Anda di halaman 1dari 46

BIOMEKANIKA

3.1. Biomekanika
Biomekanika merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi dan salah satu dari
empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik
manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari
bagaimana cara kerja serta peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan
fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut.
Menurut Hay (1985:2), biomekanika adalah ilmu yang mempelajari mengenai gaya-gaya
internal dan eksternal yang bekerja pada tubuh manusia dan akibat dari gaya yang dihasilkan.
Menurut Biomekanika_teaching.htm (2008:1), mekanika merupakan salah satu cabang ilmu
dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang
diakibatkan oleh gangguan mekanik yang disebut gaya. Dan cabang ilmu yang tertua dari
semua cabang ilmu dalam fisika. Kemudian biomekanika merupakan bidang ilmu aplikasi
mekanika pada sistem biologi, kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-
ilmu biologi dan fisiologi, dan prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis,
desain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.

3.1.1 Studi Biomekanika


Studi biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali pekerjaan yang sudah
ada, evaluasi pekerjaan, penyaringan pegawai, tugas-tugas penanganan manual, pembebanan
statis, penentuan sistem waktu.

3.1.2 Prinsip Biomekanika


Prinsip-prinsip dari biomekanika adalah sebagai berikut:
a. Kurangi berat benda yang ditangani
b. Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat
c. Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya
d. Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang
e. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu
f. Kurangi frekuensi pemindahan
g. Berikan waktu istirahat
h. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga
i. Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh
j. Benda yang berat dijaga setinggi lutut
3.1.3 Fatigue (Kelelahan)
Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Semakin berat beban yang dikerjakan
dan gerakan semakin tidak teratur, maka timbulnya fatigue lebih cepat. Timbulnya fatigue ini
perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia, sehingga pekerjaan yang
akan dilakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot tersebut.
Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu perasaan lelah, perubahan fisiologis
tubuh, menurunnya kemampuan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah
tenaga yang dikeluarkan, frekuensi dan lamanya bekerja, cara dan sikap melakukan aktivitas,
jenis olahraga, jenis kelamin, dan umur.
3.2 RWL (Recommended Weight Limit)
Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang dipublikasikan dalam The Work
Practices Guide for Manual Lifting (Henry, et al, 1993). Metode ini untuk mengetahui gaya
yang terjadi pada punggung manusia. Salah satu metode NIOSH adalah RWL.
RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban yang diangkat oleh
manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif
dan dalam jangka waktu yang lama. Input metode RWL adalah jarak beban terhadap
manusia, jarak perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk).
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan (Waters, et al, 1994):
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan
beban ditengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.

Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang


pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut (Waters, et al, 1993):
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 – 0,003 ǀV – 75ǀ
VM untuk orang Indonesia = 1 – 0,00326 ǀV – 69ǀ
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032(°)
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Catatan:
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh.
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi kritis yang
harus ditinjau RWL-nya, yaitu:
a. Kondisi awal pengangkatan (origin)
b. Kondisi akhir pengangkatan (destination)

Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL yang
paling kecil. Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk
mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cedera tulang belakang,
dengan menggunakan persamaan : LI = Berat Beban / RWL
Jika LI > 1, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
Jika LI< 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang (Waters, et al,
1993).

3.3 Analisis Metode REBA


Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett memperkenalkan metode Rapid Entery
Body Assesment (REBA). Metode tersebut dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur
seorang pekerja. Input yang digunakan dalam metode REBA adalah pengambilan data postur
pekerja menggunakan handycam, penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan
atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Proses metode REBA tercantum pada gambar
sebagai berikut:
Berikut adalah tahapan implementasi menggunakan Software REBA :
1. Pengambilan data postur kerja dengan menggunakan foto atau video
Dengan melakukan perekaman atau pemotretan postur tubuh pekerja, maka dapat
diperoleh gambaran sikap pekerja dan leher, punggung, lengan, pergelangan tangan
hingga kaki secara terperinci. Hal ini dikarenakan untuk penelitian diperlukan data yang
detail, sehingga peneliti dapat menghasilkan data yang akurat untuk tahap perhitungan
bobot dan analisis.
2. Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja
Setelah hasil rekaman ataupun foto postur pekerja diperoleh, kemudian dilakukan
perhitungan terhadap besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yaitu punggung
(batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan kaki. Pada
metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup
A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sementara grup B
meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen
tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut
digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh
skor masing-masing tabel.
3. Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktifitas pekerja
Berikut adalah skor untuk faktor berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas
pekerja :
3.4 Analisis Metode RULA
Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA. Metode Rapid
Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian
atas. Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung,
dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan.
Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti resiko pada
pekerjaan yang berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang
dibutuhkan otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan
kerja statis yang berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:
1. Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
2. Grup B : leher, tulang belakang dan kaki.

Langkah penilaian skor RULA adalah sebagai berikut:


Grup A
1. Lengan Atas

Anda mungkin juga menyukai