Anda di halaman 1dari 4

MODUL RBL

SISTEM PENGUAT SINYAL PADA DETEKTOR RADIOAKTIVITAS


Hanley Andrean, Cici Wulandari, Muhamad Rizka Taufani, Bryan Andy Putra, Fandi Walio,
Praba Fitra Perdana, Ginanjar Nur Rohim
10211044, 10211041, 10211028, 10211058, 10211107, 10211108, 10210077
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: hanley.andrean@s.itb.ac.id

Asisten : Surya Wiranto Jati/10210096


Tanggal praktikum: 09-05-2014

Abstrak
Peluruhan radioaktif merupakan proses pelepasan partikel pengionisasi oleh inti atom yang tidak stabil. Partikel
yang dilepaskan oleh inti memiliki kemampuan untuk mengionisasi atom-atom lain karena energi yang cukup
tinggi. Detektor radiasi didesain untuk dapat mendeteksi peluruhan radioaktif dengan intensitas tinggi yang
berbahaya. Pada perancangan detektor radiasi, akan didapatkan pulsa elektrik setiap kali ada partikel pengion
yang berhasil mengionisasi atom lain dan kemudian dideteksi oleh detektor. Karena pulsa yang dihasilkan sangat
kecil, maka dibutuhkanlah sistem penguat yang ideal agar informasi yang ada tidak hilang sehingga detektor dapat
mengukur tingkat radioaktivitas pada suatu tempat. Pada percobaan ini akan disimulasikan penguatan pulsa
rangkaian penguat inverting dan penguat peka muatan dengan menggunakan piranti lunak ISIS Proteus. Hasil
yang didapatkan menunjukkan bahwa penguat peka muatan lebih cocok untuk menguatkan pulsa dari detektor
radiasi.
Kata Kunci: Detektor, Penguat, Pulsa, Radioaktif, Simulasi

I. Pendahuluan
Peluruhan radioaktif merupakan proses
pelepasan partikel pengionisasi oleh inti atom
yang tidak stabil. Materi yang mengalami
proses ini disebut sebagai materi radioaktif.
Untuk pendeteksian radioaktivitas pada suatu
tempat tertentu, biasanya digunakan instrument
yang disebut sebagai detektor radiasi.
Detektor radiasi yang umum digunakan
biasanya merupakan detektor jenis isian gas.[1] Gambar 1. Skema Detektor Radiasi[1]
Detektor jenis ini biasanya memiliki tabung
yang didalamnya diisi dengan gas dan 2 buah Sinyal listrik yang dihasilkan dari detektor
elektrode. Kedua elektrode diberi beda potensial radiasi biasanya memiliki karakteristik
yang cukup tinggi dan besar beda potensialnya amplitudo kecil, rise-time kecil, fall-time lebih
terus-menerus diamati. Apabila terdapat radiasi besar, dan bersifat unipolar. Sinyal elektrik yang
pengion dari materi radioaktif, maka gas akan dihasilkan pada detektor ini akan bernilai
terionisasi dan kemudian karena adanya medan negatif karena dihitung dari penurunan beda
listrik yang dihasilkan elektrode, partikel gas potensial pada elektrode. Umumnya bentuk
akan menempel pada elektrode dan menurunkan sinyal akan terlihat seperti pada gambar 2.
beda potensial pada kedua elektrode. Penurunan
nilai beda potensial ini akan tercatat sebagai
pulsa elektrik yang kemudian diteruskan untuk
diproses.
Gambar 2. Pulsa Elektrik pada Detektor Radiasi[2]

Karena karakteristik pulsa yang sedemikian Gambar 4. Penguat Peka Muatan


rupa, dibutuhkan penguatan dan pengubahan
bentuk (reshaping) dari pulsa agar dapat Rangkaian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
diproses secara digital. Untuk menguatkan pulsa bagian FET, dan bagian penguat. Bagian FET
ini, ada dua tipe penguat yang akan dibahas, berfungsi untuk membuat impedansi pulsa
yaitu penguat inverting dengan op-amp, dan menjadi tinggi agar pulsa siap untuk masuk ke
penguat peka muatan.[3] dalam op-amp yang didesain memiliki
Pada percobaan ini, digunakan piranti lunak impedansi input tinggi.
ISIS (Intelligent Schematic Input System) Hasil penguatan pada kedua rangkaian
Proteus untuk mensimulasikan efek penguatan kemudian dapat dilihat pada osiloskop digital
pulsa yang dihasilkan detektor radiasi dengan yang sudah ada dalam ISIS Proteus. Pada
kedua jenis penguat yang telah disebutkan. Pada percobaan ini, akan dilihat hasil penguatan yang
ISIS Proteus, dapat dibuat rangkaian penguat dilakukan dan dibandingkan hasilnya untuk
inverting seperti pada gambar 3. kedua penguat.

II. Metode Percobaan


Percobaan dilakukan dengan membuat
rangkaian pada gambar 3 dan gambar 4 pada
ISIS Proteus. Kemudian simulasi dijalankan dan
dilihat hasil perbandingan masukan dan
keluarannya pada osiloskop digital.
Dari simulasi yang dilakukan, diduga
penguatan yang lebih sensitif akan ada pada
penguat peka muatan yang dapat dilihat dari
Gambar 3. Penguat Inverting hasil pulsa setelah dikuatkan yang akan
mencakup waktu yang lebih panjang.
Rangkaian ini menggunakan op-amp
common purpose LM741. Keunggulan dari III. Data dan Pengolahan
penguat jenis ini adalah sederhana dan mudah Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan
untuk dibuat. Sedangkan untuk rangkaian data sebagai berikut:
penguat peka muatan dapat dilihat pada gambar
4.
Selain itu, dapat dilihat juga bahwa penguat
peka muatan memiliki nilai linearitas yang lebih
baik karena dapat menguatkan semua bagian
dengan sama rata. Hal ini dapat dilihat jelas
pada bagian punca pulsa. Pada penguat
inverting, pulsa yang pada awalnya rata pada
bagian puncak akan menjadi tidak rata setelah
dikuatkan. Hal yang sama tidak terjadi pada
penguat peka muatan.
Selain kedua hal diatas, pada rangkaian
Gambar 5. Pulsa Sebelum Dikuatkan (kuning) dan inverting tidak dilakukan impedance matching
Pulsa Setelah Dikuatkan (biru) untuk Penguat terlebih dahulu. Hal ini kemungkinan akan
Inverting menunjukkan ketidakstabilan dalam penguatan
dan mengakibatkan tidak semua bagian pulsa
akan dikuatkan karena tidak adanya
maksimalisasi transfer daya pada rangkaian.
Pada rangkaian penguat peka muatan, karena
terlebih dahulu dilakukan impedance matching,
maka akan didapatkan hasil yang maksimal dan
lebih stabil. Hal ini menjadi sangat penting
karena pulsa yang dihasilkan sangat kecil dan
rentan mengalami interferensi dengan sinyal
lain yang dapat mendominasi dan
menghilangkan informasi dari sinyal yang
dibawa.
Gambar 6. Pulsa Sebelum Dikuatkan (kuning),
Kedua penguat yang digunakan memiliki
Pulsa Setelah Melewati Rangkaian FET (biru), dan
Pulsa Setelah Dikuatkan (merah) untuk Penguat karakteristik sendiri-sendiri. Pada penguat
Peka Muatan inverting dapat dilihat bahwa penguatan
dilakukan dengan nilai penguatan sebanding
dengan nilai perbandingan dari kedua hambatan
IV. Pembahasan
yang digunakan. Penguat inverting ini sangat
Dari hasil yang sudah didapatkan, dapat
umum digunakan di berbagai rangkaian
dilihat pada gambar 5 bahwa pulsa yang sudah
elektronik. Penguat jenis ini akan mengalami
dikuatkan memiliki rentang waktu yang relatif
ketidakakuratan penguatan salah satunya
sama dengan pulsa sebelum dikuatkan (rise-
disebabkan oleh faktor arus bias pada input op-
time dan fall-time tidak berbeda jauh),
amp riil yang impedansinya tidak tak berhingga.
sedangkan pada penguat peka muatan, hasil
Pada penguat peka muatan, rangkaian dapat
yang sudah dikuatkan akan memiliki fall-time
dibagi menjadi bagian FET dan bagian op-amp.
yang lebih lama daripada rise-time seperti sinyal
Rangkaian pada bagian FET berfungsi untuk
nuklir semula yang biasanya memiliki rasio fall-
memberikan impedansi masukan yang tinggi,
time/rise-time mencapai 1000. Hal ini
sedangkan bagian op-amp berfungsi untuk
menunjukkan bahwa penguatan yang dilakukan
menguatkan dan memberikan impedansi
oleh penguat peka muatan lebih menyerupai
keluaran yang rendah untuk hasil yang baik.
pulsa yang sebenarnya.
Pada rangkaian digunakan op-amp AD847 yang
Hasil ini kemudian menunjukkan bahwa
memiliki keunggulan dapat menguatkan dengan
penguat peka muatan lebih baik dalam
kecepatan yang tinggi, sehingga sangat cocok
menguatkan pulsa karena pulsa yang sudah
digunakan untuk menguatkan pulsa pada
dikuatkan masih akan menyerupai pulsa
detektor radiasi yang biasanya bermunculan
sebenarnya, sedangkan untuk penguat inverting,
dengan rentang waktu sangat cepat. Selain itu
hal yang sama tidak terjadi. Pulsa akan berubah
op-amp AD847 juga berfungsi pada daerah low
bentuk sehingga menjadi bentuk Gaussian.
power, sehingga penggunaannya lebih mudah
dan lebih hemat.
Selain itu, pada rangkaian peka muatan,
digunakan kapasitor pada bagian op-amp untuk
memberikan efek filter (seperti pada catu daya)
untuk membuat fall-time menjadi lebih besar
pada penguatan yang dilakukan.

V. Simpulan
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh
hasil bahwa penguat peka muatan lebih cocok
daripada penguat inverting untuk menguatkan
pulsa yang dihasilkan pada detektor radiasi.
Namun, dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai
penguat jenis lain yang mungkin lebih baik dari
penguat peka muatan.

VI. Daftar Pustaka


[1]Pulse Processing And Analysis. Helmuth
Spieller. Radiation Detection and Measurement
November 10 – 11, 2002 Nuclear Science
Symposium Norfolk, Virginia

[2]Gambar Pulsa Elektrik pada Detektor


Radiasi [gambar dari internet]. 2006 [dikutip
2014 Mei 9. Didapat dari:
http://www.scielo.org.ar/img/revistas/laar/v37n
3/3a01g04.png

[3]Arrum Gammayani, Widya. Su’ud, Zaki.


Djamal, Mitra. Nagara, Nanda. Simulasi Kerja
Penguat Awal Sistem Spektroskopi Nuklir
dengan ISIS Proteus. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Nuklir. Bandung,
2013.

Anda mungkin juga menyukai