Anda di halaman 1dari 3

OPTIMALISASI PERAN MAHASISWA (AGENT OF CHANGE, SOCIAL CONTROL,

IRON STOCK)

OPTIMALISASI PERAN MAHASISWA

(AGENT OF CHANGE, SOCIAL CONTROL, IRON STOCK)

Pada tulisan ini Saya mulai dengan kata “MAHASISWA”. Mahasiswa dipilih sebagai
pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan. Mahasiswa saya definisikan
di sini sebagai segmen pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual. Di
sini saya tidak membicarakan mahasiswa sebagai orang yang faham teknologi, atau faham ilmu-
ilmu sosial, namun saya mengartikan mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis
dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Berbagai peristiwa akhir-akhir ini membuat bangsa kita telah kehilangan pegangan untuk keluar
dari persoalan. Korupsi yang semakin menjadi, menggurita tak kenal malu, lemahnya penegakan
hukum, kemiskinan, serta persoalan infrastruktur yang tidak merata, dan fasilitas pelayanan
publik yang buruk terus memicu amarah masyarakat. Pemerintah tak berdaya seperti “Televisi
Rusak”. penonoton amat kecewa. Kita melihat hari ini hukum tegak kokoh dihadapan rakyat
kecil, tetapi hukum loyo lunglai di depan orang-orang yang memiliki kekuasaan. Hukum menjadi
tak berguna lagi di depan orang-orang berkuasa. Menurut Hemat saya bahwa Republik Indonesia
yang sering dilabeli sebagai Negara Hukum terus terjepit oleh para pencipta hukumnya sendiri.
Melihat kondisi ini, mahasiswa sebagai kaum intelektual yang punya intelegensi tinggi
diharapkan mampu mengemban tugas besar mahasiswa yang diharapkan dapat mewujudkan
perubahan bangsa yang sudah sangat kacau ini.

Peran mahasiswa sebagai Agent of Change : Salah satu bentuk optimalisasi “Sebagai agen
perubahan, mahasiswa tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau
pelaku dari perubahan tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar.
Sadar atau tidak, telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin
bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah
semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu perubahan kearah yang positif dan tidak
menghilangkan jati diri kita sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah
sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri. Mahasiswa
diharapkan tidak menjadi mahasiswa yang pragmatis, menerima apa adanya tetapi tidak
memperhatikan keadaan yang semakin rusak, hanya menerima teori, hanya pintar beretorika ,
bicara ini dan itu namun kemudian tidak mempunyai aksi nyata dan konkrit. Visi dan aksi
menjadi tolak ukur dari sebuah gerakan mahasiswa. Tidak kemudian hanya menjadi penggagas
melainkan menjadi aktor atau pelaku perubahan.

Peran mahasiswa sebagai Social Control : “Hari ini korupsi semakin memprihatinkan, hukum
bisa dibeli, biaya pendidikan yang mahal, serta berbagai persoalan lainnya. Tentu hal ini tidak
dirasakan bagi mereka yang berkantong tebal, akan tetapi golongan menengah kebawah sangat
merasaknnya. Inilah mengapa kita sebagai mahasiswa harus bertindak serta berperan aktif
dengan ilmu dan kemampuan yang kita miliki. Untuk itu kita harus mengoptimalkan Peran
sebagai mahasiswa yakni sebagai social control. Peran ini terjadi ketika ada hal yang tidak beres
atau ganjil dalam masyrakat. Mahasiswa sudah selayaknya memberontak terhadap kebusukan-
kebusukan dalam birokrasi yang selama ini dianggap lazim. Entah itu dibrokrasi kampus yang
dianggap tidak adil terhadap mahasiswa maupun kabusukan-kebusukan birokrasi dimasyarakat.
Lalu jika mahasiswa acuh dan tidak peduli dengan lingkungan, maka harapan seperti apa yang
pantas disematkan dalam pundak mahasiswa?

Kita sebagai mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian sosial yang peduli terhadap
masyrakat karena kita adalah bagian dari mereka. Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan
dengan DEMO atau turun kejalan saja. Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang
mahasiswa, diskusi-diskusi, atau memberikan bantuan moril dan materil kepada masyarakat dan
bangsa kita. Sekali lagi bentuk optimalisasi kita sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan
mengedepankan visi dan aksi. Visi dan aksi menjadi tolak ukur dari peran mahasiswa.

Peran mahasiswa sebagai Iron Stock : “Para Pemimpin republik ini hanya berhasil

membangun kekesalan rakyatnya dan menanam bibit pesimisme. Mahasiswa sebagai generasi
penerus bangsa diharapkan mengoptimalkan perannya sebagai iron stock yakni memiliki
kemampuan, ketrampilan, dan akhlak mulia untuk menjadi calon pemimpin siap pakai. Hemat
saya mahasiswa itu merupakan asset, cadangan, dan harapan bangsa untuk masa depan. Sejarah
telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi,
lihatlah soe hok gie, ahmad wahid,dan lain-lain. Merakalah mahasiswa yang telah berjuang
melumpuhkan rezim orde lama. Ditangan mahasiswa pulalah mampu melumpuhkan rezim orde
baru yang menjabat begitu lama dan membawa Indonesia ke dalam suatu era yang saat ini
sedang bergulir, yakni era reformasi. Namun realita menunjukan era ini masih jauh dari tujuan
kita sebagai bangsa. Untuk itu kita sebagai generasi baru harus mampu membawa bangsa ini
kearah yang lebih baik.

Sistem demokrasi Indonesia saat ini lebih banyak menciptakan elit yang ingin tampil dan
membanggakan diri. Cuma Mereka mendapatkan tempat karena POLITIK UANG, sehingga
memunculkan para politisi yang tidak berkompeten (instant). Mungkin saja sosok pemimpin dan
negarawan yang selama ini didambakan, akan lahir dari kampus. Lantas yang harus dilakukan
sebagai iron stock adalah mahasiswa tidak cukup jika hanya sebagai akademisi intelektual yg
hanya duduk mendengarkan dosen dalam ruangan perkuliahan. Melainkan memperkaya diri
dengan pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan. Mahasiswa sebagai
iron stock berarti mahasiswa seoarang calon pemimpin bangsa masa depan yang akan
menggantikan generasi yang telah ada, sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk ilmu
spesifik saja. Perlu adanya soft skill seperti Leadership, kemampuan memposisikan diri, dan
sensitivitas yang tinggi.

Saya mengingat kata-kata almarhum soe hok gie seorang mahasiswa yang berani menentang
ketidakadilan beliau berkata dengan lantang “ kita, generasi kita ditugaskan untuk memberantas
generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh
koruptor-koruptor tua, mereka telah menghianati apa yang telah diperjuangkan. Berkhianat
terhadap kemerdekaan. Mereka generasi tua semuanya pemimpin pemimpin yang harus
ditembak dilapangan benteng. Cuma pada kebenaran masih kita harapkan. Dan radio masih
berteriak-teriak menyebarkan kebohongan. Kebenaran Cuma ada dilangit dan dunia hanyalah
palsu, palsu. (Soe Hok Gie).

Untuk itu bangsa ini masih menaruh harapan kepada mahasiswa, ditangan mahasiswalah yang
dapat mengubah bangsa kearah yang lebih baik, kitalah generasi baru. tanpa kita sadari di bumi
Indonesia kini telah tumbuh suatu lapisan baru pemuda-pemuda, pemudi-pemudi Indonesia,
kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai