tugas kelompok
Mata Kuliah:
Nama:
I
KATA PENGANTAR
Penyusun
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
professor yang meneliti tentang blended Blended e-learning dan menyebutkan
konsep dari Blended e-learning. Selain itu, pada penelitian Sharpen et.al (2006)
ditemukan bahwa banyak institusi yang telah mengembangkan dengan bahasa
mereka sendiri, definisi atau tipologi praktik blended. Definisi dari Ahmed, et.al
(2008) menyebutkan :
Blended Blended e-learning, on the other hand, merges acpects of blended
e-learning such as: web-based instruction, streaming video, audio,
synchronous and asynchronous communication, etc : with tradisional,
face-to-face learning.
Definisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawi (2006) menjelaskan
pengertian dari Blended Blended e-learning yaitu :
One of newest models is called Blended Blended e-learning (BEL). The
model, BEL, is designed basically based on combination of the best
acpects of application of information technology blended e-learning,
structured face-to-face activities, and real world practice.
Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat persamaan antara Blended Blended e-
Learning yaitu penggabungan aspek blended e-learning yang termasuk web-based
instruction, streaming video, audio, synchronous and asynchronous
communication atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi informasi blended e-
learning, dengan kegiatan tatap muka. Blended Blended e-learning juga
merupakan pendekatan terbaru menurut atau model baru menurut Soekartowi.
Blended learning sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan
lingkungan pembelajaran elektronik atau blended e-learning, menggabungkan
aspek blended e-learning seperti pembelajran berbasis web, streaming video,
komunikasi audio synchronous, dan asynkoronous dengan pembelejaran
tradisional tatap muka. Pendapat lainnya dipaparkan Bhonk dan Graham (2006)
juga mendedfinisikan sebagai berikut : blended learning is the combination of
instruction from two historically separate models of teaching and learning:
Traditional learning systems and distributed learning systems. It emphasizes the
central role of computer-based technologies in blended learning. (Handjerrouit,
2007). Bhonk dan Graham (2006) menjelaskan bahwa blended learning adalah
3
gabungan dari dua sejarah model perpisahan mengajar dan belajar: sistem
pembelejaran tradisional dan sistem penyebaran pembelejaran, yang menekankan
peran pusat teknologi berbasis komputer dalam blended learning.
Deskripsi sejarah model perpisahan mengajar dan belajar tersebut juga
dijelaskan oleh Heinze dan Procter (2004) sejarah perjalanan blended learning
terjadi jika semakin tinggi teknologi yang digunakan maka semakin panjang
waktu yang digunakan secara online learning. Pada awalnya pembelajaran
tradisional tatap muka, kemudian makin tinggi teknologi maka semakin lama
waktu pembelajaran beralih menggunakan elektronik murni (blended e-learning
pure) dalam bentuk online. Tapi terjadi kombinasi metode pembelajaran
tradisional dengan online (pure blended e-learning). Penjelasan mereka tentang
konsep blended learning dijelaskan pada gambar berikut ini :
4
2.2 Karakteristik Blended Blended e-Learning
Blended Learning adalah pembelajaran yang tercampur antara tatap muka
dan jarak jauh, pembelajaran yang memadukan antara komponen online dan
komponen tatap muka. Istilah Blended learning masih memiliki sinonim antara
lain adjunct mode dan hybrid teaching atau hybrid courses yang kedua-duanya
sangat umum di Amerika Serikat. Blended learning merupakan pengembangan
lebih lanjut dari metode e-learning, yaitu metode pembelajaran yang
menggabungkan antara sistem e-learning dengan metode konvensional atau tatap
muka (face-to-face).
Adjunct mode adalah model elerning yang digunakan untuk menunjang sistem
pembelajaran tatapmuka di kelas
1
Robin Mason & Frank Rennie, 2010,Ibid,hal xxxvii
5
Gambar 2.4 Komponen Blended-Blended E-Learning (Hadjerrouit:2007)
6
Blended e-learning maka teori belajar yang mendasari model pembelajaran
tersebut adalah teori belajar konstuktivisme (individual learning).
1. Active learners
2. Learners construct their knowledge
3. Subjective, dynamic and expanding
4. Processing and understanding of information
5. Learner has his own learning.
Individual learning dalam teori ini pelajar adalah peserta yang aktif, kalau
dapat membangun pengetahuan mereka sendiri, secara subjektif, dinamis dan
berkembang. Kemudian memproses dan memahami suatu informasi,
sehinggapelajar memilik pembelajarannya sendiri. Pelajar membangun
pengetahuan mereka berdasarkan atas pengetahuan dari pengalaman yang mereka
alami sendiri. Teori belajar berikutnya yang melandasi model Blended Blended e-
learning adalah teori belajar kognitif. Pendekatan kognitif menekankan bagan
sebagai satu struktur pengetahuan yang diorganisasi (Brunner, 1990; Gagne et.al.,
1993). Menurut Bloom (1956) mengidentifikasi enam tingkatan belajar kognitif
yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.
Teori terakhir adalah teori belajar konstruktivisme sosial yang
dikembangkan oleh Vygotsky. Menurut Vigotsky (1978) adalah sebagai berikut:
the way learners construct knowledge, think, reason, and reflect on is uniquely
shaped by their relationships with others. He argued that the guidance given by
more capable others, allows the learner to engage is levels of activity that could
not be managed alone. Konstruktivisme sosial disebut juga collaborative learning.
Karakteristik teori belajar tersebut adalah sebagai berikut (Hasibuan, 2006).
7
Teori ini membuat pelajar membangun pengetahuan, berpikir, mencari
alasan, dan dicerminkan dengan bentuk yang unik melalui berhubungan dengan
yang lain. Pelajar belajar dari penyelesaian masalah yang nyata, pelajar juga
bergabung pada suatu pembangkit-pengetahuan. Pengajar juga masuk ke dalam
sebagai pelajar bersama-sama dengan siswanya. Bentuk tugas juga akan diolah
dan pengetahuan dinilai dan diciptakan lalu membangun pengetahuan yang baru.
Blended e-learning memiliki beberapa keunggulan antara lain pendekatan
belajar yang beragam, lebih mudah dalam mengakses pengetahuan, terjadi
interaksi sosial, bersifat pribadi, menghemat biaya, dan memudahkan dalam
revisi.
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam
berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar
blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersamasama
dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda. Sebuah
komunitas belajar dapat dilakukan oleh pelajar dan pengajar yang dapat
berinteraksi setiap saat dan di mana saja karena memanfaatkan yang diperoleh
komputer maupun perangkat lain sebagai fasilitasi belajar. Blended learning
memberikan fasilitasi belajar yang sangat sensitif dan efektif terhadap segala
perbedaan karakteristik psikologis maupun lingkungan belajar.2
2
Rusman,dkk.2011.Opt.Cit.hal 246
8
untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya,sedangkan didalam
pembelajaran "blended e-learning" fokus utama nya adalah pelajar.pelajar
mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk
pembelajaranya,Suasana pembelajaran blended e-learning akan memaksa
pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.Secara
spesifik dalam pendidikan guru blended e-learning memiliki makna sebagai
berikut:
1. Blended e-learning merupakan penyampain
informasi,komunikasi,pendidikan,pelatihan-pelatihan tentang materi
keguruan baik subtansi materi pelajaran maupun ilmu kependidikan
secara online.
2. Blended e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat
memperkaya nilai belajar secara konvensional sehingga dapat
menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
3. Blended e-leraning tidak berarti menggantikan model belajar
konvensional didalam kelas,tetapi memperkuat model belajar tersebut
melalui penggayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
4. Kapasitas guru amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara
penyampaian nya.makin baik keselarasan antar conten dan alat
penyampaian dengan gaya belajar,maka akan lebih baik kapasitas
siswa yang pada gilirannya akan memberikan hasil yang lebih baik.
5. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik,dimana siswa dengan guru
dapat berkomonikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh
hal-hal yang protokoler.
6. Memanfaatkan keunggulan komputer(digital media dan computer
network).
7. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri disimpan dikomputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja
bila yang besangkutan memerlukannya.
9
8. Memanfaatkan jadwal pembelajaran,kurikulum,hasil kemajuan belajar
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pemdidikan dapat
dilihat setiap saat di kompuer.
Pendapat Haughey(1998) tentang pengembangan blended e-lerning
mengungkapkan bahwa terdapat tiga kemungkinan dalam pengembangan
sistem pembelajaran berbasis internet,yaitu:
1. web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
oendidkan,yang mana peserta didik dan pengajar sepenuh nya terpisah
dan tidak diperlukan adanya tatap muka, Seluruh bahan
ajar,diskusi,konsultasi dan penugasan sepenuhnya disampaikan
melalui internet. Untuk pendidikan guru model seperti ini dapat
digunakan untuk peningkatan'knowledge dan skill'.
2. Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan
antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian
materi disampaikan melalu internet dan sebagaian lagi melalui tatap
muka fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada pembelajaran untuk mempelajari materi
pembelajaran memlaui web yang telah dibuatnya,dalam tatap mukab
pelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang
telah dipelajari melalu internet tersebut. Model ini lebih relevan untuk
diguakan dalam pengembangan pendidikan guru,dilihat dari
kondisi,kultur,dan infrastruktur yang dimiliki saat ini.
3. Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk
menunjang peningkatan kulaitas pembelajaran yang dilakukan
dikelas.Fungsi internet adalah untuk memberikan penggayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar,sesama peserta
didik,anggota kelompok. Oleh karena itu, peran pengajar dalam hal ini
dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi dari
internet,membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs
yang relevan,menyajikan materi melalui web yang menarik dan
diminati.
10
2.4 Prosedur Blended Learning dalam Penbelajaran
11
mendapatkan materi-materi baru bahkan lebih up to date dari berbagai sumber
bahkan pakar dari seluruh belahan dunia.
Generasi Z sudah sangat dimanjakan sekali dengan berbagai kemudahan-
kemudahan yang ditawarkan. Tidak zamannya lagi kita harus berdiam diri
menunggu intruksi dari guru saja di sekolah. Bagaimana dan seperti apa si
prosedur atau langkah-langkah model blended learning dalam pembelajaran?
Secara spesifik dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Blended Learning
terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK Profesor Steve
Slemer menyarankan enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan
blended learning agar hasilnya optimal, diantaranya adalah
1) tetapkan macam dan materi bahan ajar,
2) tetapkan rancangan blended learning yang digunakan,
3) tetapkan format on-line learning,
4) lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat,
5) selenggarakan blended learning dengan baik, dan
6) siapkan kriteria evaluasi pelaksanaan blended learning (Sjukur, 2012).
Pertama, menetapkan macam dan materi bahan ajar. Pendidik harus paham
betul bahan ajar yang seperti apa yang relevan diterapkan pada pendidikan jarak
jauh (PJJ) yang sebagian dilakukan secara face to face dan secara online atau web
based learning.
Kedua, tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan. Rancangan
pembelajaran harus benar-benar dirancang dengan baik dan serius, dan juga harus
melibatkan ahli e-learning untuk membantu. Hal ini bertujuan agar rancangan
pembelajaran yang dibuat benar-benar relevan dan memudahkan sistem
pembelajaran face to face dan jarak jauh, bukan malah mempersulit siswa ataupun
tenaga kependidikan lainnya dalam penyelenggarakan pendidikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan pembelajaran blended
learning adalah
a) bagaimana bahan ajar tersebut disajikan,
12
b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatnya
anjuran guna memperkaya pengetahuan,
c) bagaimana siswa bias mengakses dua komponen pembelajaran tersebu,
d) faktor pendukung apa yang diperlukan, misalnya software apa yang
digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok atau individu saja.
Ketiga, tetapkan format online learning. Apakah bahan ajar tersedia dalam
format PDF, video, juga perlu adanya pemberitahuan hosting apa yang dipakai
oleh guru, apakah Yahoo, Google, Facebook, atau lainnya.
Keempat, melakukan uji terhadap rancangan yang dibuat. Uji ini dilakukan agar
mengetahui apakah sistem pembelajaran ini sudah berjalan dengan baik atau
belum. Mulai dari kefektivan dan keefesiensi sangat diperhatikan, apakah justru
mempersulit siswa dan guru atau bahkan benar-benar mempermudah
pembelajaran.
Kelima, menyelenggarakan blended learning dengan baik. Sebelumnya sudah
ada sosialisasi dari guru atau dosen mengenai system ini. Mulai dari pengenalan
tugas masing-masing komponen pendidikan, cara akses terhadap bahan ajar, dan
lain-lain. Guru atau dosen disini bertugas sebagai petugas promosi, karena yang
mengikuti penyelenggaraan blended learning bias dari pihak sendiri dan bahkan
dari pihak lain.
Keenam, menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi. Contoh evaluasi yang
dilakukan adalah dengan Ease to navigate,Content/substance,
Layout/format/appearance, Interest, Applicability, Cost-effectiveness/value.
a. Ease to navigate, seberapa mudah siswa bisa mengakses semua
informasi yang disediakan di paket pembelajaran. Kriterianya,
makin mudah melakukan akses, makin baik.
b. Content/substance, bagaimana kualitas isi yang dipakai. Misalnya
bagaimana petunjuk mempelajari bahan ajar itu disiapkan, dan
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya.
Kriterianya: makin mendekati isi bahan ajar dengan tujuan
pembelajaran adalah makin baik.
13
c. Layout/format/appearance, paket pembelajaran (bahan, petunjuk,
atau informasi lainnya) disajikan secara profesional. Kriterianya:
makin baik penyajian bahan ajar adalah makin baik.
d. Interest, dalam artian sampai seberapa besar paket pembelajaran
yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk
belajar. Kriterianya: siswa semakin tertarik belajar adalah makin
baik.
e. Applicability, seberapa jauh paket pembelajaran yang bisa
dipraktekkan secara mudah. Kriterianya: makin mudah adalah
makin baik.
f. Cost-effectiveness/value, seberapa murah biaya yang dikeluarkan
untuk mengikuti paket pembelajaran tersebut. Kriterianya: semakin
murah semakin baik.
14
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Konsep Blended Learning merupakan salah satu inovasi dalam
pembelajaran. Inovasi ini menyangkut pencampuran model belajar konvensional
dan model belajar online dengan jaringan internet. Pembelajaran Blended
Learning ini adalah model pembelajaran campuran maka teori yang digunakan
pun terdiri atas berbagai teori belajar dari beberapa ahli dengan menyesuaikan
situasi dan kondisi belajar peserta didik. Teori pembelajaran yang cocok dalam
pembelajaran ini salah satunya ialah teori disiplin mental, karena menganggap
bahwa para siswa memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu
dan dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Namun Blended
Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam
kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi
pendidikan.
1.2 Saran
1. Hendaknya dalam menerapkan blended learning pendidik dapat
memastikan bahwa seluruh pesertanya memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga dalam belajar secara mandiri via online tidak banyak
hambatan yang dikarenakan oleh faktor sarana dan prasarana yang kurang
memadai.
2. Hendaknya pendidik telah menyiapkan solusi terbaik dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul dalam metode ini.
3. Pembagian materi belajar harus dapat dialokasikan dengan baik, dengan
mempertimbangkan isi bahan ajar, serta tujuan pembelajarannya, mana
yang harus dibahas secara tatap muka atau dapat dipelajari secara mandiri.
15
4. Pendidik juga harus menyiapkan jadwal yang terorganisir untuk tatap
muka dan pembelajaran mandiri diawal, Agar peserta didik mengetahui
secara jelas jadwal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
16