Anda di halaman 1dari 21

Berbisnis dalam

semangat Cinta.

Hari telah berangkat


malam. Udara summer
ini telah membuat
orang semakin akrab
dengan AC di tengah
belantara hutan beton.
Di balik gedung tinggi,
di kawasan financial
center, HK,  saya
termenung seorang
diri. Di pelataran parkir
yang bila malam hari
dijadikan tempat orang
duduk santai sambil
menikmati secangkir
coffe, membuang
malam hingga lelah
membawa tidur. Di
situlah saya  duduk. 

" Uda , passport Yuni,


habis. Gimana? Itu
sms saya terima dari
direksi saya di
Jakarta. 
” Besok saya suruh
orang saya untuk urus.
“ Saya jawab SMS itu
dengan singkat.

Memang etnis Cina


agak takut kalau
urusan masalah
legalitas pribadinya
dengan pemerintah.
Walau dia mampu
urusan apa saja dan
bertemu dengan
pejabat, politisi, tetapi
kalau soal urusan
legalitas pribadinya,
mereka tetap ada rasa
takut atau tepatnya
trauma. Apalagi yang
lahir di bawah tahun
1980. Saya sering
dengar dan saksikan ,
terasa sekali susana
hati mereka ketika
berhadapan dengan
pemerintah. Makanya
kalau diminta uang
berapa aja mereka
tidak pernah tanya.
Tidak pernah protes.
Kasih begitu saja.

Jadi kalau ada orang


bilang bahwa etnis
China pengemplang
hutang atau larikan
uang, saya tidak
percaya 100 % mereka
berniat jahat. Saya
tahu pasti sebagian
besar mereka hanya
jadi pion pejabat atau
pengusaha pribumi
yang dekat sekali
dengan partai. Saya
pernah marah besar
karena Yuni keluarkan
uang kepada pejabat
dari uang pribadinya.
Saya baru tahu
belakangan. Saya
tanya mengapa ? dia
tidak menjawab
apapun. Tetapi dari
wajahnya nampak dia
memilih diam dari
pada ungkapkan
alasannya. Karena dia
tahu saya akan serang
pejabat itu. Makanya
sejak itu saya
perintahkan semua
pengeluaran untuk
pejabat, serahkan
kepada orang yang
saya beri tugas khusus
untuk itu.

Ada teman saya


bertahun tahun punya
usaha suplier, kalau di
hitung dia hanya dapat
5% dari total
penerimaan,
selebihnya dimakan
oleh pajabat. Dari 5%
itu dia masih harus
bayar berbagai
kegiatan amal dari
ormas. Jadi benar
benar mereka di peras.
" Kami engga punya
pilihan, daripada ribut,
ya ambil ajalah uang.
Kami hanya mau
damai." Ada teman
saya tahun 1998,
rumahnya di jarah di
PIK dan pabriknya
dibakar, padahal dia
kerja keras
mengumpulkan uang
berpuluh tahun untuk
bangun pabrik dan beli
rumah. Ketika prahara
itu, dia hanya
bersyukur anak dan
istrinya aman aman
saja. Kebetulan
anaknya tinggal di AS
dan Istrinya sedang
sama dia di kantor.

Lamunan saya buyar


ketika Wenny hadir di
hadapan saya.  “ Aku
lelah sekali. Tadi siang
aku harus buat laporan
soal analisa investasi.
Dalam waktu dua jam
harus sudah ada di
meja boss. Belum lagi
harus presentasi di
hadapan clients dan
boss. Uhhh
melelahkan“ Katanya
dengan senyum
lembut.

“ Apa aku boleh pesan


minum lagi untuk
kamu “ tanyanya.

Saya  hanya
mengangguk.
“ Cofee lagi ?

“ Teh hangat. “ jawab


saya singkat.

Dia memanggil
pelayan untuk pesan
teh hangat.

Saya hanya diam. Dia


mengambil sesuatu
dari dalam tas kerjanya
dan itu adalah buku.
Dia membaca tanpa
meliat kearah saya.
Namun saya yakin
bahwa setiap sebentar
dia meliri saya.
Benarlah, dia lepasnya
kacamata dan
berkata :

“ Tadi siang aku telp


kamu berkali kali tapi
tidak diangkat. Ada
apa ?
“ Aku sibuk” jawabku
singkat tapi berusaha
tersenyum. Karena
saya tahu itu memang
salah. Tentu dia
kecewa.

“ Aku tahu. Kamu


selalu sibuk. Dan aku
kemari karena yakin
kamu ada disini..”
Itulah dia yang
mengenal saya dengan
hatinya. Dia tidak
butuh kata kata. Dia
tahu sikap saya dan
tahu apa yang harus
diperbuatnya. Dia
datang kesini tentu dia
mengkawatirkan saya.

‘ Ini buku bagus sekali


“ katanya dengan mata
berbinar.

Saya memandang ke
arahnya. Dia
tersenyum. “ Boleh
aku bacakan sedikit.
Aku baca yang
menarik saja ya. Boleh
“ Matanya memancar
harap tanpa
menghilangkan
senyum manis di balik
wajah orientalnya.

Saya diam saja. 

“ Aku bacakan ya..”

Saya mengangguk

“ Dengarin, ya”
Katanya sambil
mengenakan
kacamata bacanya. “
Ketika musim dingin
datang, saljupun
turun. Bumi ditaburi
oleh kelembutan butir
salju. Bumi ingin diam
sementara. Tak ingin
bumi tanahnya
ditanami pangan. Tak
ingin bumi dikeruk
untuk diambil isinya.
Burung pergi kebenua
lain. Yang ada
kesunyian dan juga
keindahan. “ Dia
terhenti membaca
sambil melirik kearah
saya. Mata nampak
bergerak gerak seakan
meminta tanggapan
saya. Tetapi saya tetap
diam.

“ Wei, hanyalah pria


biasa saja. Namun
baginya musim dingin
punya makna lain. Ini
bukan soal kesunyian
dan keindahan atau
apalah. Ini hanya cara
tuhan meminta
manusia berhenti
barang sejenak. Ya
sejenak. Bumi butuh
istirahat. Manusia juga
butuh istirahat. Biarlah
salju turun dengan
dingin menusuk.
Biarlah burung pergi
membawa siulannya.
Biarlah dedaunan
tertidur dalam
mimpinya. Biarlah.
Wei, menimati itu
semua. Karena
begitulah Tuhan
merancang dan
kemudian berbuat
untuk sepatah cinta
bagi semua
ciptaannya. “

Kembali dia melirik


kearah saya. Dia
tesenyum dan
mengangguk
ngangguk sambil
membuka lembaran
halaman buku itu.

“ Wei, hanya ingin


melewati musim ini
sebagaimana musim
dingin yang lalu. Dia
percaya bahwa hanya
soal waktu, musim ini
akan berganti dan
musim semipun akan
datang. Dan juga
itupun tak pernah dia
nanti. Biarlah musim
semi membangunkan
bunga dari tidurnya.
Biarlah musim semi
mengundang burung
untuk bersiul. Baginya
musim hanyalah
rutinitas titah Tuhan.
Untuk menunjukan
kebesaranNya. Selalu
ada hikmat di balik
musim. Itulah cara
Tuhan berdialogh
kepada semua
manusia. “

Saya terpanggil untuk


menatapnya. Dia
senang.
“ Ada apa ? Kamu suka
ceritanya ?

“ Siapa itu Wei ? Kata


saya mengerutkan
kening

Dia menatap saya


dengan pancaran mata
indahnya.

“ Wei hanya pria biasa


saja. Tidak ada yang
istimewa dari Wei...

“ Lantas apa
menariknya buku itu ?
Apa menariknya kisah
itu. “ Kata saya sambil
menggelengkan
kepala.

“ Wei menanti
keajaiban dari Tuhan.
10 tahun istrinya sakit
lumpuh. Sepuluh
tahun dia merawat
istrinya siang dan
malam. Sepuluh tahun
dia berharap agar
Tuhan menyembuhkan
istrinya. “

“ Oh....” Saya
tersentak seketika.
"Mengapa dia bisa
bertahan seperti itu. “
tanya saya.

Dia tidak menjawab


seketika. Dia membalik
balik halaman buku itu.
“ Inilah sebabnya “
Katanya sambil melirik
saya dengan
senyumnya “ Wei
bekata...Ada ratusan
juta wanita di China
dan mungkin miliaran
wanita diciptakan
Tuhan di bumi ini. Tapi
ketika Tuhan
memberiku wanita
sebagai istri maka
itulah yang terbaik
bagiku dari sekian
miliar wanita dibumi
ini. Tuhan tahu
mengapa istriku harus
sakit lumpuh,
sebagaiman Tuhan
tahu mengapa harus
ada musim dingin.
Sudah sepuluh musim
aku tak lagi
mendengar suara
istriku menyapaku di
pagi hari. Sudah
sepuluh musim
berganti aku tak bisa
menyemai istriku.
Sudah sepuluh tahun
aku kedinginan. Tapi
aku yakin dan sangat
yakin musim pasti
berganti”

“ Oh...” Kata saya


terpesona
Dia tidak peduli
dengan reaksi saya.
Dia kembali
meneruskan membaca
dan ini nampak dia
membuka lembaran
akhir dari buku
itu..”Wei berkata ..
Andai aku bisa memilih
apa yang terbaik
bagiku , tentu aku
akan memilih tapi
sayang sekali, aku
hanya manusia yang
diciptakan tanpa
berhak untuk memilih
apa yang aku inginkan.
Tugasku hanyalah
melewati semua itu
dan berharap...” Wei
melangkah
membopong tubuh
istrinya melewati bukit
terjal untuk
disemayamkan diatas
bukit. Ketika itu musim
semi. Dari atas bukit ,
Wei menatap ke bawah
dan berkata kepada
jasad istrinya “ Istriku ,
aku telah membuat
tangga untuk naik
kebukit ini. Ada lebih
1000 anak tangga
yang kususun selama
10 tahun. Ini sekedar
memastikan
kepadamu bahwa bila
kelak aku tua , aku
masih mampu
menggerakan tubuh
rentaku untuk sampai
kemakammu ,
menyapamu. Dan
kamu tidak perlu
kesepian di sana..”

“ Oh...” Saya melongok


mendengar kisah akhir
dari buku itu.. Saya
terhentak dengan
mata memerah. Saya
lihat diapun sama
dengan saya . “ Sangat
mengharukan…” Kata
saya.

“ Cinta bukanlah apa


yang kamu katakan
dan kamu perbuat.
Ketika orang yang
kamu cintai dalam
keadaan gundah,
tugasmu
menentramkan bukan
bertanya. Ketika orang
yang kamu cintai
bersalah, tugasmu
meluruskan bukannya
menyalahkan. Ketika
orang yang kamu
cintai tak bisa
menjawab maka
hatimulah yang
menjawab. Ketika
orang yang kamu
cintai dalam keadaan
lemah, tugasmu
menyediakan tubuhmu
untuk menopangnya.
Kecintaan kepada
seseorang bukan
hanya
mempercayainya tapi
bagaimana kamu
bersikap terhadapnya.
Dan itu hanya
ketulusan untuk
sepatah kata bahwa
cinta adalah cinta. “

Dia mengakhiri
membaca dan
menutup buku itu. “
Bisnis itu bagus, kalau
itu bagian dari cara
kita mengaktualkan
cinta. Bersinergi atau
kolaborasi adalah
spirit yang luar biasa
untuk saling berbagi
potensi.  Kadang kita
harus berkorban untuk
satu hal namun kita
mendapatkan untung
dilain hal. Biasa saja.
Yang penting selagi
ada cinta, maka
kebersamaan itu
berkah yang luar
biasa. Karena semua
orang sadar di mana
posisinya dan tidak
memaksakan diri
mendapatkan lebih
dari posisi dia. Rakyat
melalui parlemen
menciptakan regulasi,
pemerintah
melaksanakannya dan
rakyat mematuhinya. 
Selagi dalam irama
cinta, hubungan itu
akan sangat indah. Ya
kan dear ? Kata Wenny
tersenyum penuh arti.

Kejahatan yang paiing


buruk, dan paling tak
bermoral di abad 21 ini
adalah sifat rasis, dan
lebih buruk lagi
kebencian karena
perbedaan agama.
Paranoia terhadap
etnis Cina itu , kadang
membuat saya malu
bila jalan di Shenzhen
dan berada di pabrik
saya di china karena
tidak ada sedikitpun
mereka membenci
saya orang indonesia
atau paranoia. Bahkan
pejabat China sangat
baik kepada saya.
Kalau makan di luar ,
mereka malu kalau
saya yang bayar. Entah
apa yang salah denga
kita, Padahal agama
dan budaya tidak
mendidik kita jadi
pembenci kepada
siapapun. Justru kita
harus menebarkan
cinta, terutama dalam
bisnis. 

Anda mungkin juga menyukai