Anda di halaman 1dari 13

RESUME TUGAS RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

IMM KOMISARIAT FIAH

KELOMPOK 6

ANGGOTA:

Alifia Aditya Rachman

Bella Tria Amanda

Dewi Wulandari

Siti Mulya Mutiara

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA

UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2019
MENGGUGAT MAHASISWA

CATATAN AKTIVIS JAS MERAH


RIDLO ABDILLAH
HIRUK PIKUK NEGRIKU

DESAKU ADALAH SURGAKU

Kecanggihan teknologi zaman sekarang ini benar-benar telah dimanfaatkan dengan baik
oleh para calon kepala desa. Facebook-lah jejaring sosial yang digunakan oleh beberapa calon
kepala desa untuk menggaet para pemilihnya. Sebut saja jejaring sosial yang sedang ramai
digunakan para kaum muda-mudi saat ini, sungguh sangat menarik. Para calon kepala desa
ekspresif memainkan retorikanya dengan menggunakan bahasa yang santun, indah dan elegan
untuk menjaring pemilih yang sebanyakbanyaknya. Mereka telah mencoba menawarkan
gagasan yang gemilang kepada penduduk desanya. Entah hebat sekali menyusun retorika yang
baik itu, seakan-akan permasalahan desa yang ada akan sirna dalam sekejap, super sekali.
Namun hal yang paling penting dari fenomena yang ada saat ini adalah bagaimana para calon
kepala desa ini dapat mencerdaskan masyarakatnya dengan menawarkan ide-ide segar bagi
desanya bahwa desa harus selalu progresif dalam pembangunannya.

Indikator pencapaian desa harus diperhitungkan dengan rasional sehingga masyarakat


pun dapat memahami karakter para calon kepala desanya. Jangan sampai para calon kepala
desa ini membodohi dan menjerumuskan masyarakat kepada permainan politik jadul yaitu
money politic atau permainan negatif yang melanggar nilai peraturan dan etika. Dalam hal ini,
tauladan calon kepala desa yang baik adalah bagaimana memberikan kesempatan kepada
masyarakatnya agar menjadi pemilih yang bijak, bukan membodohi dengan menjadikan
pemilihnya semakin pragmatis akan kepentingan pribadinya. Rugi sekali ketika sebuah hak
istimewa untuk memilih calon pemimpin desanya dicederai oleh amplop atau sogokan yang
tak berarti dan hanya sesaat. Kepentingan kemajuan desa adalah nomor satu, bukan
kepentingan pribadi. Bagaimana ke depan pelayanan desa semakin optimal terhadap
masyarakat; desa yang bersih, nyaman, aman, tentram, makmur dan menjunjung nilai
transparansi. Bukan menyulitkan masyarakat hanya karena persoalan sepele administrasi yang
mengharuskan warganya mengeluarkan uang untuk perkara administrasi yang tidak ada
landasannya. Bobrok lah kabupaten ini ketika semua desanya terlibat dalam ketidaksadaran
perilaku koruptifnya dalam melayani masyarakat. Inilah potensi para calon kepala desa yang
harus digalakkan dalam visi dan misinya, bahwa kepemimpinan bebas koruptif adalah program
utama dalam kepemimpinannya. Semoga orang yang terpilih menjadi kepala desa memahami
indikator visi dan misinya dengan rasional. Pemerintahan Desa yang selalu dianggap indah,
asri, sejuk dan damai oleh warga metropolitan itu harus benar-benar dibuktikan faktanya.
KEMACETAN DI TIGA KOTA BESAR

Tiga kota besar itu adalah Bogor, Bandung dan Jakarta. Hal ini mungkin sudah dianggap
biasa oleh masyarakat di kota yang penduduknya sudah padat. fenomena kemacetan itu
memperlihatkan bahwa, betapa masyarakat sekarang ini bisa dikatakan sangat individualis.
Perhatikan saja, para pengendara tidak peduli dengan pengendara lain di samping kanan-
kirinya. Sepertinya, suara raungan knalpot kendaraan di setiap lampu merah memberikan
pelajaran bahwa masyarakat era sekarang perlu belajar bersabar. Tampaknya sulit. Atau
mungkin fenomena pengendara yang berbaris di lampu merah seolah pebalap di garis start itu,
sudah hilang rasa ketenangannya. Panaslah yang membuat para pengendara tidak betah di jalan
raya hingga mereka ingin segera tiba di tempat tujuannya. Hal ini terutama terjadi pada
pengendara motor. Untuk pengendara mobil yang ber-AC yang selalu mengebut secara tegas
memang ia tidak terlalu sabar dalam mengendarainya. Atau memang, kata individualis dan
egois di era sekarang ini sudah sangat melekat pada masyarakat.

Kesimpulan yang bisa didapat, dengan melihat kejadian di lapangan seperti banyaknya
kecelakaan, yaitu dalam mengendarai, kita perlu berhati-hati. Terlebih, kita harus memastikan
saat kita berkendara tidak membahayakan orang lain. Dan mengatur ritme kecepatan dimana
kita harus mengebut atau tidak.

KOTA SEJUTA ANGKOT

Namaku Abdi. Aku dilahirkan di Kota Hujan, kotanya sejuta angkot. Rumahku dekat
pasar, sudah pasti kampusku juga tidak jauh dari pasar, atau bisa dikatakan di tengah-tengah
kerumunan pasar. Aku benci kemacetan dan kekumuhan di sekitar rumah dan kampusku.
Mahasiswanya harus selalu mencari cara setiap hari agar tepat waktu datang kuliah. Caranya
bisa dengan kebut-kebutan, salip-kanan salip-kiri, sambil berkeluh kesah kepada Pak sopir
angkot dan bergumam, “Jalan raya bukan tempat parkir Pak sopir.”

Sebetulnya Pak sopir angkot yang salah atau siapa? Atau jangan-jangan di setiap samping
jalan raya, ada tukang bakso berjualan, lalu Bapak sopir angkot itu selalu sengaja mampir
makan bakso. Atau jangan-jangan kalau ada tukang buah rambutan, Bapak sopir angkot itu
suka nyicipin dulu rasa buah rambutannya sebelum ia beli, lalu enak memakirkan mobilnya di
tengah jalan raya tanpa merasa bersalah. Oh, atau jangan-jangan ada tukang dagang yang
berjualan di tengah jalan? Ah, masa bisa sih? Atau lagi, Bapak-bapak komandan kita yang
keasikkan nongkrong di warung kopi, sehingga hajat umat pun terabaikan tak terkendali? Atau
lagi-lagi, kita begitu individualis tidak peduli pada orang lain mau apa, yang penting sampai
ke tempat tujuan, terserah orang lain mau terbangjatuh-berputar-putar-tan-tin-tun atau
bagaimanalah? Mungkin seperti ini, kasus-kasus yang ingin aku teliti dan amati, yang mungkin
menurut aku menjadi permasalahan utama kemacetan di kota tersayang itu.

Mudah-mudahan, kotaku juga terbebas dari macet dalam waktu dekat ini. Dan aku juga
menghimbau kepada teman-temanku yang sekota, mari indahkan kota kita, kota yang terbebas
dari kemacetan, kekumuhan akibat atribut-atribut yang merusak keindahan kota, dan
kesemrawutan aktivitias sosial-ekonomi yang ada. Aku juga tidak rela kawan, kalau kotaku
digadaikan oleh mereka yang sedang saling tawar-menawar dengan warga kotaku, mereka
yang nama-namanya ada dalam DCT. Benar aku sangat tidak rela, dan aku akan selalu berbuat
semaksimal mungkin, yang terbaik, untuk kotaku. Aku juga punya hak kawan, sebagai warga
Kota Hujan, aku punya hak untuk mengawasi mereka kawan, mudah-mudahan mereka juga
mengetahui apa yang sedang kukeluhkan kali ini. Yah, kemacetan yang tadi kawan, mudah-
mudahan mereka mengerti.
TAK SEKEDAR MERAH
PEGIAT MIM INDIGENOUS SCHOOL
REFLEKSI PERJUANGAN, LANGKAH AWAL
INTERNALISASI GEN PEMIKIRAN
‘HALIM SEDYO PRASOJO’

Sebagai organisasi gerakan mahasiswa yang selalu dituntut untuk pro-aktif terhadap
kondisi bangsa, maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah sepantasnya menjadi garda
terdepan dalam mengawal sebuah pemerintahan yang ada. Fungsi sebagai agent of control
merupakan tugas yang memang sudah diemban sejak lahir oleh sebuah gerakan mahasiswa.
Merujuk kepada pandangan Ali Syari’ati bahwa para Intelektual Muslim hanya akan memiliki
makna dan fungsi bila mereka selalu berada di tengah-tengah massa rakyat, menerangi massa,
membimbing massa, dan bersama-sama massa melakukan pembaharuan ke arah kehidupan
yang lebih baik, lebih Islami (Syariati : 1984). Ia mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW
sendiri dibangkitkan oleh Allah SWT dari tengah-tengah massa untuk kemudian bersama-sama
keluar dari kegelap-gulitaan ke suasana terang-benderang. Oleh karena itu, seorang Intelektual
sudah seharusnya memahami persoalan yang dihadapi oleh massa. Kalau sebagai seorang
Intelektual tidak memahami persoalan yang dihadapi, bagaimana akan menawarkan sebuah
solusi untuk transformasi. Sudah sepatutnya para Intelektual yang satu dengan yang lain saling
bersinergi menjadi sebuah gerakan kolektif. Sebagai kaum Intelektual kita punya tugas untuk
mengemban cita-cita profetik, Kuntowijoyo mengemukakan bahwa yang kita butuhkan
sekarang adalah ilmu-ilmu sosial profetik, yaitu yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah
fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mempunyai tiga nilai ranah gerak (trilogi) yang
menjadi arah pembentukan karakter kader.
1. Nilai Humanitas
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus peka terhadap kondisi masyarakat, ini
dipahami karena terjadinya sebuah gejala dehumanisasi yang terjadi dalam masyarakat
modern atau masyarakat industri.
2. Nilai Intelektualitas
Sebagai kumpulan “roushan fikr” kata Ali Syari’ati atau “Intelektual organik” kalau
kata Antonio Gramsci maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus dekat dengan
persoalan yang sedang dihadapi ummat atau massa. Seperti halnya di Ilmu Sosial Profetik,
liberasi bisa kita sesuaikan dengan nilai intelektualitas. Liberasi (pembebasan) dari
belenggu sistem ekonomi perlu mendapat perhatian, sebab untuk melihat beberapa
kesenjangan dan ketidakadilan sosial yang semakin menganga lebar. Terakhir liberasi
politik berarti membebaskan sistem dari otoritarianisme, kediktatoran, dan neofeodalisme.
3. Nilai Religiusitas
Kalau disesuaikan dengan ilmu sosial profetik adalah transendensi. Transendensi
keimanan inilah yang menjadi landasan atau pondasi dalam gen pemikiran nilai religiusitas.
Ketauhidan juga menuntut ditegakkannya keadilan sosial, karena setiap manusia baik itu
terhadap alam maupun manusia yang lainnya adalah pengingkaran terhadap derajat
manusia dihadapan Allah SWT. Bahwa keadilan sosial merupakan realisasi “tauhid sosial”.
Atas dasar kesadaran nilai-nilai religius itu, aktivitas pergerakan yang dilakukan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah adalah dalam rangka memperjuangkan dan keberpihakan
terhadap orang-orang yang terpinggirkan dan tertindas serta kaum yang lemah
(Mustadh’afin).

KADER BUTUH BERKARYA


‘HENDRI SUSENO’

Manusia merupakan insan yang di lengkapi dengan segala potensialitas. Potensialitas itu
banyak ragamnya, ada yang menyebutnya sebagai insan yang berfikir bahkan ada juga yang
memberi sebutan sebagai insan sosial. Bahkan sangat wajar manusia disebut sebagai makhluk
sosial sebab manusia memang tidak pernah mampu hidup secara individu. manusia akan
banyak memerlukan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupanya. Oleh sebab itu manusia
haruslah mampu menggunakan segala daya, budi dan potensi dalam rangka membina
hubungan-hubungan sosial dengan masyarakat disekitarnya. Bahkan lebih unik lagi manusia
sebagai insan yang menyejarah. Bahwa ia mampu mencipta, menggerakan, mengubah arah
sejarah.
Setiap individu itu memiliki jalan sejarahnya masing-masing. Sejarah yang penuh dengan
dinamika kehidupan yang serat dengan “misteri” yang tak pernah mampu mengungkap makna
apa yang ada di balik sebuah peristiwa. Bahkan Muhammad Iqbal sendiri mensinyalir bahwa
gerakan sejarah masa lalu merupakan momentum untuk menciptakan sejarah masa depan tetepi
manusia tidak tahu dan tidak akan pernah tahu seperti apa sejarah itu. Atau dengan ungkapan
bahasa kita sehari-hari “andai aku dapat mengubah dunia maka akanaku ubah dunia itu dengan
tanganku (kekuatan), dan aku tidak punya cukup kekuatan untuk dapat melakukaknya. Tetapi
kau dapat mengubah dunia yang ada dalam fikiranku”. Makna yang tersirat dalam tulisan yang
ada di hadapan pembaca sekalian. Sebuah sejarah kehidupan yang di coba di ungkap melalui
kata-kata yang dianulir menjadi sebuah teks. Teks yang memiliki kekuatan untuk menggerakan
pembacanya memahami peristiwa yang coba diungkap oleh penulis. Tulisan ini membantu para
kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menyelami peristiwa–peristiwa yang belum
terungkap dan dan kronologi kejadianya sebagai sebuah fakta yang utuh. Seperti penulis bahas
mengenai kronologi lahirnya Gen Pemikiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada masa
kepemimpinan cabang 2007-2008. Kronologi lahirnya konflik gerakan dalam tubuh Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah kala sebelum itu.

MEMBACA ARUS GERAKAN PEMIKIRAN IMM


‘MAKHRUS AHMADI’

Mohammad Darwis atau yang lebih dikenal dengan Kyai Hj Ahmad Dahlan merupakan
pendiri organisasi Muhammadiyah. Darwis mendirikan organisasi ini meluruskan ajaran islam
yang mulai bercampur aduk dengan budaya lokal—khsususnya dalam praktek ibadah, juga
Darwis sadar bahwa ia tidak bisa berjuang sendirian ditengah kondisi negeri yang ditengah
dijajah kolonial belanda. Ia pun membentuk organisasi Muhammadiyah sebagai ruang/wadah
untuk memperjuangkan islam dengan cara yang baru dan menempatkan anak muda dengan
gagasan progresifnya.

Saat ini, karya gagasan Mohammad Dawis atau Ahmad Dahlan melalui
Muhammadiyah dan amal usahanya diabad kedua sudah mencapai ribuan buah yang tersebar
dalam lembaga pendidikan, sosial, kesehatan dan kemanusiaan. Selain itu, Muhammadiyah
juga ditopang oleh 7 lembaga otonom, termasuk Ikatan Mahasiswa Muhmmadiyah (IMM)
sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah, sekaligus penerus
gagasan Kyai Hj Ahmad Dahlan.

IMM DITENGAH POPULARITAS DAN KEBIMBANGAN GERAKAN

NO ORGANISASI INDONESIA INGGRIS

1 HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 333.000 1.880.000


2 PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) 137.000 1.470.000

3 IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) 139.000 512.000

4 KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim 279.000 10.100.000


Indonesia)
Mengenai popularitas, IMM tidak mengalami kepopuleran dalam gerakannya.
Mengapa demikian? Ini dilihat dari hasil reset melalui mesin penjelajah dunia yakni
Google.com. Dalam reset ini didapatkan sejumlah data mengenai sejauhmana popularitas IMM
dan trilogi IMM. Hasilnya

Dari data diatas, tulisan mengenai IMM dalam Bahasa Indonesia menempati posisi ke
2 terakhir dari 4 organisasi. Sedangkan dalam Bahasa inggris menempati posisi terakhir. Hal
tersebut menjadi bukti nyata bahwa popularitas IMM masih kurang. Dalam hal ini mengapa
IMM masuk dalam peringkat akhir dalam hal populaitas. Pertama, terkait dengan sejarah
kelahiran IMM yang tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Walaupun ada
kaitannya dengan PKI atau rencana pembubaran HMI, namun hal tersebut tidak terlalu
signifikan sehingga hanya segelintir orang yang melakukan penelitian terkait dengan sejarah
kelahiran dan pola gerakan IMM. Kedua, minimnya buku yang berkaitan dengan IMM atau
kurangnya bahan referensi seperti jurnal, artikel, buku dan lainnya yang berkaitan dengan
IMM. Rujukan referensi terkait IMM saat ini masih mengacu pada karya dua orang kader IMM
yakni Farid Fathoni dan Abdul Halim Sani. Ketiga, Muhammadiyah termanifestasi dalam
tubuh IMM. Jika ada penelitian yang berkaitan dengan IMM maupun Muhammadiyah dengan
sendirnya akan terbawa pada dua arus yang saling berkaitan. Keduanya mempunya posisi yang
sama, sehingga tidak menutup kemungkinan jika ada peneliti yang ingin melakukan penelitian
terkait IMM senantiasa akan melakukan rujukan pada Muhammadiyah. Padahal, dalam
kenyataannya tidak selamanya dinamika yang ada di Muhammadiyah seirama dengan
dinamika IMM.

Jadi dalam hal ini, IMM membutuhkan banyak publikasi. Publikasi disini baik dalam
jurnal, buku, resensi, artikel, riset, juga melalui media sosial yang mana dalam era sekarang
yakni revolusi industri 4.0, yang mana dalam era ini media social (internet) marak
dipergunakan dan diperbincangkan. Oleh karena itu sebagai kader IMM kita harus bisa
menjaga eksistensi dari IMM serta mengembangkan dan meningkatkan kepopularitasan IMM
pada masa sekarang.
GEN PEMIKIRAN IMM

Gen pemikiran IMM tidak memposisikan trilogi sebagai nilai agung yang tidak bisa
menafsirkan realitas. Tapi, trilogi dalam mekanisme kerja gen pemikiran dijadikan metodelogi.
Dengan cara seperti ini, trilogi menjadi lebih hidup dan dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik. Timbulnya gejolak pemikiran dikalangan kaum muda Muhammadiyah merupakan
upaya ijtihad untuk menjawab permasalahan kontemporer.
IMM semestinya mampu mengumpulkan dan mengkonsolidasikan pandangan para
kadernya, sehingga dapat menemukan formulasi yang tepat bagaimana seharusnya kader IMM
berfikir, tanpa terjebak para beberapa kutub aliran. Oleh karena itu, diperlukan tidak sedikit
kader untuk bisa menerjemahkan pemikiran kader pendiri IMM dengan ragam pemikirannya
sehingga dapat menghasilkan fomulasi cara berfikir ala IMM atau lebih tepat disebut gen
pemikiran.

MENGENAL DAN MEMPERBAHARUI ALAM PIKIRAN


MUHAMMADIYAH MELALUI IMM
‘RIJAL RAMDHANI’

Secara sederhana, ada tiga hal yang bisa digunakan untuk mengenal Muhammadiyah.
Pertama, melihat Muhammadiyah dari aspek historisnya. Kedua, memahami aspek ideologis
sebagai keyakinan dan cita-cita besar yang menjadi pendorong Muhammadiyah dalam
beramal. Dan yang ketiga, memahami Muhammadiyah dari aspek institusionalnya.

GENEALOGI TAJDID

Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah islam mempunyai cita-cita mulia dengan ingin
kembali melakukan pembaharuan pemikiran, melalui gerakan tajdid. Tajdid diartikan sebagai
pengembalian sesuatu kepada asalnya, menghidupkan sesuatu yang mati atau jumud, dan
memperbaiki atau membangun (Haidar Natsir, 2010: 8). Muhammadiyah memahami tajdid
dalam dua pengertian, yaitu pemurnian dan pengembangan. Hal ini mempunyai pengertian
bahwa, Muhammadiyah berusaha melakukan pemurnian terhadap ajaran islam yang dianggap
menyimpang dari sumber aslinya. Dan Muhammadiyah berusaha melakukan pengembangan
umat ke arah yang lebih baik dari kemarin, juga umat di hari esok jauh lebih baik dibanding
saat ini.
Sebetulnya gerakan tajdid di dalam islam yang dikumandangkan Muhammadiyah di abad
XX genealoginya tidak bisa dilepaskan dari semangat gerakan tajdid yang dilakukan oleh
pemikir-pemikir besar islam di abad sebelumnya. Dimana gerakan tajdid ini dimulai oleh Ibnu
Taimiyyah (1263-1328 M), Abdul Wahab (1703-1782 M), Jamaludin Al-Afghani (1838-1892
M), Muhammad Abduh (1849-1905 M), dan Rasyid Ridha (1856-1935 M). Dengan mata rantai
inilah semangat tajdid sampai kepada Kyai Dahlan sebagai pendiri Muahammadiyah untuk
diwujudkan dalam kepribadian umat islam di Indonesia (khusunya Jawa pada waktu itu). Para
pemikir ini, merupakan para pembaharu di masanya, gagasan mereka sangat modern pada saat
itu. Apa yang digagas dan dilakukan oleh para pembaharu di masa lalu, tentu sangat terikat
oleh ruang dan waktu. Apa yang pada saat itu dikatakan sebagai pembaharuan pemikiran, tidak
bisa dikatakan modern untuk konteks saat ini. Dunia sudah berubah dengan begitu cepat,
teknologi berkembang, dan masyarakat masuk pada fase posmoderen. Apa yang kata pemikir-
pemikir itu dikatakan baru, justru kita harus mengatakannya sebagai sesuatu yang usang untuk
saat ini.

Muhammadiyah sendiri, saat ini bila dipetakan ada tiga gerbong kekuatan. Pertama,
gerbong yang menganggap pintu ijtihad belum tertutup tetapi metodologi tetap tidak berubah,
kedua gerbong yang berkeyakinan metodologi bisa berubah , dan ketiga gerbong yang tidak
terlalu mempedulikan hal itu tetapi lebih mengedepankan amal-amal konkrit yang langsung
berhubungan dengan kebutuhan umat.

Maka sebagai penerus risalah pembaharuan islam, yang meyakini bahwa pembaharuan
tidak hanya terletak pada istimbat hukum saja, tetapi metodologi pun bisa diperbaharui, sebagai
syarat untuk bisa memahami nilai-nilai agama yang abstrak sehingga bisa membumi, harus
digalakan di kalangan kita. Selain amaliyah merupakan hal yang terpenting untuk
membebaskan umat islam dari kemiskinan dan keterbelakangan, pemetaan pemahaman pun
perlu terlebih dahulu harus diletakkan. Sehingga kelak, tindakan yang kita lakukan benar-benar
mengarah pada apa yang dicita-citakan.

GERAKAN 21 IMM PTM MENUJU KEMANDIRIAN

(SEBUAH IKHTIAR MEMERDEKAKAN DIRI SEBELUM


MEMBEBASKAN ORANG LAIN)

‘AHMAD JANAN FEBRIANTO’


Selama ini tidak sedikit kader dari pergerakan lain yang berkata bahwa IMM adalah
organisasi yang manja. Namun hal tersebut benar, dilihat dari peng-ilmu-an yang akan kita
lakukan, gerakan social yang akan kita kerjakan hingga perkaderan yang berjalan akan
tercukupi dengan hal finansial (uang). Berawal dari ingin menjadikan organisasi kita cerdik,
maka sudah saatnya kita jadikan kritik sebagai tangga mencapai kesuksesan yang kolektif
dengan menanggapinya dengan bijak.

GERAKAN 21 IMM

Gerakan 21 merupakan gerakan menabung atau bisa dikatakan iuran rutin untuk
melepaskan belenggu ketergantungan komisariat dari ocehan “Gerakan IMM Gerakan Anak
Manja”. Gerakan ini tentunya gerakan jangka panjang. Gerakan ini adalah gerakan menabung
tiap anggota komisariat sebesar Rp 1000 setiap 2 hari. Dengan pembagian teknis hari pertama
untuk IMMawan sedangkan yang kedua IMMawati.

Ilustrasi:

Jika dalam komisariat terdapat 3 angkatan (2010, 2011 dan 2012) dan masing-masing
angkatan berturut-turut : 2010 berjumlah 10 orang, 2011 berjumlah 20 orang dan 2012
berjumlah 30 orang. Sehingga total kader komisariat aktif 60 orang yang misalkan terdiri dari
IMMawan sebanyak 40 orang sedang IMMawati 20 orang. Berarti jika gerakan ini diadakan
maka komisariat akan mendapat tabungan sebesar Rp 180.000 setiap minggunya. Jika hal
seperti ini bisa di galangkan dengan menjadikannya sebagai salah satu RPJP (Rancangan
Program Jangka Panjang), maka komisariat setiap tahunnya mempunyai tabungan sebesar Rp
8.640.000. dengan asumsi setiap tahun lengkap dan gerakan ini benar-benar menjadi program
jangka panjang maka Rp 8.640.000 x RPJP (5 kali pelaksanaan muktamar= 10 tahun). Maka
dalam 10 tahun tabungan komisariat hasil dari gerakan 21 ini sejumlah Rp 86.400.000. Dana
sebesar ini bisa digunakan untuk membuat sebuah unit Usaha Milik Komisariat (UMK) pada
masanya sehingga memerdekakan kita (komisariat) dari ketergantungan dana.

Anda mungkin juga menyukai