Anda di halaman 1dari 6

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Jalan Penghulu K.H Mustapa 23 Telp. 7272215, 7202892, Bandung – 40124


TUGAS ASISTENSI
Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam Nama : Rani Ramanda Tanjung
Jurusan : Teknik Sipil NRP : 22 – 2014 - 022
Dosen : Nandang Syarifudin,M.Pd

1. Kondisi umat islam pada zaman Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan tablin
Periode Makkah
Kota Mekkah terletak di perut lembah,yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah, dari sebelah timur
membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh dua bukit (gunung) Qa’aiqa’ dan
keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan Mekkah. Dan dikenal bagian yang rendah dari
lembah tersebut dengan Al-Bathhaa’ yang ada padanya Ka’bah dan dikelilingi oleh rumah-rumah orang Quraisy,
sedangkan bagian yang tinggi dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang
berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang Quraisy Dzawaahir yaitu orang-
orang pedalaman (A’rob) Quraisy yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu perang. Akan tetapi mereka ini
di bawah kaum Quraisy Bathhaa’ (yang tinggal di Bathhaa’) dalam kebudayaan, kekayaan dan martabatnya. (lihat
As Siroh An Nabawiyah As Shahihah oleh Akrom Dhiya’ Al Umary hal: 1/77).
Perkembangan Islam di Periode Makkah
Sebelum masa masuknya Islam kebanyakan kaum Arab beribadat dengan cara melakukan penyembahan berhala
dan mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka, hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama
berlangsung sampai akhirnya Nabi Muhammad datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan.
Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima bahkan ditolak habis-habisan oleh
kaum kafir Quraisy. Banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad
tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatu yang telah lama mengakar dan menjadi
keyakinan mereka serta nenek moyang mereka. Sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam kuat dalam
keyakinan mereka. Para pemahat serta penjual atau patung merasa datangnya Islam akan menghalangi mata
pencaharian mereka. Karena tentunya jika Islam menyebar maka mereka akan kehilangan mata pencaharian
mereka, yang mana sangat bergantung pada apa yang diyakini masyarakat pada masa itu. Kemudian kaum
Quraisy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad Saw. tentang persamaan hak antara hamba
sahaya dan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad Saw. ingin menghapuskan sistem perbudakan yang telah lama
berjalan kaum Quraisy juga menolak ajaran tentang kebangkitan dan pembalasan hari akhir.
Karena reaksi keras dari kaum Quraisy itulah yang tentunya menghambat dakwah nabi Muhammad Saw. karena
tentunya akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan nyawa Nabi sehingga pada akhirnya
Nabi harus melakukan sistem dakwah yag lain. Dakwah Nabi Muhammad Saw. dilakukan dengan dua cara
pertama yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan terbatas.

Rani Ramanda Tanjung


Periode Madinah
Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadanya tentang kesepakatan kaumnya. Dia menyuruh
Rasulullah untuk segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di sekeliling rumah rasulullah. Kemudian Rasulullah
keluar sanmbil menebarkan debu di atas kepala mereka yang membuat mereka pingsan.[3]
Peristiwa pengepunan itulah yang menandai awal pergerakan (hijrah) Nabi menuju Madinah. Di kala kaumnya
sudah benar-benar menentang dan ingin mebunuh Nabi, sebagi bukti tanda penolakan kan kebenaran yang
dibawah oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru oleh umat Islam dengan harus hijrah.
Dakwah
Proses penyebaran agama Islam di Madinah tentunya memiliki perbedaan dengan sistem yang telah diterapkan
oleh Nabi sebelumnya. Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit kemudahan dalam mengenalkan Islam. Itu
dikarenakan masih banyak penduduk Madinah yang menganut agama samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi
memasuki Madinah, beliau mendapat penyambutan yang luar biasa dari masyarakat.
Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Nabi, yaitu sebagai berikut:
 Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar
 Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam
 Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari
“ Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah”.[7]
Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir tidak mendapat penolakan dari masyarakat Madinah,
karena nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub
dalam Islam. Contohnya berbuat adil, saling menolong, larangan curang dalam berdagang, dan lai-lain.
Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral Nabi yang begitu mulia dan sangat bijak dalam
memutuskan sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah diselesaikan. Bahkan ketika ada
perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat undangan untuk memberikan jalan keluar.
Kondisi Perekonomian Madinah
Kekayaan Madinah nyaris secara keseluruahan terkonsentarasi di tangan orang-orang Yahudi. Jadinya orang-
orang Arab (Anshar) hidup dalam kemiskinan dan kekurangan selama bertahun-tahun. Salah satu alasan
mengapa mereka begitu miskin adalah dikarenakan harus memabayar bunga pinjaman mereka yang cukup tinggi
kepada orang-orang yahudi.[8]
Kaum Anshar memang berada dalam lembah kemiskinan, akan tetapi Kaum Muhajirin lebih miskin lagi. Karena
mereka hijrah tanpa membawa harta benda, barang berharga ditinggalkan di Makkah. Semakin hari kehidupan
kaum Muhajirin memprihatinkan. Pada perjanjian awal kaum Muhajirin harus membantu untuk bercocok tanam,
namun mereka tidak berpengalaman dalam hal itu, sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar di kebun
milik orang Yahudi dan Ansar. Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.
Nabi kemudian memberikan solusi kepada kaum Muhajirin untuk dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Mereka
harus saling membantu dan bekerja sama. Peristiwa ini terjadi selang beberapa bulan kedatangan Nabi di
Madinah. Ada beberapa orang yang dipersaudarakan, di anataranya sebagai berikut:
 Amar bin Yasir (Muhajirin) dengan Huzaifah al-yamani (Anshar)
 Abu bakar dengan Kharjah bin Zaid

Rani Ramanda Tanjung


 Utsman bin Affan dengan ‘Aus bin Sabit
 Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik
 Abu Dzar al-Ghiffari dengan al Mundzir bin Amr
 Mus’ab bin Umair dengan Abu Ayyub
 Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan Sa’ad bin Ma’az
 Zubair bin al-Awwam dengan Salam bin Waqash
 Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’
 Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik
Sementara itu Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun, namun Ali patut berbangga, karena Nabi mengatakan
engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.[9]
Hingga akhirnya masalah perekonomian yang menyiksa bathin mereka telah terlewatkan. Berjalannya hari kaum
Anshar dan Muhajirin menjadi makmur. Bahkan kekayaan Muhajirin melebihi kekayaan kaum Anshar. Hal ini
bukanlah sesuatu yang buruk, namun yang sangat menyedihkan setelah wafatnya Nabi Saw, kaum Muhajirin
menaruh barisan kaum Anshar berada dibelakang barisan mereka. Ini karena adanya penyusut dari Bani
Umayyah yang menyamar menjadi kaum Muhajirin. Sebagaimana telah diketahui kaum Anshar adalah musuh
Bani Umayyah.

2. Penggambaran persoalan umat Islam setelah zaman Nabi, para sahabat


Dalam catatan sejarah diketahui bahwa muhammad SAW. Selain sebagai rasulullah, juga seorang
pemimpin pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsinya sebagai rasul
tidak dapat digantikan atau dialihkan kepada orang lain.
Namun, sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat, posisi tersebut harus ada yang
menggantikan. Oleh karena itu, pasca wafatnya rasulullah saw, terjadi kebingungan di kalangan
masyarakat muslim ketika itu. Bahkan ada di antara mereka yang tidak percaya kalau Muhammad
sebagai seorang nabi utusan Allah, juga bisa wafat. Melihat gejala seperti ini, Abu Bakar mendatangi
kelompok tersebut dan langsung berpidato. Dalam pidatonya ia mengatakan, “wahai manusia, siapa
yang memuja muhammad, sesungguhnya muhammad telah wafat, tetapi siapa yang memuja allah,
Allah hidup selama-lamanya, tidak akan pernah mati.”
Selain itu, dalam situasi seperti ini, muncul beberapa kelompok masyarakat muslim madinah yang
tengah bermusyawarah guna menentukan siapa pengganti muhammad saw. Sebagai pemimpin
pemerintahan dan pemimpin masyarakat.
Hasil dari perdebatan tersebut, munculah Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pemimpin umat Islam.
Kemudian dilanjutkan oleh sahabat Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Ke empat
para sahabat ini dalam Islam dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, yakni para pemimpin
pengganti yang mendapat petunjuk dari Allah swt. Meskipun hanya berlangsung selama lebih kurang
30 tahun, masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa yang sangat penting dalam
perjalanan sejarah umat islam

3. Pemahaman teologi Islam


Teologi secara etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia yang terdiri dari kata “Theos” artinya
“Tuhan” dan “Logos” yang berarti “Ilmu”. Jadi teologi berarti “ilmu tentang Tuhan”. Teologi adalah
ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkan
kebenaran wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan akal murni. Kata teologi yang bergandengan
dengan islam merupakan ilmu yang membahas tentang fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan
hubungan-hubungan antara Tuhan dan Manusia. Islam dalam bahasan teologi Islam, adalah agama
yang menuntut sikap ketundukan dengan penyerahan dan sikap pasrah, disertai sifat batin yang tulus,

Rani Ramanda Tanjung


sehingga intisari yang terkandung dalam Islam ada dua yaitu; pertama berserah diri, menudukkan diri
atau taat sepenuh hati; kedua masuk dalam al-Salam, yakni selamat sejahterah, damai hubungan yang
harmonis.
Berdasar pada rumusan pengertian tentang “teologi” dan “Islam”, maka “Teologi Islam” adalah ilmu
yang secara sistematis membicarakan tentang persoalan ketuhanan dan alam semesta menurut
perspetif Islam yang harus diimani, dan hal-hal lain yang terkait dengan ajaran Islam yang harus
diamalkan, guna mendapatkan keselamatan hidup (dunia dan akhirat). Teologi Islam berbicara tentang
persoalan ketuhanan, maka dapat pula dipahami bahwa ia identik dengan Ilmu kalam terutama dalam
dua aspek.
 Pertama, berbicara tentang kepercayaan terhadap Tuhan dalam segala seginya, termasuk soal
wujud-Nya, keesaannya, dan sifat-sifat-Nya.
 Kedua, bertalian dengan alam semesta, yang berarti termasuk di dalamnya, persoalan terjadinya
alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta selainnya. Ilmu yang membicarakan mengenai aspek-
aspek yang disebutkan ini, disebut Teologi, dan karena pembicaraannya dalam perspektif Islam, maka
disebutlah ia sebagai “Teologi Islam”.
Menurut Abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu
yang terkait dengan-Nya secara rasional. Sedangkan menurut Muhammad Abduh : “ tauhid adalah
ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang
boleh disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga
membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada pada
diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan apa yang terlarang
menghubungkanya kepada diri mereka”. Kalau melihat definisi pertama dapat di pahami bahwa
Muhammad Abduh lebih menekankan pada Ilmu Tauhid/Teologi yaitu pembahasan tentang Allah
dengan segala sifat-Nya, Rasul dan segala sifat-Nya, sedang yang kedua menekankan pada metode
pembahsan, yaitu dengan menggunakan dalil-dali yang meyakinkan.

4. Bagaimana pmetaan umat islam jaman dulu, kini dan nanti


Umat Islam : Satu Ketika Dulu
Umat Islam pernah berada di era kegemilangan. Ianya telah menjadi bukti sejarah. Kegemilangan
umat ketika itu bukan sahaja berjaya menguasai ¾ dunia tetapi juga turut melalui tempoh yang
panjang iaitu 700 tahun atau tujuh abad. Zaman kegemilangan umat itu adalah di atas kehendak dan
pertolongan Allah SWT kerana mereka memiliki ciri-ciri peribadi agung. Peribadi-peribadi agung itu
sangat dipandang oleh Allah SWT hingga layak memperolehi naungan Allah SWT, hingga bangsa-
bangsa lain seronok bernaung di bawah mereka.
Martabat dan maruah umat itu diangkat oleh Allah SWT bukan tanpa sebab atau secara tidak sengaja
melainkan kerana mereka amat berpegang dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Mereka
benar-benar berperanan sebagai hamba. Sifat dan rasa kehambaan mereka amat kuat sehingga
memusnahkan segala sifat mazmumah dan sifat keji. Mereka juga benar-benar menghayati rasa
berTuhan. Mereka benar-benar merasai di dalam kekuasaan Allah SWT. Taqwa mereka sangat tinggi.
Syariat sangat dijaga dalam semua aspek. Sangat takut dan cemas berhadapan dengan akhirat
lantaran itu mereka takut untuk berbuat dosa.
Mereka juga memiliki sifat-sifat kekhalifahan yang sangat menonjol. Mereka begitu bersungguh-
sungguh melaksanakan ajaran islam dalam aspek hablumminnannas atau urusan hidup berpandukan
syariat islam. Ertinya mereka yang habluminAllah dan hablumminnannas sama kuat dan sama naik.
Memimpin dan ibadah berjalan serentak. Semakin banyak urusan kehidupan maka semakin sibuk
pula dengan Tuhan. Dan begitulah sebaliknya apabila memperolehi kekuatan dan ibadah kepada
Allah SWT maka semakin gigih pula memimpin dan mencatur urusan kehidupan manusia.
Mereka inilah yang ditujukan oleh Rasulullah SAW daripada sabdanya yang bermaksud :

“Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini (Al Quran) meninggikan darjat satu kaum dan menjatuhkan
kaum-kaum yang lain”. (Riwayat Muslim)

Rani Ramanda Tanjung


Umat Islam Kini
Kini apabila umat Islam melupai Allah SWT, mengabaikan sunnah RSAW maka umat Islam menjadi
hina dina di mana-mana. Ini jelas apabila umat islam sendiri dilanda berbagai krisis. Dunia islam
porak peranda, pertelingkahan, permusuhan malah peperangan berlaku di mana-mana. Saling tindas
menindas, zalim menzalimi, berhasad dengki, jatuh menjatuh, fitnah menfitnah, kutuk mengutuk,
tamak haloba, rakus dan berbagai gejala negatif. Hingga ke peringkat seolah-olah menjadi juara
gejala nagatif dalam beberapa aspek tertentu umpama dadah.
Boleh juga rata-rata umat islam kini dapt digambarkan menurut ciri-ciri berikut antaranya :
Boleh dianggap seperti haiwan yang merupakan manusia hanya kerana kehidupan mereka atau
kecenderungan mereka hanya kepada makan minum, hiburan dan seks. Persoalan tuhan dan akhirat
sudah padam dari fikrian dan hati mereka.
Jiwa mereka kosong. Hilang kebahagiaan, putus asa, kecewa, menderita. Tidak boleh disentuh oleh
ujian atau musibah, mereka akan menjadi resah, merana dan rusuh.
Manakala kalau memperolehi nikmat mereka terlajak dan lupa daratan, menjadi sombong dan
membuatkan orang lain tersinggung. kekuasaan yang dimilikinya akan dimusnahkan dengan apa cara
sekalipun.Lawan atau musuhnya akan dimusnahkan dengan apa cara sekalipun.
Kebenaran sukar diterima, dan tidak boleh ditegur, mereka akan mudah melatah. Teguran dan
kritikan dianggap penentangan. Pujian dianggap sokongan dan kesetiaan.Membazir, berpoya-poya
adalah resam dan budaya hidup mereka.Hanya memikirkan untung dan seronok tanpa mengira halal
haram.
Gejala negatif tidak dibendung malah turut memberi laluan dan sumbangan kepada membiak dan
merebaknya gejala negatif. Dan tenggelam punca pula untuk menyelesaikannya.Agama dan akhlak
dianggap persoalan individu, malah dianggap penghalang kemajuan.Agama hanya sekadar upaya
sekali sekala. Itupun hanya label dan tempelan yang sangat bersifat kulit. Kadang-kadang agama
bukan untuk penghayatan tetapi sekadar propaganda untuk meraih sokongan.

Umat Islam akan Kembali Gemilang


Umat islam akan kembali gemilang. Saat dan ketikanya sudah menjelang tiba. Ini adalah ibarat era
kebangkitan islam. Siapa yang menolaknya ibarat menentang arus. Kegemilangan Islam kali kedua
bukan satu ramalan, rekaan atau khayalan. Ianya pasti terjadi kerana ianya merupakan janji dari lidah
RSAW.
Janji RSAW itu sepatutnya disambut penuh kegembiraan oleh umat islam zaman ini kerana kita
ditakdirkan oleh Allah SWT hidup di zaman yang insyaAllah dapat melihat dan menikmati
kegemilangan islam. Dan yang lebih penting lagi ialah jadikan diri sebagai di antara orang yang turut
menyumbang kepada kegemilangan islam itu sendiri.
Kalau diibaratkan seseorang menghadapi gerbang perkahwinan, dalam kegembiraan menghadapinya
tentulah dipersiapkan segala keperluan yang berkaitan. Malah lazimnya terjadi adalah segala
persiapan itu sedikitpun tidak mahu ada cacat celanya. Sama ada persiapan diri dan persiapan majlis
perkahwinan.
Oleh kerana kegemilangan islam kali kedua ini menepati ciri-ciri kegemilangan islam kali pertama
(zaman RSAW dan sahabat-sahabatnya) maka proses persediannya juga mestilah menepati ciri-ciri
zaman ummah pertama. Pada asasnya aspek ini mestilah diberi perhatian yang paling utama iaitu
taqwa. Tanpa taqwa kejayaan tidak akan diberikan oleh Allah SWT. Kalaupun boleh juga mencapai
kemenangan mungkin kerana pandai, pintar ada kekuatan, strategi pula mengena, namun itu tidak
diiktiraf sebagai kemenangan hakiki yang diredhai oleh Allah SWT.
Melalui sifat taqwa, syariat diambil kira dalam segala usaha dan perbuatan. Usaha yang bersungguh-
sungguh tidak menjejaskan pula kesungguhan membaiki diri. Rasa berTuhan dipertajamkan dan
diperhalusi. Rasa kehambaan juga bertambah mendalam. Pergantungan hati dengan Allah SWT tidak
pernah lekang atau lalai.
Atas dasar taqwa sajalah akan lahir masyarakat yang menjadi idaman dan dirindui oleh setiap
mukmin. Pemimpin bertaqwa saja yang terjamin memiliki sifat keadilan, orang kayanya tawaduk dan
pemurah, para ulama menjadi contoh dan menjadi obor mendidik umat. Taqwa sajalah yang
melahirkan para pekerja yang jujur, orang miskin yang sabar dan redha, para suami

Rani Ramanda Tanjung


bertanggungjawab, para isteri yang taat, anak-anak yang menghormati ibu bapa. Taqwa sajalah yang
mampu mewujudkan masyarakat yang gejala negatifnya berada di tahap yang sangat minimum,
berkasih sayang, perpaduan yang kukuh, bertolong bantu, sejahtera dan harmoni.
Taqwa inilah yang mesti diusahakan serta disebarluaskan kepada segenap masyarakat. Selepas itu
nanti akan sama-sama melihat betapa Allah SWT menurunkan bantuan dan pertolongan
sebagaimana yang berlaku di era kegemilangan umat terdahulu. Allah SWT pasti menunaikan
janjiNya kepada orang-orang yang bertaqwa. Rasulullah SAW bersabda maksudnya :

“ Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT maka Allah SWT akan
menyempurnakan hubungannya dengan manusia. Barang siapa memperbaiki apa yang dirahsiakan
(taqwa) maka Allah akan memperbaiki apa yang dilahirkannya”.
(Riwayat Al Hakim)

Rani Ramanda Tanjung

Anda mungkin juga menyukai