Anda di halaman 1dari 8

Semua biasa saja..

Saya melakukan
business trip ke
Kazakhstan pada
musim dingin. Tujuan
saya adalah Astana
ibukota Kazakhstan
( sekarang ibukota
berganti nama
Nursultan). Di Bandara
Almaty International
Airport saya dijemput
oleh Samal. Wanita
canik berambut
panjang. Mata bulat.
Dia kontak saya di
Astana dalam bisnis oil
dan gas. Kali pertama
mengenalnya di Hong
Kong. Usianya belum
40 tapi penampilannya
mature. Postur
tubuhnya lebih tinggi
dari saya. Setelah
sibuk seharian
meeting , malamnya
saya undang Samal
untuk makan malam di
Ritz Carlton Astana.
Karena keesokan
paginya saya harus
kembali ke Beijing

Ada yang menarik


dalam pembicaraan
dengan dia waktu
dinner. Uni Soviet
memang memberikan
jaminan sosial yang
luas namun kodrat kita
sebagai manusia tidak
dihormati. Orang
memang tidak ada
terlalu miskin tapi kaya
jelas tidak mungkin
kecuali kamerad
partai. Setelah Uni
Soviet runtuh dan kami
bisa memerdekakan
diri, kami harus mau
berubah. Memang
tidak mudah. Yang
sulit berubah itu
adalah para elite politik
yang masih terbiasa
dengan gaya komunis.
Sementara bagi
rakyat, kebebasan itu
lebih dari segala
galanya.

Di era demokrasi tidak


seharusnya ada
keluhan. Nasib setiap
orang ditentukan oleh
dirinya sendiri. Negara
memberikan peluang
bagi siapa saja yang
cerdas.

Kalau yang boleh kaya


hanya orang pintar ,
tentu dosen lebih dulu
kaya. Tetapi kan tidak.

Kalau kaya itu identik


dengan kerja keras,
tentu buruh dan petani
lebih banyak yang
kaya. Nyatanya tidak.

Kalau kaya itu karena


paham luas ilmu
agama, tentu ulama
lebih dulu kaya.
Nyatanya tidak.

*Jadi kaya dan


sukses itu bukan
karena pintar, kerja
keras, atau paham
agama, tetapi kerja
cerdas*.
Menjadi cerdas, adalah
menjadi diri sendiri dan
tidak bergantung
kepada orang lain. Kita
bekerja sebagai
profesional bukan
karena kita tergantung
kepada pemberi kerja
tetapi karena mereka
butuh skill kita.

Kalau kita jadi ASN


bukan karena kita
numpang makan
kepada uang pajak
rakyat, tetapi karena
dedikasi kita
diperlukan negara.

Kita jadi pengusaha


dan berusaha
membujuk konsumen,
bukan karena kita
tergantung kepada
mereka, tetapi karena
kita tahu mereka butuh
kita untuk dapatkan
barang bagus.

Kita hormati pemodal


karena kita tahu bisnis
yang kita tawarkan
menguntungkan.
Artinya keraslah
kepada diri sendiri dan
tempa diri kita agar
diperlukan orang lain.

Kalau kita tidak merasa


diperlukan dan tetap
berharap, maka itu
kembali ke era
komunis yang semua
tergantung kepada
negara. Dalam era
demokrasi wahana
kompetisi tidak bisa
dihindari. Semua orang
dan semua profesi
termasuk politisi harus
melewati kompetisi.
Dalam prosesnya
semua orang harus
survival. Apakah
karena itu ada yang
merasa dirugikan dan
kecewa, itu biasa saja.
Kecewa dan kawatir
adalah sikap
pecundang. Selalu ada
alasan untuk
menyalahkan dan
dikeluhkan. Apakah itu
akan mengubah
keadaan? tentu tidak.
Sementara kehidupan
terus berjalan. Kalau
kita larut dalam
keluhan maka kita akan
jadi korban kompetisi.
tidak ada yang akan
peduli.

Tentu kita tidak berhak


mengahakimi siapapun
selagi hukum dan
konsesus tidak
dilanggar. Pada
akhirnya semua orang
menjalani takdirnya
masing masing. Baik
dan buruk , susah dan
senang, sakit dan
sehat selalu
bersanding. Semua
orang akan merasakan
kedua hal itu, tanpa
peduli siapa dia. Biasa
saja.Kata Samal
dengan tersenyum

“ Terimakasih udah
undang saya makan
malam yang mewah
ini. Entah kapan lagi
saya bisa nikmati. Saya
akan kerja keras dan
tentu cerdas seperti
anda. “ Katanya
melangkah keluar dari
Selfie Restaurant.
Malam semakin larut.
Diluar tentu cuaca
dingin menggigit.

Anda mungkin juga menyukai