Tinjauan Pustaka
1. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Lingkungan kerja non fisik menurut Sedarmayanti, (2001), adalah semua
keadaan yang berkaitan dengan hubungan kerja,baik hubungan dengan atasan
maupun hubungan dengan dengan rekan kerja, ataupun hubungan dengan
bawahan.
Dalam I Gede, et al, (2018), terdapat teori utama mengenai kepuasan kerja
yang sering di adopsi dalam studi – studi menganai kepuasan kerja, yaitu Teori
Dua Faktor yang dikemukakan oleh Herzberg (Robins et al., 2013). Herzberg et
al. (1959) menyatakan bahwa keputusan karyawan terbagi menjadi dua yaitu,
hygiene dan motivator, dimana faktor-faktor hygiene memuaskan karyawan dalam
kondisi tertentu seperti pengawasan, hubungan interpersonal, kondisi kerja fisik,
gaji, tunjangan, dan lain-lain, sedangkan yang menjadi faktor motivator seperti
prestasi karyawan, tanggung jaawab serta perkembangan hasil kerja. Locke
(1969), menurutnya kepuasan kerja, yang merupakan salah satu hal yang paling
banyak dipelajari dalam literature dan studi-studi yang relevan, dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan emosi menyenangkan yang dihasilkan dari
penilaian pekerjaan seseorang sebagai pencapaian atau fasilitas prestasi terhadap
nilai-nilai pekerjaan seseorang. Kepuasan kerja menggambarkan perasaan pekerja
yang didasari atas pengalaman kerjanya. Pendapat tersebut dinyatakan oleh Levy
and Montmarquette (2004) dalam I Gede et al, (2018). Pendapat lain juga
diungkapkan oleh Azemm (2010) and Roobins et al., (2013), kepuasan kerja dapat
diukur melalui 5 (lima) komponen yaitu pembayaran (pay), pekerjaan (job),
kesempatan promosi (promotion opportunitie), atasan (supervisor), rekan kerja
(co-worker).
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja maka mereka tidak akan
pernah mencapai psikologis dan akhirnya akan timbul sikap atau tingkah laku
negatif dan pada gilirannya akan menimbulkan frustasi yang akan dialami oleh
karyawan tersebut, sebaliknya jika karyawan yang telah terpuaskan atau mencapai
kepuasan kerjanya maka akan dapat bekerja dengan baik, penuh semangat, aktif,
dan dapat berprestasi lebih baik dari karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja. Pendapat tersebut didukung oleh Strauss dan Sayles dalam Handoko (1992).
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Caugemi dan Clypool (1978),
dalam Sutrisno (2009), terdapat penemuan bahwa hal-hal yang menyebabkan rasa
puas adalah :
1. Prestasi.
2. Penghargaan.
3. Kenaikan jabatan.
4. Pujian.
1. Kebijakan perusahaan.
2. Supervisor
3. Kondisi kerja
4. Gaji.
Terdapat juga pendapat lainnya yang dikemukakan oleh Brown dan Ghiselli
(1950), dalam Sutrisno (2009), bahwa adanya 4 (empat) faktor yang menimbulkan
kepuasan kerja, yaitu :
1. Kedudukan.
2. Pangkat.
3. Jaminan finansial dan jaminan social.
4. Mutu pengawasan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
Perilaku individu yang bebas, yang tidak secara langsung atau eksplisit
diakui oleh system pemberian penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi
efektif organisasi. Definisi ini juga disampaikan oleh Organ, (1988), dalam Diah,
et al, (2016). Atau dengan kata lain, OCB adalah perilaku karyawan yang
melebihi peran yang diwajibkan, yang telah secara langsung atau eksplisit diakui
oleh system reward formal. Merupakan perilaku pilihan yang tidak menjadi
bagian dari kewajiban kerja formal seorang karyawan, namun mendukung
berfungsinya organisasi tersebut secara efektif. Berdasarkan definisi mengenai
beberapa pokok-pokok di atas dapat ditarik beberapa pokok-pokok penting, yaitu:
a. Tindakan bebas, sukarela, tidak untuk kepentingan diri sendiri namun untuk
pihak lain (rekan kerja, kelompok, atau organisasi).
b. Tidak diperintahkan secara formal.
c. Tidak diakui dengan kompensasi.
d. Pengahragaan formal.
e. Dimanesi OCB.
Dalam Diah, (2016) terdapat 5 (lima) dimensi OCB menurut Organ et al,
(2006), adalah sebagai berikut :
1. Altruism
Dimensi ini mengarah kepada memberi pertolongan yang merupakan
kewajiban ditanggungnya.
2. Conscientiousness
Dimensi ini menjangkau jauh diatas dan jauh kedepan dari panggilan tugas.
3. Sportmanship
Perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang kurang ideal
dalam organisasi tanpa mengajukan keberatan-keberatan.
4. Courtessy
Menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari masalah-
masalah interpersonal.
5. Civic Virtue
Dimensi ini mengarah pada tanggung jawab yang diberikan organisasi pada
tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada seorang untuk
meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni.
2.2. Kajian Empiris
Penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan
dalam penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.
Bu
Ke
Li
GaOr
da
pu
ngmga
ya
kuba
asni
ng.
Orr
anza
gaKe
Ketio
an
ra
nis
rja
Ke n
ng
asi
rja Ci
ka
(Ytiz1
Ko
en
(Xns
)21
)sh
ep
tuip
al
Be
ha
vi Berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang dikemukakan pada
or
gambar . menjelaskan bahwa Budaya Organisasi, dan Lingkungan Kerja dapat
(O
mempengaruhi
CB Kepuasan Kerja dan Organiszation Citizenship Behavior (OCB),
)
(Y2
)
dan Kepuasan Kerja dapat mempengaruhi Organization Citizenship Behavior
(OCB).