Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum dingsanak seberataan ngaran ulun Muhammad Alparezi, rancak di kiau ezi.

Ulun urang bontang, tapi lahir di samarinda. Ulun lulusan dari SMAN 1 Bontang.

Hidup mahasiswa, hidup masyarakat Indonesia

Indonesia adalah negara yang indah, bahkan banyak orang mengatakan negara kita adalah negeri surga.
Namun, kebahagiaan jutaan orang dirampok oleh penguasa korup, tikus dari negara yang taat hukum.

Sejak 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dari cengkeraman penjajahan, ternyata suasana kemerdekaan
hanya untuk golongan tertentu, bukan sipil.

Sementara negara-negara lain terus berlomba membangun industri, pendidikan, dan infrastrukturnya
sendiri, kita tetap lemah dan tak berdaya di bawah pengaruh korupsi.

Ada yang tahu berapa banyak uang rakyat yang dikorupsi tikus di negeri ini? Itu tidak ada yang bisa
menjawab, karena saudara-saudara saya terlalu banyak, tapi siapa peduli, jika masing-masing orang,
masing-masing kelompok sibuk menunjukkan kepentingannya masing-masing.

Negara menangis dan menangis ketika melihat negara ini setiap hari ada kasus baru yang kebanyakan
adalah kasus korupsi.

Ini membuktikan betapa rakusnya para pejabat negara ini, mencuri uang rakyat untuk memperkaya diri
sendiri. Akankah kita tetap diam?

Jangan hanya menjadi pemuda pengecut dan membiarkan korupsi terus terjadi di Indonesia. Korupsi
adalah kejahatan yang sangat korup, uang rakyat dihabiskan untuk kepentingan pribadi. Korupsi di negeri
ini telah merugikan rakyat dan negara puluhan triliun dong, bahkan ratusan triliun dong.

Korupsi jelas merupakan virus berbahaya yang mampu menjatuhkan bangsa besar ini, maka kita harus
memberantasnya. Tapi apakah ada yang peduli dengan semua ini?

Apakah masih ada orang yang peduli dengan nasib bangsa? Masihkah orang-orang yang peduli dengan
hak-hak mereka yang telah diculik? Jika masih ada yang peduli, jangan diam, berdiri dan angkat bicara.
Ini negara kita, bangsa kita, tanah kita, rumah kita, dan jangan biarkan korupsi menindas rakyat, kita raih
kemerdekaan untuk diri kita sendiri, rakyat dan pemuda Indonesia.

Para pemimpin negeri ini telah menjadi buta, buta terhadap penderitaan rakyat. Mereka menjadi tuli
dan tuli terhadap tangisan anak-anak yang tidak bisa bersekolah, dan mereka berubah menjadi piranha
yang mampu menghabiskan uang orang dalam sekejap mata. Rakyat hanya bisa menangis ketika melihat
perampasan di seluruh nusantara oleh penguasa mereka sendiri. Orang-orang korup berkeliaran di
negeri ini dengan berani, bahkan bangga dengan kejahatannya.

Apakah mereka memiliki hak untuk hidup saudaraku? Apakah mereka berhak menginjak-injak negeri ini,
saudara-saudaraku?

Mereka tidak pantas untuk hidup saudaraku, mereka terhubung, kita harus memenjarakan mereka.
Namun, apakah undang-undang kita mampu melakukan ini? Apakah mereka berani mengungkapkan
kebenaran?

Saudaraku, hukum negara kita sepertinya tidak berbicara lagi, para penegak hukum telah dibayar oleh
orang-orang korup untuk menyelamatkan mereka di pengadilan.

Karena itu kami hadir untuk menuntut hukum yang benar untuk kepentingan kelompok atau individu,
hukum harus mandiri, hukum harus tegas dengan koruptor, kalau perlu koruptor harus dieksekusi. orang
korup. Menerima? Kepada seluruh mahasiswa di seluruh nusantara, mari kita bersatu membentuk sekat
humanis antikorupsi yang kuat di negeri ini.

Seolah-olah hukum tidak berdaya melawan korupsi, tidak ada harapan jika mahasiswa kita tidak peduli
dengan nasib jutaan rakyat biasa di negeri ini. sekarang mereka yang mewakili rakyat kita tidak bisa lagi
mewakili rakyat, tidak bisa lagi menjadi juru bicara rakyat Indonesia, karena mulutnya sudah dibungkam
untuk dibungkam kepentingannya sendiri.

Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa!

Kawan-kawan, jangan takut untuk berdiri di garis depan melawan segala bentuk penindasan di negeri ini.
Virus korupsi sudah terlalu lama merajalela di negara kita, hari ini kita harus memberantasnya dari tanah
air kita. Terlalu banyak orang menderita karena uang mereka dicuri. Sekarang mari kita berpegangan
tangan untuk membentuk garis untuk bergerak maju.
Nasib bangsa ini bukan lagi di tangan presiden, bukan juga di tangan para wakil rakyat, tapi di tangan
anak-anak muda yang cinta tanah air. Siapa kita? Siapa kita? Siapa kita?

Kami adalah siswa, siswa yang sedang bepergian, tidak terikat pada apapun

Anda mungkin juga menyukai