Anda di halaman 1dari 2

Forum Diskusi 8 ini akan membahas tentang persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

persoalan negara dan konstitusi serta persoalan terkait dengan otonomi daerah dan good and
clean governance. Ada pun persoalannya adalah sebagai berikut.
Otonomi Daerah adalah kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah di dalam mewujudkan
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah di Indonesia. Pada satu sisi otonomi daerah bisa
membantu percepatan pemerataan pembangunan, namun pada sisi yang lain, muncul
persoalan. Salah satu persoalan yang mengiringi pelaksanaan otonomi daerah adalah
maraknya perilaku korupsi yang terjadi tidak hanya di pemerintah pusat, tetapi juga pada
pemerintah daerah. Korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara tersebut bukan hanya
kejahatan biasa, tetapi menunjukkan tata kelola pemerintahan yang buruk. Hal ini tentunya
bertentangan dengan prinsip good and clean governance. Apa pendapat Anda tentang hal
ini? Dan apa saran yang bisa Anda berikan agar pelaksanaan otonomi daerah justru
bisa mengurangi terjadinya perilaku korupsi? Jelaskan jawaban Anda di dalam forum
diskusi ini.
Selamat Berdiskusi...
Korupsi saat ini sudah menjadi trend dimana-mana, yang melakukan korupsi pun
sudah tidak mengenal kelas dan strata lagi, mulai dari level menteri, sampai kepada level
kepala desa, korupsi pun kini sudah mulai menjalar sampai ke penegak hukum dan swasta.
Bahkan yang menyandang status PNS (Pegawai Negeri Sipil) pun, tanpa disadari dalam
kesehariannya telah melakukan perilaku korupsi kecil-kecilan dengan modus "terlambat
masuk kantor dan cepat pulang sebelum waktunya" padahal telah digaji oleh negara dengan
jam kantor yang sudah ditentukan.
Perilaku korup memang sudah menggurita dan sudah menjadi kanker ganas stadium
empat yang susah disembuhkan dan yang lebih parah lagi terduga korupsi pun sudah tidak
mempunyai rasa malu lagi tampil di depan publik. Lihat saja ketika mereka diwawancarai
oleh awak media (cetak maupun elektonik) mereka tidak menampakkan wajah penyesalan
apalagi perasaan bersalah dan dengan enteng mereka menjawab "kan ini baru dugaan belum
tentu kami bersalah dan kita harus menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah".
Banyak orang yang bertanya, apakah korupsi yang sudah mengakar dimana-mana
masih bisa diberantas sampai ke akar-akarnya, sehingga korupsi tidak ada lagi di muka bumi
ini, terutama di negeri tercinta Indonesia? Jika kita realistis tentu jawabannya "TIDAK" tetapi
yang bisa dilakukan adalah bagaimana mengurangi perilaku korupsi dengan cara mencabut
akar-akar korupsi tersebut, yang akarnya adalah kebodohan dan kemiskinan, karena dari
kebodohanlah yang melahirkan kemiskinan dan kemiskinan yang bisa membuat orang
berperilaku korup.
Menurut Artidjo Alkostar (Hakim Agung sekaligus Ketua Kamar Pidana Mahkamah
Agung RI) masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah merajalelanya
korupsi, terutama yang berkualifikasi korupsi politik karena korupsi merupakan penghalang
pembangunan ekonomi, sosial politik, dan budaya bangsa, dimana korupsi dianggap sebagai
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime), karena korupsi di Indonesia sudah meluas dan
sistematis yang melanggar hak-hak ekonomi masyarakat, untuk itu memerlukan cara-cara
pemberantasan korupsi yang luar biasa.
Korupsi berupa tindakan pengambilan uang yang seharusnya tidak miliknya, biasanya
uang tersebut berasal dari masyarakat yang mana biasanya digunakan untuk pembangunan
hingga hal lainnya. Berikut beberapa penjelasan saran agar pelaksanaan otonomi daerah dapat
mengurangi terjadinya perilaku korupsi:
1. Memulai perbaiki diri sendiri dan menanamkan nilai-nilai penting agar terhindar dari
perbuatan korupsi meskipun kecil. Memang mudah menasehati orang lain namun
memulainya dari diri sendiri terkadang malah tidak dilakukan, maka dari hal ini
pentingnya sadar diri untuk menjadi panutan kepada banyak orang dalam berbagai
penerapan hidup.
2. Perbaiki penghasilan para pejabat dalam pandangan terbaik agar meminimalisir dan
mencegah terjadinya korupsi. Salah satu bupati di Indonesia pernah bilang secara terangan
akan korupsi karena baru mengetahui gaji bupati yang sedikit hanya sekitar 3 juta, hal
tersebut menjadi kontroversi besar karena untuk menjadi bupati itu dibilang banyak
pengorbanan dan perjuangan yang mana gajinya tidak terlalu setimpal. Maka pentingnya
perbaikan gaji.
3. Menumbuhkan berbagai kebanggaan terhadap pekerjaan dan atribut terhadap diri sendiri
dalam suatu jabatan agar tidak melakukan perilaku korupsi yang tidak
membanggakan. Rasa kebanggaan terhadap pekerjaan dan jabatan yang dimiliki akan
menimbulkan rasa untuk meminimalisir hingga mencegah terjadinya korupsi, maka dari
hal ini sebaik mungkin mencintai apapun pekerjaannya.
4. Peningkatan hukuman korupsi perlu dilakukan banyak hukuman terhadap pencuri
hukumannya banyak sedangkan korupsi yang berkali kali lipat mencuri hanya beberapa
tahun. Hukuman korupsi selalu menjadi kontroversi di Indonesia, ada beberapa orang yang
korupsi besar-besaran namun hanya dipenjara tiga tahun sedangkan hanya mencuri tidak
sampai uang beberapa malah mendapatkan uang yang relatif banyak.

pn-palopo.go.id/index.php/berita/artikel/220-korupsi-dalam-pusaran-politik-dan-budaya

Anda mungkin juga menyukai