (Hazard Identification Risk
Assesment) maka penelitian ini menunjukkan bahwa stasium kerja yang paling
kritis yaitu stasiun kerja cutting dengan skor 37, dengan identifikasi bahaya
terkena mata pisau, terkena mesin gerinda potong, gangguan pernapasan dan
terkena panas dari alat las plasma. Selain itu, Hasil dari perhitungan Risk Rating
Number ditemukan nilai tertinggi dengan skor 16. terdapat pada jenis kegiatan
proses pemotongan menggunakan gerinda dengan potensi bahaya terkena mesin
gerinda potong, Dan tabel HIRA menampilkan hasil dari keseluruhan rangkaian
dari identifikasi bahaya, dimana potensi bahaya terkena mesin gerinda potong
menjadi proiritas utama.
Selanjutnya Utomo et.al, (2016) dalam jurnalnya yang berjudul “Usulan
Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institut Teknologi
Nasional (Studi Kasus : Laboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin)
menyatakan bahwa belum diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di ITENAS menyebabkan masih banyaknya kecelakaan kerja
yang terjadi saat praktikum, apalagi tidak adanya proses pencatatan jenis, jumlah
dan kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil perancangan sistem manajemen K3 oleh
Anisa Meilanda Utomo et.al, (2016) yang menjadi penyebab timbulnya potensi
bahaya di Laboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin ITENAS yaitu
8
kimia dalam
laboratorium-
labratorium
akademik.
mengetahui potensi
bahaya pada setiap
bengkel /lab dan
mempermudah
dalam pelaporan
kecelakaan.
terkena mesin
gerinda potong.
standar operasional
prosedur dan
manual prosedur.
Selain itu
Laboratorium
Teknik Produksi
Jurusan Teknik
Mesin ITENAS
harus melengkapi
alat pelindung diri.
2. Sistem manajemen
K3 dapat
meningkatkan
keselamatan dan
kesehatan kerja di
Laboratorium
Teknik Produksi
Jurusan Teknik
Mesin ITENAS
serta mencegah.
2.2.2.2 Manajemen
Menurut Koontz dan Cyril O‟donnel (1966) Manajemen adalah usaha
untuk mencapai/menggapai tujuan tertentu melalui kegiatan/usaha orang lain.
Sedangkan menurut R. Terry (2014), Manajemen adalah suatu proses unik dan
khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, serta
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan guna menentukan arah serta
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui pemanfaatan Sumber
Daya manusia (SDM) serta sumber daya lain. Jadi dengan kata lain manajemen
adalah strategi untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan.
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Jadi kesehatan kerja adalah
pemastiaan kondisi fisik dan mental setiap orang yang berpartisipasi dalam
kegiatan/pekerjaan berada dalam kondisi produktif sehingga dapat melakukan
pekerjaan dengan kondisi dan hasil yang diharapkan.
sehingga tempat kerja sangat panas, pekerja di tangga menghapus keringat dari
matanya dan menjatuhkan bor, bor jatuh ke mesin pengolahan.
d. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja. Suhu,
kelembaban, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh
faktor lingkungan.
e. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan produk
samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap.
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
kimia termasuk gas. Respirator harus dibersihkan secara rutin, disanitasi, dan
dilakukan perawatan.
d. Transfer Risiko
Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mentransfer
risiko tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut.
Sebagai contoh, kita bisa membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan,
perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
e. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai
contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di
bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu cara kita mengendalikan
risiko kebakaran.
f. Pendanaan Risiko
Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana „mendanai‟ kerugian yang
terjadi jika suatu risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana
menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah
menggunakan dana cadangan? Isu semacam itu masuk dalam wilayah pendanaan
risiko.
b.Tingkat pendidikan
Pendidikan menjadi faktor utama dalam membentuk pola pikir sesorang,
disamping pengalaman kerja tingginya tingkat pendidikan mempengaruhi
seseorang dalam menghadapi situasi bahaya dan pengambilan keputusan.
Disamping pendidikan formal, pendidikan informal seperti pelatihan-pelatihan
terutama yang berkaitan dengan K3 memberikan dampak positif bagi pekerja,
dimana dengan adanya pelatihan-pelatihan tersebut para pekerja dapat lebih
mengetahui dan memahami manfaat dari penerapan K3 dan bagaimana cara
menghadapi situasi bahaya.
c.Tingkat kelelahan
Tingkat kelelahan menjadi indikator utama penyebab kecelakaan kerja.
Pekerja yang memiliki tingkat kelelahan yang tinggi berpotensi untuk mengalami
kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan pekerja yang tingkat kelelahan
rendah atau bekerja dalam kondisi fit. Untuk itu diperlukan kesadaran dari pekerja
dalam menjaga kesehatan dan keselamatannya bekerja sehingga dalam bekerja
tidak membahayakan dirinya dan orang lain, disamping itu pihak
instansi/perusahaan diharapkan lebih perhatian dan peduli pada keselamatan dan
kesehatan para pekerja, untuk mendukung hasil pekerjaan yang lebih baik dan
produktif.
2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions).
A. Lokasi/tempat kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup/terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki pekerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya (UU no.1 tahun 1970). Lokasi menjadi faktor penting penyebab resiko
terjadinya kecelakaan kerja, pekerja yang bekerja diketinggian lebih beresiko
terkena bahaya dibandingkan pekerja yang bekerja dalam suatu ruangan
terbuka/tertutup. Pekerja yang bekerja di daerah yang memiliki radiasi tinggi lebih
berpotensi menimbulkan bahaya dibandingkan pekerja yang bekerja di daerah
yang tidak memiliki radiasi atau minim radiasi.
B. Peralatan/perlengkapan
23
2. Dampak (Consequence)
Tingkat keparahan yang mungkin disebabkan oleh kecelakaan tersebut. Penilaian
risiko kemungkinan atau Likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang
terjadi sampai dengan risiko yang terjadi setiap saat (AS/NZS 4360, 2004). Dapat
dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini :
25
Keterangan :
Rare/Sangat Jarang (SJ) : Terjadi 1 kali dalam masa lebih dari 1
tahun/periode yang ditentukan.
Unlikely/Jarang (J) : Bisa terjadi 1 kali dalam 1 tahun/periode.
Posibble/Cukup Sering (CS) : Terjadi 1 kali dalam 1 bulan, peluang terjadi
cukup sering untuk 1 kali periode.
Likely/Sering (S) : Terjadi 1 kali dalam 1 minggu, sering untuk 1 kali
periode.
Almost certain/Sangat Sering (SS) : Terjadi hampir setiap hari/setiap
kegiatan.
Keterangan:
Tidak ada cidera : Terjadi insiden kecil atau diserta kerugian material nihil
sampai dengan sangat kecil (Rp. 0 s/d Rp. 50.000) per orang.
Cidera ringan : Terjadi kecelakaan dan dibutuhkan tindakan P3K setempat,
atau diserta kerugian materi sedang (Rp.50.000 s/d Rp.
100.000) per orang.
Cidera sedang : Terjadi kecelakaan dan dibutuhkan bantuan tenaga medis
(berobat jalan), atau diserta dengan kerugian materi cukup
besar (Rp. 100.000 s/d Rp. 400.000) per orang.
Cidera berat : Terjadi kecelakaan dan dibutuhkan perawatan inap di rumah
sakit, atau diserta dengan kerugian materi besar (Rp. 400.000
s/d 10.000.000) per orang sehingga menghambat proses
produksi.
Fatal :Terjadi kecelakaan yang menimbulkan cacat tetap atau
kematian, atau disertai dengan kerugian materi yang sangat
besar (> Rp. 10.000.000) per orang dan dapat menghentikan
seluruh kegiatan proyek.
5 H H E E E
4 M H H E E
3 L M H E E
2 L L M H E
1 L L M H H
Keterangan :
E Ekstrim Risk, tidak dapat ditoleransi sehingga perlu
penanganan dengan segera
H High Risk, risiko yang tidak diinginkan, hanya dapat diterima
jika pengurangan risiko tidak dapat dilaksanakan sehingga
perlu perhatian khusus dari pihak manajemen.
M Moderate Risk, risiko yang dapat diterima namun memerlukan
tanggung jawab yang jelas dari manajemen
L Low Risk, risiko yang dapat diatasi dengan prosedur rutin.
d. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi di lingkungan
tempat kerja;
e. Bahaya–bahaya yang terjadi disekitar tempat kerja hasil aktifitas kerja yang
terkait dalam kendali organisasi;
f. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lain;
g. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi aktivitas-
aktivitas atau material;
h. Modifikasi sistem manajemen K3 termasuk peraturan sementara dan
dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas;
i. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko
dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan
j. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi, prosedur
operasional dan organisasi kerja termasuk adaptasinya kepada kemampuan
manusia.
Nilai
Level
Jenis Potensi Keparahan Frekuensi/Peluang Risiko
No. Resiko
Kegiatan Bahaya Bahaya
Kategori Nilai Kategori Nilai
5. Penyusunan Proposal
Penelitian
6. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
7. Seminar Proposal
8. Perbaikan proposal
9. Pengambilan Data
Lapangan
10. Pengolahan Data dan
Pembahasan
11. Seminar Hasil
3. 4 Tahapan Penelitian
Adapun tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai
berikut:
1. Identifikasi masalah serta rumusan masalah
Pada tahap ini Penulis berusaha menemukan masalah serta merumuskannya.
2. Studi Literatur
Pada tahapan studi literatur Penulis berusaha mencari panduan pemecahan
masalah dari masalah yang telah diidentifikasi, untuk selanjutnya dilakukan
hipotesa awal.
3. Hipotesa Awal
4. Pengambilan Data Awal
Data awal diperlukan untuk menentukan seberapa besar masalah yang akan
diteliti serta kemungkinan akan terjadi lagi. Data diperoleh dari wawancara
35
i. Nilai Risiko
Untuk menghitung besarnya nilai risiko yang dihasilkan dari sumber bahaya
dapat diperoleh dengan rumus :
.........(1)
Diketahui :
RRN = Risk Rating Number
LO = likelihood of occurance atau contact with hazzard (Frequency)
DPH = Degree of possible harm (severity)
j. Prioritas Risiko
Untuk menentukan prioritas risiko dapat menggunakan peta prioritas risiko di
bawah ini.
Tabel 3.4 Peta Prioritas Risiko
RRN Prioritas
1 s/d 3 Prioritas paling rendah
Dari tabel di atas maka indeks risiko bahaya dapat ditentukan dengan
menggabungkan/mengkombinasikan tingkat kegawatan yang dapat terjadi
maupun dari tingkat frekuensi bahaya dan risiko yang ditimbulkan (Utomo :
2016).
4. Langkah awal dalam perencanaan K3 yaitu menentukan tujuan dan sasaran dari
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), berikut
program kerja yang menunjang SMK3.
5. Dibuatkan rekomendasi yang tepat dan sesuai untuk perancangan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di laboratorium BX.
Penyebaran Kuisoner
Perancangan SMK3
Pembahasan
Selesai
4.1 Umum
Data penelitian yang diperoleh dari kuisoner berupa data kecelakaan
kerja, dan dikumpulkan dalam bentuk tabel seperti pada lampiran 2. Berdasarkan
hasil kuisoner pada Lampiran 2 tentang perencanaan K3 didapatkan bahwa dari 15
responden, 10 orang responden memberikan jawaban sangat tidak setuju
mengenai keadaan K3 di laboratorium BX, 1 orang menyatakan satu orang netral
dan 4 orang menyatakan tidak setuju. Hal ini menjadi pertimbangan lebih lanjut
untuk melakukan perancangan SMK3 karena mayoritas responden menyatakan
Kondisi K3 di laboratorium BX perlu diperbaiki dan perlu diadakannya SMK3
karena belum ada sistem yang secara khusus mengatur tentang K3 di laboratorium
BX.
Tahun : 1999-2018
RISK
IDENTIFIKASI BAHAYA LIKELIHOOD CONSEQUENCE BOBOT
RATING
A. LABORATORIUM CASSIA
a) Terhirup zat/bahan
kimia Rare Mayor High 4
b) Reaksi alergi pada kulit Possible Moderate High 9
c) Kesetrum Unlikely Mayor High 8
d) Rabun atau sakit mata Rare Mayor Medium 4
e) Batuk-batuk dan bersin Unlikely Minor Low 4
f) Terpeleset Unlikely Moderate Medium 6
44
Dari tabel 4.1 bagian A. terlihat bahwa faktor resiko yang paling tinggi
terjadi pada kecelakaan alergi pada kulit dengan bobot 9. Diikuti dengan kesetrum
dan terbakar. Dengan bobot 8. Laboratorium Cassia adalah laboratorium yang
sehari-hari melakukan pekerjaan dalam pengujian kayu manis, baik kayu manis
yang berupa kulit, batang, bubuk, maupun kayu manis sisa-sisa hasil pemotongan.
Kayu manis (Cassia Indonesia) ini bersifat aromatik (berbau yang khas), dan
bersifat panas di kulit jika tersentuh, sehingga dapat menyebabkan reaksi alergi
jika tersentuh atau terhirup langsung. Hal inilah yang menjadi penyebab banyak
terjadi kasus alergi di laboratorium cassia ini.
Untuk kecelakaan akibat kesetrum disebabkan karena adanya perbaikan
dan penambahan daya dari listrik di laboratorium BX sendiri, yang awalnya
terjadi ketidakstabilan pada daya listrik tersebut sehingga menyebabkan tegangan
46
tinggi dan banyak analis yang kesetrum disamping faktor lain seperti musim
hujan, dan tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja.
Kecelakaan berikutnya yang cukup tinggi di laboratorium cassia yaitu
terbakar. Terbakar disini terjadi pada pengujian kadar abu cassia yang
menggunakan sistem pembakaran yang berulang dan suhu yang tinggi.
Kecelakaan disebabkan karena kelalaian analis yang tidak menggunakan APD
tanpa sadar menyentuh wadah pengujian kadar abu yang masih sangat panas.
Sedangkan kecelakaan paling sedikit disebabkan oleh kecelakaan karena mual
atau pusing disebkan karena di laboratorium cassia penggunaaan bahan kimia
tidak terlalu banyak dan resiko yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya.
Pada tabel 4.1 bagian B yaitu pada laboratorium minyak atsiri resiko
kecelakaan paling besar disebabkan oleh kecelakaan akibat reaksi alergi pada kulit
dan kesetrum dengan bobot sama-sama 12. Laboratorium minyak atsiri biasanya
diperuntukkan untuk pengujian berbagai macam minyak atsiri seperti minyak
pala, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak sereh dan lain-lain. Selain
minyak atsiri laboratorium ini juga melakukan pengujian hasil bumi lain seperti
pinang, gambir, kopi, dan kakao. Pada laboratorium minyak atsiri pengujiannya
banyak menggunakan bahan kimia yang berbau menyengat seperti alkohol, etil
asetat, dan sebagainya. Bahan-bahan kimia ini menjadi penyebab reaksi alergi
pada kulit seperti terbakar, gatal-gatal dan sebagainya, selain itu senyawa etil
asetat sangat berbahaya jika terhirup langsung.
Kecelakaan kedua akibat kesetrum memiliki faktor penyebab yang
hampir sama dengan di laboratorium cassia yaitu adanya ketidakstabilan pada
daya listrik akibat adanya perbaikan, penggantian instalasi listrik. Sedangkan
untuk resiko kecelakaan kerja yang paling sedikit disebabkan oleh kecelakaan
kerja akibat terpeleset dan terkena pecahan kaca. Kecelakaan kerja akibat
terpeleset disebabkan karena adanya kebocoran yang terjadi pada atap
laboratorium sehingga pada saat hujan air masuk ke dalam ruangan laboratorium
dan menetes hingga berhari-hari. Ketika karyawan sedang bekerja tanpa sadar
mereka melewati genangan air tersebut sehingga menyebabkan kecelakaan.
Meskipun genangan tersebut telah dibersihkan air masih selalu merembes dari
47
atap, akan tetapi hal ini sudah ditangani oleh dinas terkait sehingga tidak ada lagi
kebocoran, begitupun halnya dengan masalah listrik telah berhasil ditangani oleh
dinas terkait.
Kecelakaan berikutnya yang paling sedikit terjadi disebabkan oleh
terkena pecahan kaca dimana hal ini terjadi karena analis tidak sengaja
memecahkan salah satu alat gelas dan ketika akan membersihkan kurang hati-hati
sehingga analis tersebut mengalami kecelakaan karena terkena pecahan kaca
tersebut.
Kecelakaan kerja pada laboratorium karet/SIR seperti yang ditampilkan
pada tabel 4.1 point c menujukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja yang paling
tinggi pada laboratorium karet/SIR disebabkan oleh terhirup zat atau bahan
kimia dengan bobot 16 diikuti dengan kecelakaan akibat paparan suhu tinggi
dengan bobot 15. Laboratorium karet/SIR dalam kegiatannya bertugas untuk
melakukan pengujian karet/SIR yang telah diolah dalam bentuk lembaran-
lembaran. Lembaran-lembaran ini dalam pengujiannya dilakukan berbagai
perlakuan seperti penggilingan, pengempaan, pencairan/pelelehan, pemanasan
dengan bahan kimia dengan suhu tinggi, pembakaran, dan pemotongan.
Kecelakaan kerja akibat terhirup zat atau bahan kimia disebabkan karena
ketika melakukan pengujian analis kurang teliti sehingga lupa menghidupkan
lemari asam sehingga karyawan lain yang bekerja disekitar analis tersebut tanpa
sadar menghirup asap dari pembakaran sampel karet dengan asam kuat. Akibat
kejadian tersebut banyak karyawan yang sakit, mual-mual dan batuk-batuk. Faktor
lain juga disebabkan karena kurangnya komunikasi antar analis dan tidak adanya
penggunaan APD lengkap. Berikutnya kecelakaan kerja akibat paparan suhu
tinggi, dimana laboratorium karet/SIR adalah laboratorium yang paling banyak
menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi sehingga analis dan karyawan yang
sedang bekerja sangat rentan mengalami kecelakaan seperti terbakar, tersiram
larutan karet dan bahan kimia berbahaya, terpercik, serta terkena uap panas dari
larutan senyawa berbahaya. Faktor penyebab kecelakaan banyak disebabkan
karena kurangnya penggunaan APD serta karena faktor kelelahan disebabkan
karena pengujian karet memiliki rentang waktu pengerjaan yang cukup lama
48
(h), (i)Pemanasan karet dengan suhu tinggi (j) Pengujian abu karet/SIR
Gambar 4.3 Kegiatan Kerja di di unit laboratorium SIR Laboratorium BX
51
Terbakar
7. Proses pemanasan dengan oven
Berdasarkan dari tabel 4.2 terlihat bahwa potensi bahaya yang paling
sering terjadi pada hampir semua kegiatan yaitu terbakar dan terpapar suhu
tinggi. Ini menunjukkan di laboratorium karet/SIR sangat banyak menggunakan
suhu yang tinggi dalam tiap-tiap pengujiannya, yang menjadikannya lebih
beresiko dibandingkan unit-unit laboratorium lainnya. Hal ini disebabkan karena
sifat dan kondisi karet itu sendiri yang hanya bisa dilakukan perlakuan dan
pengolahan setelah menggunakan suhu tinggi.
Potensi Severity
No Jenis Kegiatan Uraian Bahaya
Bahaya Category Score
Proses
Tergiling Luka berat, Resiko tangan
penggilingan
1. gilingan tergiling, perlu II 3
contoh yang akan
karet penanganan medis
diuji
Proses
pemotongan
Luka sedang,
contoh karet Terkena
2. membutuhkan perawatan III 2
dengan mata pisau
medis
gunting/mata
pisau
Proses
Tangan Luka sedang, memerlukan
3. pengempaan III 2
terjepit penanganan medis.
contoh
53
Proses
Luka berat, keracunan,
pembuatan Terhirup
4. memerlukan perawatan II 3
bahan/senyawa bahan kimia
medis
kimia
Proses
pemanasan
contoh dengan
Terpapar Luka berat, memerlukan
5. suhu tinggi II 3
suhu tinggi penangan medis.
menggunakan
bahan kimia
berbahaya
Proses
Luka bakar (berat),
penyaringan Terbakar
6. memerlukan penanganan II 3
larutan karet pada
medis
suhu tinggi
Proses
Terbakar Luka sedang, memerlukan
7. pemanasan III 2
penanganan medis
dengan oven
Terpapar
Proses pengujian suhu tinggi Luka sedang-berat,
8. nitrogen dengan dan terpapar memerlukan penanganan II 3
tekanan tinggi bahan medis.
berbahaya
Proses
Luka bakar (berat),
pembakaran Terpapar
9. memerlukan penanganan II 3
dengan suhu suhu tinggi
medis.
tinggi
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa hampir semua kegiatan memiliki skor 3,
yang berarti semua kegiatan tersebut beresiko tinggi menyebabkan penyakit akibat
kerja, dan menyebabkan kerusakan pada sistem yang cukup berat. Hal ini
disebabkan karena semua kegiatan tersebut berhubungan dengan panas dan suhu
54
yang tinggi. Sedangkan 3 kegiatan lagi memiliki skor 2 yang berarti menyebabkan
kecelakaan sedang dengan luka ringan dan kerugian sebagian sistem pengujian,
salah satu kegiatannya yaitu proses penggilingan contoh yang akan diuji. Pada
proses ini tingkat kecelakaan sudah bisa diperkirakan oleh pekerja dikarenakan
yang melakukan proses penggilingan hanya 2 orang petugas yang ditunjuk, dan
kegiatan satu kali untuk satu rangkaian pengujian karet/SIR.
Frekwensi Frekwensi
No. Jenis Kegiatan
Kejadian Level Score
-
7. Proses pemanasan dengan oven D 2
Frequency
Severity Risk Rating
No. Jenis Kegiatan Score
Score Number
Berdasarkan tabel 4.5 di atas nilai resiko yang paling tinggi terdapat
pada kegiatan pemanasan cuplikan dengan suhu tinggi menggunakan bahan kimia
berbahaya yaitu 12. Dengan nilai tingkat keparahan yang tinggi ,dan nilai
frekwensi paling tinggi kegiatan ini juga merupakan kegiatan dengan nilai resiko
paling besar. Sedangkan kegiatan dengan nilai resiko paling rendah terdapat pada
kegiatan pengempaan sampel dan pemanasan dengan oven karena nilai tingkat
keparahan dan frekensi kejadiannya yang paling rendah pula.
57
Terpapar suhu
Proses pengujian nitrogen dengan tinggi dan Prioritas
8. 6
tekanan tinggi terpapar bahan menengah
berbahaya
58
Proses pemotongan
Terkena mata
2. sampel karet dengan III B 3B
pisau
gunting/mata pisau
Proses penyaringan
6. larutan karet pada suhu Terbakar II C 2C
tinggi
Terpapar suhu
Proses pengujian nitrogen tinggi dan
8. II D 2D
dengan tekanan tinggi terpapar bahan
berbahaya
kimia
berbahaya
Proses
penyaringan
Terbakar Prioritas
6. larutan karet II 3 C 3 9 2C
menengah
pada suhu
tinggi
Proses
Terbakar Prioritas
7. pemanasan III 2 D 2 4 3D
rendah
dengan oven
Proses Terpapar
pengujian suhu
nitrogen tinggi dan Prioritas
8. II 3 D 2 6 2D
dengan terpapar menengah
tekanan bahan
tinggi berbahaya
Proses
Terpapar
pembakaran Prioritas
9. suhu II 3 D 2 6 2D
dengan suhu menengah
tinggi
tinggi
Tidak
menggunakan
Proses pemanasan Terbakar Prioritas
7. 4 APD, dan
dengan oven rendah
kurangnya kehati-
hatian
Tidak
Terpapar suhu
Proses pengujian menggunakan
tinggi dan Prioritas
8. nitrogen dengan tekanan 6 APD, dan
terpapar bahan menengah
tinggi kurangnya kehati-
berbahaya
hatian
Tidak
menggunakan
Proses pembakaran Terpapar suhu Prioritas
9. 6 APD, dan
dengan suhu tinggi tinggi menengah
kurangnya kehati-
hatian
Berdasarkan fault tree analysis di atas maka basic event (kegiatan dasar)
yang menjadi prioritas utama laboratorium SIR adalah sebagai berikut
65
3. Kurangnya fokus dalam Karyawan tidak tidak disiplin Diberikan motivasi dan
bekerja dalam bekerja sehingga reward kepada pekerja
hilangnya konsentrasi dan yang rajin.
ketelitian dalam bekerja
Sebagian telah
2 Alat Pelindung Diri UU No. 13 tahun 2003
terpenuhi
3 Suara Bising PP No.7 tahun 1973 Belum terpenuhi
Keputusan Menteri Tenaga
4 Peletakan bahan kimia kerja RI No. Kep. Belum terpenuhi
197/MEN/1999
Peraturan menteri Tenaga
kerja dan transmigrasi
Nomor Per. 1/MEN/1981 Belum terlaksana dan
tentang kewajiban melapor terkadang tidak pernah
Pendataan kecelakaan
5 penyakit akibat kerja dan dilaporkan kepada
kerja
keputusan menteri Tenaga koordinator
Kerja RI No. laboratorium.
KEPTS.333/MEN/1989
tentang diagnosis dan
67
Suara bising
dari mesin
penggilingan
Membuatkan
tidak
ruangan khusus
mengganggu
yang bisa
aktifitas
mencegah suara
karyawan
bising keluar.
yang lain,
Memberikan
serta
APD berupa
karyawan
Mengisolasi earplug atau 1 tahun
yang sedang Koordinator
suara bising dari sejenisnya bagi sebelum tahun
melakukan dan teknisi
mesin pengujian pekerja/karyawa anggaran
proses
n yang sedang
penggilingan
menggunakan
diberikan
mesin tersebut
pelindung
agar
telinga,
meminimalisir
untuk
suara bising
mengurangi
yang terjadi.
efek dari
suara bising
mesin.
70
Memberikan
Tertatanya
ruangan khusus
bahn-bahan
untuk bahan-
kimia pada
bahan kimia
suatu tempat
pada masing-
khusus
masing unit
sehingga
Penempatan laboratorium. Koordinator
tidak 1 tahun
bahan kimia Adanya data masing-
langsung sebelum tahun
pada lemari manual tentang masing
terpapar ke anggaran
khusus jumlah bahan laboratorium
lingkungan
kimia, jenis,
kerja serta
penggunaan,
menjaga
bahaya yang
kualitas dari
ditimbulkan,
bahan kimia
serta tanggal
itu sendiri.
kadaluarsanya.
Mencatat lokasi
kecelakaan,
waktu, korban,
Seluruh dan jumlah
kecelakaan korban, jenis
kerja yang dan penyebab
Penanggungj
terjadi serta tingkat
awan yang
dibukukan, keparahan dalam Setiap ada
Pendataan ditunjuk
dicatat serta sebuah dokumen pengujian di
kecelakaan kerja langsung
didokumenta khusus. laboratorium
oleh
sikan dalam Membuat
koordinator.
sebuah dokumentasi
dokumen, berupa foto atau
atau file. video, atau
catatan dari saksi
atau korban
kecelakaan kerja.
71
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Unit laboratorium yang memiliki tingkat kecelakaan yang paling tinggi yaitu
laboratorium SIR dengan total score 74 berdasarkan metode likelihood
consequence analysis. Dimana kegiatan yang diidentifikasi menimbulkan
bahaya yang paling banyak yaitu proses pemanasan contoh dengan suhu tinggi
menggunakan bahan kimia berbahaya.
2. Berdasarkan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
yang telah dibuat maka kecelakaan dapat diminimalisir dengan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap serta adanya pendataan dan
pendokumentasian kecelakaan kerja yang terjadi. Disamping itu diperlukan
adanya ahli K3 dan pelatihan mengenai K3 di lingkungan laboratorium BX.
5.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di laboratorium BX, maka
ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan yaitu:
1. Untuk meningkatkan kinerja para karyawan di laboratorium BX, maka perlu
diberikan reward ataupun motivasi bagi karyawan laboratorium BX yang
disiplin dan senantiasa menggunakan APD dalam bekerja.
2. Perlu adanya sebuah sistem atau rekaman yang mampu mencatat dan merekam
kejadian kecelakaan kerja yang pernah terjadi di laboratorium BX.
3. Perlu dibentuk sebuah struktur organisasi K3 di laboratorium BX.
4. Diberikannya pelatihan rutin tentang K3 di lingkungan laboratorium BX.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Mohsin, dkk.2017. Journal of Safety Studies Vol. 2 No. 7:Chemical Safety
in Academic Laboratories, An Exploratory Factor Analysis of Safe Work
Practices and Facilities in a University. Macrothink Institute:Jeddah
Danial, Achmad, dkk. Analisis Risiko Keselamata dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan Metode Hazard Analisis dan Cnsequence – Likelyhood
Analysis.UNBRAW:Malang
Hanafi, Mamduh . Modul Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk
Management risiko
PerMenakertans PER.No.08/MEN/VII/2010
Santoso, imam rachmat, dkk. 2016. Journal Rekayasa Vol. Vol. 4 No. 1 :Analisis
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.
Khalifah Lantabura. AKPRIND:Yogyakarta
LAMPIRAN
-5-
Lampiran 1
Data Kecelakaan Kerja Terparah di Laboratorium BX
Penanganan dari
Penanganan dari
No Tahun Kecelakaan Penyebab pihak
diri sendiri
laboratorium
Sumber : Laboratorium BX
-7-
Lampiran 2
Hasil Kuisoner
No. Penerapan SMK3
Responden X X X X X X X X X X X1 X X1 Xmean
Xtotal
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 2 13 4
1 5 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 33
2 5 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 33
3 5 4 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 37
4 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 29
5 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 29
6 5 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 33
7 4 4 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 18 49
8 5 5 3 5 3 1 1 1 1 1 1 1 2 17 47
9 5 4 1 3 5 2 2 1 2 2 2 1 1 21 52
10 3 5 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 56
11 5 4 1 3 5 2 2 1 2 2 2 1 1 21 52
12 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 2 3 3 27 64
13 1 4 2 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 14 35
14 5 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 13 37
15 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 29
Lampiran 3
Jumlah Kasus Kecelakaan di Laboratorium BX 20 tahun terakhir
Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium
Kasus
Cassia Minyak Atsiri karet/SIR kalibrasi
a) Terhirup
1 5 8 0
zat/bahan kimia
b) Reaksi alergi
4 1 1 1
pada kulit
c) Kesetrum 3 4 1 0
d) Rabun atau sakit
1 1 1 0
mata
e) Batuk-batuk dan
2 0 0 0
bersin
f) Terpeleset 2 0 0 0
g) Terbakar 2 0 1 0
h) Terkena mata
0 2 4 1
pisau
i) Terkena pecahan
1 0 0 0
kaca
j) Suara bising 0 0 10 1
k) Paparan suhu
0 0 10 0
tinggi
l) Mual/pusing 0 1 2 0
m) Tergores
1 0 0 0
keramik
TOTAL 17 14 38 3
Rare 0-1
Unlikely 2.0-3.0
Possible 4.0-5.0
Likely 6.1-7.0
Likely 8.1-9.0
almost 10.1-11
certain
-9-
Lampiran 4
Foto-Foto Dokumentasi
1. Wawancara dan pengisian kuisoner
1.1 Wawancara dengan manajer teknis pengujian sekaligus
koordinator laboratorium SIR
3. Penempatan APAR
3.1 Laboratorium minyak atsiri
Laboratorium SIR