Anda di halaman 1dari 2

OJK Rilis Panduan Penerapan PSAK 71 & 68 Bank di Tengah Corona, Apa Bedanya

dengan Kondisi Normal?

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan panduan


penyusunan laporan keuangan, terutama dalam menerapkan ketentuan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 dan PSAK 68.

Sebagai informasi, PSAK 71 mengatur soal penghitungan pencadangan, sedangkan PSAK 68


mengenai pengukuran nilai wajar surat berharga. Surat Edaran mengenai hal tersebut
ditandatangani oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana.

Baca Juga : Beredar Analisis Kondisi Bank Terdampak Corona, OJK: Itu Hoax Surat ini
mengacu pada POJK No.11/POJK.03/2020 dan Panduan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan – Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK – IAI) pada 2 April 2020 tentang Dampak
Pandemi Covid -19 terhadap Penerapan PSAK 8.

Ketentuan penyesuaian penerapan PSAK 71 dan 68 tersebut dikeluarkan mengingat kondisi


sektor jasa keuangan yang terpengaruh melemahnya perekonomian akibat pandemi corona
atau Covid-19, sehingga menimbulkan ketidakpastian ekonomi global dan domestik secara
signifikan Dalam SE OJK, perbankan diminta untuk mematuhi dan melaksanakan POJK
No.11/POJK.03/2020 dan secara produktif mengindentifikasi debitur yang selama ini
berkinerja baik, tetapi menurun kinerjanya karena terdampak Covid-19.

Baca Juga : Pastikan Kebijakan Tepat Sasaran, OJK: Leasing Masih Proses Verifikasi Data
Bank juga diminta untuk menerapkan skema restrukturisasi mengacu pada hasil asesmen
yang akurat, disesuaikan profil debitur dengan jangka waktu paling lama satu tahun dan
hanya diberikan kepada debitur yang benar-benar terdampak corona.

Selain itu, bank diminta menggolongkan debitur yang mendapatkan skema restrukturisasi
dalam stage 1 dan tidak diperlukan tambahan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
Bank pun harus mengidentifikasi dan monitoring secara berkelanjutan serta berjaga-jaga
untuk tetap membentuk CKPN apabila debitur yang telah mendapatkan restrukturisasi
berkinerja baik pada awalnya dan diperkirakan menurun karena terdampak Covid-19 dan
tidak dapat pulih pascarestrukturisasi atau setelah pandemi berakhir.

Baca Juga : Bank dan Leasing Restrukturisasi Kredit 300.000 Lebih Nasabah Dalam keadaan
normal, berdasarkan PSAK 71, perbankan harus menyediakan pencadangan sejak awal
periode kredit dengan dasar proyeksi kerugian kredit di masa datang berdasarkan berbagai
faktor, termasuk perkiraan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan standar baru tersebut, bank harus menyediakan CKPN untuk semua kategori
kredit, baik berstatus lancar, ragu-ragu, maupun macet. Selain itu, OJK juga memberikan
panduan penyesuian bagi perbankan dalam penerapan PSAK 68, yaitu pengukuran nilai wajar
dari surat berharga mengingat tingginya volatilitas dan penurunan signifikan volume
transaksi di bursa efek yang mempengaruhi pertimbangan bank dalam menentukan nilai
wajar surat berharga.

OJK meminta bank untuk menunda penilaian yang mengacu pada harga pasar (mark to
market) untuk SUN dan surat-surat berharga lain yang diterbitkan Pemerintah, termasuk surat
berharga Bank Indonesia selama enam bulan. Selama masa penundaan, perbankan dapat
menggunakan harga kuotasian tanggal 31 Maret 2020 untuk penilaian surat-surat berharga
tersebut.

Bank juga diminta menunda penilaian yang mengacu pada harga pasar (mark to market)
untuk surat-surat berharga lain selama enam bulan sepanjang meyakini kinerja penerbit surat-
surat berharga tersebut dinilai baik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Selama masa penundaan, perbankan dapat menggunakan harga kuotasian tanggal 31 Maret
2020 untuk penilaian surat-surat berharga tersebut. Apabila dianggap kinerja penerbit surat
berharga itu tidak atau kurang baik, maka bank dapat melakukan penilaian berdasarkan
model sendiri dengan menggunakan berbagai asumsi, antara lain suku bunga, credit spread,
risiko kredit penerbit, dan sebagainya.

Selain itu, bank juga harus melakukan pengungkapan yang menjelaskan perbedaan perlakuan
akuntansi yang mengacu pada panduan OJK dengan standar akuntansi sebagaimana
disyaratkan oleh PSAK 68. Adapun, PSAK 68 merupakan standar akuntansi yang bertujuan
untuk menentukan harga di mana transaksi teratur akan terjadi antara pelaku pasar dalam
kondisi pada tanggal pengukuran. Dalam PSAK tersebut diatur pengukuran dengan input
informasi yang dapat diobservasi. Input level I menggunakan harga pasar aktif pada tanggal
pengukuran (harga kuotasian tanpa penyesuaian), input level 2 menggunakan dasar harga
observasi atas aset dan liabilitas secara langsung maupun tidak langsung, dan input level 3
menggunakan dasar asumsi risiko atas aset atau liabilitas yang nilai wajarnya tidak dapat
diobservasi secara andal. Nilai wajar diukur dengan mempertimbangkan informasi pada
tanggal pelaporan dan tidak memasukkan informasi yang memuat prediksi masa depan

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "OJK Rilis Panduan Penerapan PSAK 71
& 68 Bank di Tengah Corona, Apa Bedanya dengan Kondisi Normal?", Klik selengkapnya di
sini: https://finansial.bisnis.com/read/20200416/90/1227991/ojk-rilis-panduan-penerapan-
psak-71-68-bank-di-tengah-corona-apa-bedanya-dengan-kondisi-normal.
Author: Annisa Sulistyo Rini
Editor : Annisa Sulistyo Rini

Anda mungkin juga menyukai