Anda di halaman 1dari 20

OSLER

“MELANOMA AURICULA DEXTRA”

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan


THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Dokter Pendidik Klinis:

dr. Wawan Siswadi, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :

Shofia Hilmi Abdillah (2013020024)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOESELO SLAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

1
HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus seorang pasien laki-laki usia 65 tahun menderita


melanoma auricula dextra dengan :

Penguji Kasus : dr. Wawan Siswadi, Sp.THT-KL


Dibacakan Oleh : Shofia Hilmi Abdillah
Dibacakan : 24 Maret 2021

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan di Bagian Ilmu Kesehatan


THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Slawi, 24 Maret 2021


Mengetahui
Penguji kasus

dr. Wawan Siswadi, Sp.THT-KL

1
DAFTAR ISI

OSLER...............................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................1
2. Tujuan....................................................................................................1
3. Manfaat..................................................................................................2
BAB II................................................................................................................3
I. IDENTITAS PASIEN................................................................................3
II. KELUHAN UTAMA................................................................................3
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG...................................................3
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU........................................................4
V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA....................................................4
VI. RIWAYAT SOSIAL, EKONOMI DAN GAYA HIDUP........................4
VII. PEMERIKSAAN UMUM......................................................................4
VIII.PEMERIKSAAN THT...........................................................................5
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................7
X. RESUME...................................................................................................7
XI. DIAGNOSIS BANDING.........................................................................7
XII. DIAGNOSIS...........................................................................................8
XIII. TATALAKSANA.................................................................................8
XIV. PLAN....................................................................................................8
XV. PROGNOSIS..........................................................................................8
BAB III..............................................................................................................9
A. Definisi..................................................................................................9
B. Epidemiologi..........................................................................................9
C. Etiologi dan Faktor Risiko...................................................................10
D. Patofisiologi.........................................................................................10
E. Manifestasi klinis.................................................................................11
F. Penegakkan diagnosis..........................................................................12
G. Penatalaksanaan...................................................................................13

2
H. Prognosis..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Melanoma maligna adalah keganasan dari sel-sel yang
memproduksi pigmen (melanosit), yang terletak terutama di kulit, tetapi
juga ditemukan di telinga, saluran pencernaan, mata, mukosa mulut dan
genital dan leptomeningens (McCourt, C. 2014).
Melanoma maligna merupakan bentuk kanker kulit yang paling
invasif, memiliki tingkat kematian yang tinggi, terutama jika tidak
terdeteksi dini. Kanker kulit nonmelanoma (NMS Cs), seperti karsinoma
sel basal dan karsinoma sel skuamosa lebih umum tetapi metastasisnya
kurang, dan hanya sebagian kecil yang mengarah ke kematian (Wilvestra,
S., 2018). Telah lama dicatat bahwa melanoma maligna terdiri dari
beberapa subtipe yang berbeda, tergantung letak munculnya dan dari
patogenesisnya yang bervariasi. Klasifikasi WHO saat ini didasarkan pada
klasifikasi melanoma yang diusulkan oleh Clark dan rekan yang
menggunakan aspek morfologis dari fase pertumbuhan awal, yaitu
melanoma penyebaran superfisial (SSM), melanoma maligna lentigenous
(LMM), melanoma nodular (NM) dan melanoma lentigo akral (ALM)
(Kumar, et al. 2018).
Melanoma maligna adalah tumor yang sangat agresif yang timbul
dari melanosit intra-epidermal, pada atau di dekat permukaan kulit.
Melanoma maligna kulit terdiri dari sekelompok tumor heterogen dengan
variabilitas biologis yang luas. Di daerah kepala dan leher, karakteristik
tumor ini berbeda dari yang terjadi di situs anatomi lainnya. Sekitar 20%
melanoma maligna berkembang di daerah kepala dan leher dan, di
antaranya: 15% terletak di telinga luar, biasanya di helik. Dan jarang
ditemukan di bagian liang telinga (Matthews, 2017).

1
2. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui,
mengerti dan memahami kasus Melanoma Aurikula.

3. Manfaat
Penulisan laporan kasus ini memiliki manfaat untuk mengetahui
dan memahami maupun sebagai sarana edukasi terkait penyakit Melanoma
Aurikula

2
BAB II
LAPORAN KASUS

Tanggal : 24 Februari 2021

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. Z
2. Usia : 65 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Guru
6. Suku : Jawa
7. No. RM : 659998

II. KELUHAN UTAMA


Terdapat masa di telinga kanan

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Seorang laki-laki usia 65 tahun datang ke poliklinik THT RSUD
Dr. Soeselo Slawi dengan keluhan terdapat massa di telinga kanan sejak 2
minggu yang lalu. Awalnya keluhan berupa benjolan kecil di telinga kanan
sudah dirasakan pasien sejak kecil, namun sejak 2 minggu yang lalu
benjolan tersebut semakin membesar. Benjolan yang disertai rasa gatal,
tidak disertai rasa sakit atau pun panas.
Keluhan mulut dan tenggorokan seperti nyeri tenggorokan
disangkal, nyeri menelan dan kesulitan menelan disangkal, keluar dahak
dari tenggorokan disangkal, rasa sumbatan di leher disangkal, suara serak
disangkal, batuk disangkal. Pasien menyangkal demam, sesak napas, mual,
muntah.

3
Keluhan pada hidung seperti sumbatan pada hidung disangkal.
Sekret dari hidung disangkal, bersin disangkal, perdarahan dari hidung
disangkal, gangguan menghidu disangkal.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit telinga sebelumnya, tidak
ada riwayat penyakit sistemik sepeti DM, Hipertensi, dan penyakit jantung
di sangkal. Pasien tidak memiliki alergi, baik alergi obat, makanan, bahan
kimia, bulu hewan.

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Didalam keluarga, pasien mengatakan tidak ada yang mengalami
keluhan hal serupa. Riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi,
dan penyakit Jantung disangkal.

VI. RIWAYAT SOSIAL, EKONOMI DAN GAYA HIDUP


Pasien menggunakan asuransi BPJS. Pasien tidak memiliki
kebiasaan seperti penggunaan obat obatan psikotropika, mengorek telinga,
merokok, minum alkohol.

VII. PEMERIKSAAN UMUM


1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan umum : Baik, tampak sakit ringan
3. Tanda vital
a. Tekanan darah: 138/80 mmHg
b. Nadi : 96x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36,5oC
4. Thorrax : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Paru-paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

4
VIII. PEMERIKSAAN THT
1. Telinga

Dextra Sinistra

Daun Telinga Normotia, terdapat masa Normotia


pada lobus auricularis
dextra

Canalis auricularis Lapang, Lapang,

Hiperemis(-), edema (-), Hiperemis(-), edema (-),

Membran timpani perforasi(-),hiperemis(-), perforasi(-),hiperemis(-),


edema (-), reflek cahaya edema (-), reflek cahaya
(+) (+)

Tragus pain (-) (-)

Discharge (-) (-)

Nyeri tarik (-) (-)


auricular

Serumen (-) (-)

2. Hidung

Dextra Sinistra

5
Hidung luar Bentuk (normal), Bentuk (normal), hiperemi
hiperemis (-), nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
(-), deformitas (-) deformitas (-)

Cavum nasi Normal, mukosa pucat Normal, mukosa pucat (-),


(-), hiperemis (-) hiperemis (-)

Discharge (-) (-)

Concha inferior Hipertrofi (-), mukosa Hipertrofi (-), mukosa


hiperemis (-) hiperemis (-)

Meatus Nasi Mukosa hiperemis, sekret Mukosa hiperemis, sekret


Media (-), massa berwarna putih (-), massa berwarna putih
mengkilat (-). mengkilat (-).

Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-) Deviasi (-), perdarahan (-)

Nyeri pada daerah

● Sinus (-) (-)


frontalis

● Sinus
maksillaris (-) (-)

● Sinus
sphenoidalis Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi
● Sinus
ethmoidalis

Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi

6
3. Mulut
a. Bibir : dalam batas normal
b. Ginggiva : dalam batas normal
c. Gigi : dalam batas normal
d. Lidah : dalam batas normal
e. KGB : dalam batas normal

4. Tenggorokan

Dextra Sinistra

Tonsil T1 T1

Faring Hiperemis (-)

Laring Tidak dievaluasi

Nasofaring Tidak dievaluasi

Lain-lain (-)

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang disarankan:
● Biopsi

X. RESUME
Seorang laki-laki usia 65 tahun datang ke poliklinik THT RSUD Dr.
Soeselo Slawi dengan keluhan terdapat massa di telinga kanan sejak 2 minggu
yang lalu. Awalnya keluhan berupa benjolan kecil di telinga kanan sudah
dirasakan pasien sejak kecil, namun sejak 2 minggu yang lalu benjolan
tersebut semakin membesar. Benjolan yang disertai rasa gatal, tidak disertai
rasa sakit atau pun panas.
Keluhan mulut dan tenggorokan seperti nyeri tenggorokan disangkal, nyeri
menelan dan kesulitan menelan disangkal, keluar dahak dari tenggorokan

7
disangkal, rasa sumbatan di leher disangkal, suara serak disangkal, batuk
disangkal. Pasien menyangkal demam, sesak napas, mual, muntah.
Keluhan pada hidung seperti sumbatan pada hidung disangkal. Sekret dari
hidung disangkal, bersin disangkal, perdarahan dari hidung disangkal,
gangguan menghidu disangkal.
Pada pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan hasil Tekanan darah 138/80
mmHg, Suhu 36, 5 C, Laju pernapasan 20x/m , Nadi 91x/m. Pada
pemeriksaan THT didapatkan Terdapat adanya massa pada lobus auricular
dextra.

XI. DIAGNOSIS BANDING


● Keratosis seboroik
● Lentigo melanoma maligna

XII. DIAGNOSIS
Melanoma auricula dextra

XIII. TATALAKSANA
● Farmakologi
o Ciprofloxacin 500mg tab no X
S 2 dd 1
o Asam mefenamat 500mg tab no X
S 2 dd 1
XIV. PLAN
- Biopsi eksisi

XV. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Melanoma Maligna (MM) merupakan keganasan kulit yang berasal dari
sel-sel melanosit, sel-sel tersebut masih mampu membentuk melanin sehingga
pada umumnya MM berwarna coklat atau kehitaman (Tan, 2015). Biasanya
menyebabkan metastasis yag luas dalam waktu yang singkat, tidak saja melalui
aliran limfe ke kelenjer regional, tetapi juga menyebar melalui aliran darah ke
alat-alat dalam, serta dapat menyebabkan kematian (Harahap, 2013).

B. Epidemiologi
Insiden melanoma maligna telah meningkat sebesar 4-6% setiap tahunnya
terutama pada populasi berkulit putih yang mendominasi wilayah seperti Amerika
Utara, Eropa Utara, Australia, dan Selandia Baru. Hal ini sebagian disebabkan
oleh penurunan fotoproteksi dari berkurangnya melanin (Matthews, N., 2017). Di
Amerika Serikat, tercatat sebesar 44,9% penderita melanoma maligna berusia
antara 55-74 tahun, sementara kejadian melanoma lebih rendah pada orang-orang
yang berusia kurang dari 40 tahun. Insiden melanoma maligna pada wanita dan
pria terjadi secara berbeda. Remaja wanita dan dewasa muda lebih rentan
menderita melanoma maligna daripada pria. Namun, setelah usia 40 tahun, angka
kejadian melanoma maligna pada pria lebih besar daripada wanita. Beberapa
berpendapat bahwa peningkatan kerentanan ini terlihat pada laki-laki sebagian
kemungkinan disebabkan oleh hormon androgen. Melanoma maligna lebih sering
dilaporkan muncul pada bagian punggung dan bahu pria dan pada wanita biasanya
muncul pada tubuh bagian bawah (Matthews, N., 2017).
Di Indonesia, kasus melanoma maligna banyak ditemukan namun data
insidensinya sulit diperoleh karena sebagian dari kasus ini ditangani ekstramural.
Dalam rentang tahun 2002-2007, kasus melanoma maligna sekitar 21% dari
keseluruhan kanker kulit di Rs. Dr. M. Djamil Padang, dan 9,1% di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Melanoma maligna lebih banyak ditemukan pada

9
perempuan (70%) daripada laki-laki (30%), dan paling sering terjadi pada
kelompok usia 45-53 tahun dengan persentase 30%. Karakteristik histopatologi
yang paling banyak ditemukan dalam penelitian adalah subtipe nodular melanoma
(100%) (Syaputri NA, dkk. 2018).

Melanoma maligna pada telinga diperkirakan terjadi pada 1-4% dari


semua melanoma kulit dan sekitar 7-20% melanoma pada daerah kepala dan
leher. Di daerah kepala dan leher, karakteristik tumor ini berbeda dari yang terjadi
di situs anatomi lainnya. Sekitar 20% melanoma maligna berkembang di daerah
kepala dan leher dan, di antaranya: 15% terletak di telinga luar, biasanya di helik.
Dan jarang ditemukan di bagian liang telinga.
C. Etiologi dan Faktor Risiko
Risiko melanoma meningkat pada orang yang sering terkena pajanan sinar
matahari (ultraviolet), terutama pada pajanan yang kuat walaupun sesekali.
Pajanan ultraviolet pada masa muda penting dalam meningkat risiko sakit. Sifat
lain yang juga dapat meningkatkan kemungkinan menderita melanoma adalah
nevus displastik, adanya melanoma dalam keluarga, banyak nevus melanostik di
badan, banyak lentigines, rambut pirang atau kemerahan, mata biru atau hijau, dan
kulit terang serta kulit mudah terbakar matahari (Menaldi, 2015).

D. Patofisiologi
1. Proliferasi dari Melanosit (benign lesions)
Hal yang pertama terjadi yaitu sebuah proliferasi dari melanosit menjadi
benign nevus. Secara klinis, nevi ini berbentuk datar dan sedikit menonjol
dengan warna yang seragam atau gambaran teratur 8 dari pigmen dot-like
pada sebuah latar yang cokelat atau hitam kecokelatan. Secara histologi, lesi
ini memiliki peningkatan jumlah dari kumpulan melanosit yang bersarang
sepanjang lapisan basalis (Paek et al., 2008).
2. Dysplastic Nevi (random atypia)
Selanjutnya perkembangan dari pertumbuhan yang abnormal. Ini mungkin
terdapat pada tempat yang sebelumnya ada benign nevus atau pada tempat
yang baru. Secara klinis lesi ini mungkin asimetris, batasan tidak rata,

10
mengandung lebih dari satu warna, atau memiliki diameter yang lebih besar.
Secara histologi, lesi ini memiliki sel yang abnormal bentuk yang bebas dan
sel-selnya tidak berdampingan lagi (Miller dan Mihm, 2006).
3. Fase Radial-growth (pertumbuhan intraepidermal)
Selama fase radial-growth, sel-sel memiliki kemampuan untuk berproliferasi
secara intraepidermal. Secara klinis, lesi ini kadangkadang bisa menonjol.
Lesi ini tidak lagi memperlihatkan sel abnormal yang bebas dan sebagai
gantinya dia memperlihatkan bentuk sel kanker di seluruh lesi (Paek et al.,
2008).
4. Fase Vertical-growth (invasi dermis)
Lesi yang berlanjut ke fase vertical-growth memiliki kemampuan untuk
masuk ke dermis dan membentuk nodul besar, meluas ke papillary dermis.
Sel-sel kanker bisa juga masuk ke reticular dermis dan sel adipose (Miller dan
Mihm, 2006).
5. Metastasis Melanoma
Akhir dari semua perkembangan kanker yaitu berhasil menyebarkan sel-sel
kanker ke bagian kulit lain dan organ-organ tubuh lainnya, dimana sel-sel
tersebut bisa berproliferasi dan metastasis (Miller dan Mihm, 2006).

E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis ditemukan pada melanoma maligna sudah dikenal dengan
“Melanoma Maligna ABCDEF”, sebagai berikut:
 A-Asymetry, yaitu bentuk tumor yang asimetris
 B-Border irregularity, yaitu garis batas yang tidak teratur
 C-Color variegation, yaitu memiliki lebih dari satu warna seperti cokelat
atau hitam. Bisa juga merah, biru, abu-abu, hipopigmentasi atau
depigmentasi
 D-Diameter, yaitu diameter tumor lebih dari 6 mm
 E-Evolution atau change, yaitu ada perubahan dari warna, ukuran,
simetris, dan gejala
 F-Funny-looking lesions (Bandarchi et al., 2010; Holterhues, 2011)

11
F. Penegakkan diagnosis
1. Anamnesis
Memberikan pertanyaan riwayat terpapar sinar matahari yang lama,
riwayat kulit terbakar yang berulang akibat paparan sinar matahari, riwayat
menderita melanoma maligna sebelumnya ataupun keluarga yang pernah
menderita melanoma maligna, riwayat immunosuppressant diseases, dan jika
memang ada lesi ditanyakan sesuai Glasgow 7-point checklist dimana jika ada
2 poin dari kriteria mayor seperti perubahan ukuran, perubahan warna, dan
perubahan bentuk dengan 1 poin dari kriteria minor seperti mengeluarkan
darah, perubahan sensasi, inflamasi atau diameter lebih dari 7 mm. jika
didapatkan 3 poin maka dicurigai terdapat keganasan kulit (McCourt, Dolan,
dan Gormley, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
Ada 4 jenis melanoma maligna yang berbeda terlihat dari gambaran klinis:
 Superficial Spreading Melanoma (SSM) merupakan 70% jenis
melanoma maligna, biasanya berkembang pada tempat yang
sebelumnya ada naevus, mengalami perubahan yang lambat hingga
membutuhkan beberapa tahun, kemudian tumbuh secara vertikal
dan berkembang menjadi nodula biru kehitaman. Berupa plak
berukuran 0,5 – 3 cm dengan tepi meninggi dan ireguler. Terdapat
bermacam-macam warna, seperti abu-abu, biru, hitam, dan
kemerahan (Swetter, Geller, dan Kirkwood, 2004).
 Nodular melanoma (NM), terhitung 15% dari semua melanoma
maligna dan bisa menjadi lebih agresif daripada SSM dengan
permulaan klinis yang pendek. Lesi ini berasal dari de novo di kulit
dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, biasanya di
badan, kepala, atau leher. Biasanya berupa papula berwarna biru
atau hitam, diameternya 1-2 cm, dan berbatas tegas (Chan dan
Greenbaum, 2013).

12
 Lentigo Maligna Melanoma (LMM), jenis ini jarang ditemukan di
Indonesia, di Negara barat lokasi yang tersering pada wajah sekitar
4-10% dan umumnya pada usia tua, pertumbuhannya vertikal dan
sangat lambat, berupa makula kecokelatan. LMM berhubungan
dengan paparan sinar matahari yang panjang dan intens, lebih
sering terkena perempuan daripada laki-laki (Goldstein dan
Goldstein, 2001).
 Acral Lentigo Melanoma (ALM), ini biasanya banyak ditemukan
pada orang kulit berwarna. Biasa pada orang Asia terutama Jepang,
terhitung insiden 70% di Jepang. Lesi ini berwarna dan sering
ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki, atau di bawah nail
bed. Jenis ini dinyatakan paling agresif dibanding jenis yang lain
(Bandarchi et al., 2010).
3. Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi
Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi ini merupakan standar diagnosis
melanoma maligna. Apabila ditemukan lesi pigmentasi yang diduga melanoma
maligna setelah lesi pigmentasi memenuhi 2 kriteria mayor dan 1 kriteria
minor maka selanjutnya dilakukan biopsi eksisi luas. Semua lesi yang diduga
melanoma maligna seharusnya dihilangkan sempurna vertikal dan horizontal
(Suyatno dan Pasaribu, 2010). Prinsip biopsi harus sempurna, jenis biopsi
tergantung pada ukuran dan lokasi anatomi lesi. Bila kurang dari 2 cm
dilakukan eksisi tumor dengan batas tumor 2-5 mm sedangkan insisi tumor
dilakukan ketika diameter lesi lebih dari 2 cm dan secara anatomi letak lesi
sulit seperti di daerah wajah (Rager, Bridgeford, dan Ollila, 2005). Tindakan
lymph node dissection dan terapi adjuvan dipengaruhi oleh kedalaman lesi.
Untuk 5-6 mm punch biopsy dilakukan untuk mengambil lesi yang mencapai
subcutaneous fat (Goldstein dan Goldstein, 2001).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan melanoma daun telinga merupakan hal yang menantang
mengingat peran penting telinga kosmesis dan fungsi. Tidak ada pengobatan pasti

13
untuk berbagai bentuk aurikuler melanoma telah ditemukan didirikan, dan
referensi literatur untuk keputusan terapeutik dasar langka. Bono dkk. menyatakan
bahwa penghapusan profilaksis dari setiap lesi melanositik pada telinga luar tidak
dibenarkan. Sebaliknya, Benmeir dkk, dalam penelitian mereka, menekankan
perlunya penghapusan awal eksternal telinga nevi karena: 70% pasien ingat
memiliki nevus yang tiba-tiba berubah menjadi melanoma ganas.

Umumnya, pengobatan melanoma daun telinga termasuk eksisi luas pada


kulit pinna. Keputusan mengenai eksisi tulang rawan harus dibuat berdasarkan
luasnya penyakit, itu kedalaman lesi dan rekonstruksi yang diperlukan. Kadang-
kadang, reseksi tulang rawan mungkin diperlukan untuk eksisi dan rekonstruksi
baji. Membujur eksisi pinna kemungkinan besar akan menghasilkan kosmetik
kelainan bentuk. melanoma maligna pada telinga dapat diobati dengan aman
dengan eksisi dan rekonstruksi konservatif; eksisi konservatif dengan margin 1 cm
mungkin aman prosedur untuk melanoma telinga invasif, terlepas dari ketebalan
tumor.

H. Prognosis
1. Usia
Beberapa penelitian melaporkan bahwa seiring bertambah usia pasien
menandakan prognosis buruk sesuai hubungannya dengan overall survival
rates. Laki-laki dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki mortalitas yang tinggi
pada melanoma maligna. Seperti yang diketahui bahwa semakin bertambah
usia berpengaruh terhadap penurunan mekanisme pertahanan imun tubuh
(Nagore et al., 2006).
2. Jenis kelamin
Banyak dari penelitian telah melaporkan bahwa perempuan memiliki survival
rates yang lebih baik daripada laki-laki, walau telah disesuaikan juga dengan
tebal tumor dan letak tumor (de Vries et al., 2007).
3. Letak tumor
Letak melanoma maligna sesuai anatomi berbagai hasil dampaknya terhadap
survival rate. Sesuai penelitian yang dilakukan AJCC, letak melanoma maligna

14
di badan, kepala, dan leher berhubungan dengan prognosis buruk daripada
letak melanoma maligna di ekstremitas (Garbe et al., 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Ali Z., Yousaf N., and Larkin J. 2013. Melanoma epidemiology, biology and
prognosis. 11(2): 81-91.

Alves, ISS., Berriel LGS., and Alves RT. 2017. Sinonasal Melanoma: A case
report and literature review. 2017; 2017: 8201301.

Bhattacharya A., Young A., and Wong A. 2017. Precision Diagnosis Of


Melanoma And Other Skin Lesions From Digital Images. 2017. hal.
220–226.

Buissin D., Sterle A., and Schmiegelow P. 2015. Primary anorectal malignant
melanoma: a rare but aggressive tumor: report of a case. 2015; 13: 12

C. McCourt, O. Dolan, G. Gormley. 2014. Malignant melanoma: A pictorial


review. Ulster Medical Journal. 83(2):103-10.

El-Naggar AK., Chan JK., and Grandis JR. 2017. WHO Classification of Head
and Neck Tumours (4th Edition). International Agency for Research on
Cancer (IARC), Lyon, France. hal. 60 – 61.

Elder DE., Massi D., Scoyler RA. 2018. WHO Classification of Skin Tumours
(4th Edition). International Agency for Research on Cancer (IARC),
Lyon, France. hal. 76-145.

Goldstein, B.G., and Goldstein, A.O., 2001. Diagnosis and Management of


Malignant Melanoma. American Family Physician 63(7): 1359-1386.

Herbst, M.C., 2014. Fact Sheet on Malignant Melanoma. Cancer Association


of South Africa: 1-15.

15
Kumar V., Abbas AK., and Aster JC. 2018. Robbins Basic Pathology (10th
edition) Elsevier, Phiadelphia, Pennsylvania. hal. 905 – 907.

Matthews, N., Li W., and Qureshi A. 2017. Cutaneous Melanoma: Etiology


and Therapy. 2017; 21.

16

Anda mungkin juga menyukai