Anda di halaman 1dari 3

Nama : FAKHRI RAMADHAN

Kelas : 17.7A.25

Nim : 17200338

Artikel/Karangan tentang Korupsi pertemuan 11 b indonesia

Korupsi bukanlah hal yang baru di negeri ini. Mulai dari rakyat kecil, kepala desa, wakil rakyat, pejabat
Negara bahkan hingga tingkat yang lebih tinggi mengenal apa itu korupsi. Betapa tidak, korupsi telah
menjadi santapan sehari hari mereka, walaupun “mungkin” tidak semuanya terlibat.

Korupsi belakangan ini telah menjadi hobi sebagian besar wakil rakyat. Para pejabat tinggi DPR banyak
yang tersandung kasus Korupsi jutaan, ratusan juta, hingga milyaran rupiah. Itu bukanlah hal sepele bagi
kita, apabila uang yang mereka korup-kan milik mereka sendiri, tapi kalau milik kita semua bangsa
Indonesia, tentu hal itu telah menjadi sebuah kejahatan.

Korupsi yang biasanya menyeret sebagian besar anggota para wakil rakyat ini telah bermetamorfosa,
dari hobbi menjadi suatu budaya yang turun temurun. Para wakil rakyat yang terbukti korup akan
diganti oleh wakil rakyat yang lebih bisa dipercaya, walaupun tidak selamanya kita dipaksa percaya
bahwa pengganti mereka adalah pengganti yang lebih baik, padahal korup juga. Disinilah korupsi telah
menjadi hal yang membudaya.

Tidak adanya lembaga hukum yang berperan penting tentang kasus korupsi di Indonesia menyebabkan
suburnya ladang korupsi bagi para koruptor. Mereka melakukan korupsi mulai dari APBD, Dana
Pembangunan Infrastruktur, dan masih banyak lagi.

Tak banyak yang dapat kita lakukan dengan wabah ini. Yang perlu kita lakukan adalah dengan tidak
sekalipun mencoba yang namanya korupsi, walaupun dengan jumlah yang sedikit. Kita juga tidak
diharuskan hanya menonton wabah korupsi ini menyebar dan merenggut kepercayaan kita terhadap
para wakil rakyat. Yang perlu kita lakukan adalah menunggu. Menunggu hingga korupsi yang telah
bermetamorosa ini akan hilang dengan sendirinya. Tapi, kapan?

korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Lalu timbul pertanyaan dalam benak saya, Apa Penyebab Korupsi? sejauh penelusuran saya mungkin karena kita
sejak kecil kurang terdidik untuk bersikap jujur, yang selalu meremehkan hal-hal kecil yang dampaknya bisa
menjadi kebiasaan yang menimbulkan korupsi kecil maupun besar, sebagai contoh dari artikel ini muncul karena
saya melakukan korupsi waktu dalam pekerjaan saya untuk meluangkan waktu membuat artikel ini. Yaa kembali
kejujuran masing-masing, tiap anak harus dididik sedisiplin mungkin maupun sejujur mungkin, karena hal ini lah
yang akan memupuk Ia menjadi baik atau tidak kedepannya. Tentunya ini berkaitan dengan ilmu agama, karena
setiap agama pasti mengajarkan kebaikan. Hal ini harus terus ditanamkan anak sejak kecil bahkan hingga dewasa,
karena hanya orang-orang yang jauh dari agama yang melakukan korupsi dan banyak merugikan banyak orang.

Lalu bagaimana jika hal ini telah terjadi? Maka timbulah pertanyaan baru yaitu Bagaimana Cara Memberantas
Korupsi? Yaa tentu saja kesadaran dalam diri masing. Beberapa dari mereka memberikan usul tentang Cara
Memberantas Korupsi diantaranya :

1. Negara China memberikan hukuman mati bagi mereka yang melakukan korupsi
2. Negara Hongkong ditahun 1974 karena mengetahui 99,9% anggota polisi dan Jaksa terlibat korupsi
memecat seluruh polisi dan jaksa di negara tersebut
3. Ada juga yang mengusulkan Terapkan hukum Islam, yaitu siapa yang korupsi potong tangan
4. Yang saat ini dilakukan indonesia membuat tim anti korupsi KPK, dan lain sebagainya

Itu beberapa cara mereka, namun saya juga mempunyai angan-angan dalam mengatasi perbuatan nista
tersebut. Tentunya dibutuhkan kerjasama antara pihak pemerintah dan rakyat. yaitu pemerintah
dengan memberikan hukuman yang tegas dan memberikan apresiasi serta perlindungan bagi yang
melaporkan tindak pidana korupsi, karena sejauh ini yang melaporkan malah dijadikan tersangka. Ini
yang membuat mereka pihak pemerintah dan rakyat enggan berurusan dengan mafia-mafia hukum
tersebut. Yaa pada intinya tentu kembali kepada diri masing-masing. Apakah tega menikmati
kesenangan diatas penderitaan orang banyak?

Anda mungkin juga menyukai