Anda di halaman 1dari 3

MODUL 7

Persamaan Differensial Orde 2


Oriza Naufal Harish
10211110
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: Orizanaufalharish@yahoo.com

Asisten: Kingkin Permadi / 10210044


Nur Adhi Nugroho / 10210017
Muhamad Ilyas / 10210086
Tanggal Praktikum: 02-04-2014

Abstrak
Persamaan differensial dapat memecahkan banyak kasus fisika di lingkungan sekitar kita semua. Dan untuk
memecahkan dan mencari solusi persamaan differensial tersebut kita dapat menggunakan metode numeric dari
metode euler atau shooting method. Metode ini adalah salah satu dari banyak metode numeric lainya yang dapat
digunakan untuk memecahkan ODE. Metode euler berasal dari deret taylor yang di sederhanakan. Deret taylor
yang digunakan hanya hingga orde 1 saja. Dan dengan persamaan tersebut kita mendapatkan solusi numeric untuk
memecahkan persamaan differensial biasa. Dan juga persamaan differensial berorde 2
Kata kunci: Euler, Shooting method,

I. Pendahuluan II. Metode penelitian


Tujuan dari praktikum ini adalah agar bisa
memahami dan mengetahui cara untuk Berikut flowchart dari source kode yang
memecahkan persamaan differensial orde 2 digunakan
secara numeric dan menerapkan syarat batasnya.
Dan bisa membuat kode sederhana yang Mulai
berkaitan dengan persamaan diferensial orde 2
dan menggunakan metode euler dan shooting Input: t, k, m, b, dt, x0
method.
Metode euler adalah metode numeric yang
paling sederhana yang diturunkan dari deret Iterasi i:dt:t
taylor yang menggunakan hingga orde 1 saja. a(c) = -(k/m)*x(c) - v(c)*(b/m)
Metode ini dapat memberikan solusi dari v(c+1) = v(c) + a(c)*dt
persamaan differensial karena turunan pertama x(c+1) = x(c) + v(c+1)*dt
memberikan estimasi langsung kemiringan pada E1(c) = (m * v(c)^2)/2;
E2(c) = (k * x(c)^2)/2;
yi sehingga didapatkan persamaan yang dapat
Etot(c) = E1(c) + E2(c);
digunakan untuk menentukan solusi persamaan
differensial tersebut. Persamaanya adalah
Plot(i,v)
( ) (1) Plot(i,x)

Shooting method adalah metode numeric


lainya untuk mencari/memecahkan persoalan Output :
persamaan differensial. Dengan persamaan grafik kecepatan vs waktu
umum yaitu grafik posisi vs waktu

( ) ( ( ) ( )) ( ) ( ) (2)
Selesai
(3) III. Data dan Pengolahan

(4)

(5)

(6)

∫ (7)

(8)

∫ (9)
Gambar 1: grafik waktu vs kecepatan (atas) grafik
(10) waktu vs posisi (bawah) source kode t = 10s

(11)

(12)

(13)

Keterangan
F : gaya
k : konstanta pegas
b : konstanta peredam
v : kecepatan
a : percepatan
Gambar 2: grafik waktu vs kecepatan (atas) grafik
x : posisi waktu vs posisi (bawah) kode 2, t = 10s
m : massa benda

Algorima
 Input nilai k, m, vo, xo, t, dan b (pada kasus
1, b = 0)
 kemudian iterasi I = 0:dt:t persamaan (6),
(8), dan (10)
 hitung energy kinetic, potensial, dan
mekanik di setiap titik dengan persamaan
(11), (12), dan (13)
 plot x(posisi) dan v(kecepatan) terhadap
waktu
pada kode digunakan nilai konstanta
Gambar 3: grafik waktu vs kecepatan (atas) grafik
k = 50 N/m waktu vs posisi (bawah) kode 2, t = 100s
xo = 0.1 m
vo = 0 m/s
b = 0 (kasus 1), 0,03 (kasus 2)
m = 1 kg
IV. Pembahasan dibuat semakin kecil hasil akan semakin teliti.
Hal ini dikarenakan percepatan dan kecepatan
Program ini bekerja sebagai berikut. disetiap posisi berbeda beda jika dt dibuat
Pertama input terlebih dahulu nilai nilai awal semakin besar maka banyak nilai percepatan dan
yang di inginkan t, b, k, m, xo, v0, dt kemudian kecepatan yang tidak masuk pada iterasi. Hal ini
buat matriks untuk nilai x, a, v, dan Energi. akan mengakibatkan nilai v dengan error yang
Setelah itu kita gunakan persamaan 3 dan 4 besar dan jika nilai v memiliki error besar nilai
untuk mendapatkan nilai a. maka didapat rumus posisi akan memiliki error yang besar pula.
numeric a pada persamaan 6. Kemudian v
adalah integral dari a. maka rumus numeric V. Simpulan
untuk v (kecepatan) adalah pada persamaan 8.
Dan untuk posisi yaitu integral dari v(kecepatan)  Nilai dt mempengaruhi keakuratan nilai v,
didapat persamaan 10. Untuk energy tiap titik x, dan energy energy.
(energy kinetic, potensial, dan mekanik)  Nilai dt yang optimal pada program adalah
digunakan persamaan 11, 12, dan 13. Maka
0.0001 mendapatkan nilai energy mekanik
iterasi pada program ini menjadi seperti berikut
yang konstan dan kecepatan computer
for i = 0:dt:t untuk mengolah iterasi yang optimal
c = c + 1;  Ketika nilai b (konstanta peredam)
a(c) = -(k/m)*x(c); dimasukan maka osilasi tidak lagi
v(c+1) = v(c) + a(c)*dt;
x(c+1) = x(c) + v(c+1)*dt; harmonic. Osilasi dari pegas menjadi
E1(c) = (m * v(c)^2)/2; teredam
E2(c) = (k * x(c)^2)/2;
Etot(c) = E1(c) + E2(c);
end

konstanta c hanya untuk sekedar menandai


urutan pada matriks. Kemudian setelah didapat
matriks a, v, dan x. kita plot kecepatan terhadap
waktu (v dan t) dan posisi terhadap waktu (x dan
t). untuk mengecek program pertama dengan
mudah kita dapat melihat nilai energy mekanik
disetiap titik. Jika konstan maka program yang
dibuat benar.
Untuk tugas tambahan yang diganti adalah
nilai konstanta b menjadi 0.03. maka iterasi
percepatan (a) menjadi seperti berikut atau
seperti persamaan 6.

a(c) = -(k/m)*x(c) - v(c)*(b/m);

ketika nilai b (konstanta peredam)


dimasukan sebesar 0.03 maka nilai kecepatan
dan posisi semakin berkurang amplitudonya
(dapat dilihat pada gambar 2 dan 3)
nilai dt harus dibuat kecil. Pada program
diatas (source kode maupun tugas tambahan)
nilai dt nya adalah 0.0001. hal ini akan
berpengaruh pada grafik yang didapat dan
energy disetiap titik. Jika dt dibuat menjadi lebih
besar maka error akan semakin besar dan jika

Anda mungkin juga menyukai