Anda di halaman 1dari 3

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan : XIX
Nama Mata Pelatihan : Etika Publik
Nama Peserta : Fathul Mubarak, S. Pd
Nomor Daftar Hadir : 09
Lembaga Penyelenggaraan
Pelatihan : BPSDM Kalimantan Timur

A. Pokok Pikiran
Program pelatihan dasar CPNS yang disusun pemerintah memiliki tujuan menciptakan PNS
yang berkarakter. Artinya adalah PNS yang tertanam dalam dirinya yaitu nilai-nilai ANEKA. Aneka
itu sendiri adalah akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi.
Keseluruhan nilai-nilai perlu tertanam dalam diri seorang PNS dan tentunya dapat diimplikasikan
dalam kehidupan atau aktifitas sehari-hari khususnya dalam lingkungan kerja.
Etika publik merupakan bagian komponen ANEKA menyajikan dan mengatur seorang PNS
bagaimana bersikap di lingkungan sosialnya. Etika publik mengajarkan kita bertindak semestinya
sesuai dengan kode etik yang telah disepakati atau disusun sebelumnya. PNS merupakan bagian
oraganisasi pemerintahan perlu mengetahui dan mengaplikasikan etika-etika yang telah disusun
dan disepakati sehingga pribadi PNS tersebut dapat menerjemahkan nilai-nilai yang harus
dilakukan atau harus dihindari. Etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berprilaku.
. Etika sebenarnya dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang
baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang
dianut. Agama, tradisi, dan filsafat merupakan sumber terbentuknya etika. Fungsi etika bagi
sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai ukuran baik atau buruk, wajar atau tidak wajar, dan benar atau salah.
2. Landasan bertindak dalam sebuah kehidupan kolektif yang profesional.
3. Untuk menjalankan visi dan misi lembaga institusi.
4. Untuk menjaga citra lembaga/institusi.
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Tiga fokus yang perlu diperhatikan dalam etika
publik adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2. Sisi dimensi reflektif. Etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana
kebijakan publik dan alat evaluasi.
3. Modalitas etika, menjembatani anatara norma moral dan tindakan.
Berbicara tentang etika, tentunya kita akan diarahkan pula ke masalah kode etik. Karena kode
etik itu sendiri adalah output dari etika. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah
laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan
kode perilaku ASN yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
Selain dari ada kode etik ASN, etika publik pula memiliki nilai-nilai dasar. Nilai-nilai dasar
etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
9. program pemerintah.
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun.
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik, yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2. Dimensi Modalitas. Transparansi, akuntabilitas Netralitas
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Dalam dunia lingkungan kerja tentunya berbagai tantangan yang akan dihadapi ketika etika
publik tersebut berjalan. Sebagai PNS yang memiliki etika publik yang baik harus menghindari
tantangan yang akan dijumpai tersebut. Tantangan yang sering muncul dipermukaan yaitu
sebagai berikut:
1. Korupsi dan konflik kepentingan
2. Pejabat publik dan dilema etika
3. Integrasi nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan
4. Logika pasar yang berpengaruh terhadap pelayanan publik
Akhirnya, timbul pertanyaan pada masalah etika publik khususnya pada kode etika sebagai
representasi etika publik sendiri. Pertanyaan adalah “mengapa nilai-nilai yang ada harus
diterjemahkan dalam bentuk aturan tertulis?”. Jawaban dari pertanyaan bisa dijabarkan dalam
beberapa bentuk kalimat berikut ini:
1. Nilai-nilai tersebut tertulis agar tidak multi tafsir bagi beberapa orang, sehingga apa yang
dimaksud dapat tercapai.
2. Nilai-nilai aturan harus memiliki standar yang jelas sehingga perlu diterjemahkan ke dalam
bentuk tertulis.
3. Tertulisnya aturan-aturan tersebut merujuk kepada kecenderungan orang yang sering
melanggar aturan, sehingga perlu pengingat bagi mereka.

B. Penerapan
Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta
didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak
didiknya dikemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, dan tut wuri handayani adalah kalimat-kalimat Ki Hajar Dewantara yang
mempunyai makna yang relevan untuk pembahasan isu-isu tentang guru.
Guru harus dapat menjadi contoh yang baik bagi muridnya. Ada pepatah “Guru kencing berdiri,
maka murid kencing berlari”. Seorang guru harus menjadi panutan serta merupakan perwujudan
realisasi kegiatan belajar mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan diri yang dalam
terhadap murid.
Fungsi guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Perilaku dan
kepribadian guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah perilaku muridnya. Penomena
sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi sebaiknya menjadi „teman‟
bagi murid tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Pengertiannya guru harus
dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan muridnya.
Tidak semua orang yang pandai, mempunyai kualifikasi sebagai Pendidik, karena di dalam
mendidik tidak hanya terkandung pengertian menularkan pengetahuan saja, melainkan juga
melatih keterampilan dan menanamkan nilai-nilai artinya; mampu membentuk sikap dan
pandangan hidup yang benar dalam diri peserta didiknya. Nilai-nilai, seperti : nilai moral, nilai
religius, nilai ilmiah, nilai ekonomis, dan sebagainya. Karena pendidikan Nilai, merupakan bagian
integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan, untuk itu diperlukan “Integritas dan Kematangan
Pribadi” sebagai pendidik. Ketangguhan, maksudnya suatu pribadi yang utuh, jujur, mempunyai
pendirian, dan sikap pandangan guru yang sehat. Guru yang memiliki integritas, tahan terhadap
hal-hal yang tidak diduga-duga, artinya sikapnya tetap tenang menghadapi kemunduran bahkan
apabila tertimpa ketidakadilan atau difitnah.. Guru tidak dihanyutkan oleh kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, melainkan dengan tenang menghadapi kesulitan-kesulitan, tekun, tabah dan maju terus
atas jalan yang benar. Orang yang memiliki integritas, tidak akan berkata bohong (membohong)
dengan alasan apapun, menipu, yang dikatakan apa adanya secara jujur, bahkan dia memiliki
keberanian, daya tahan, dan ketenangan.
Sebagai tugas tambahan seorang guru mampu menciptakan ide-ide baru dengan
kepercayaan diri yang tinggi, ditandai adanya keseimbangan emosional, kemampuan berdisiplin,
bertanggungjawab, dan berdedikasi dalam tugas. Seorang guru yang jujur dan
bertanggungjawab dalam penulisan ilmiah sebagai hasil dari ide-ide baru yang ditemukannya,
kalau ia menepati kode etik kepengarangan semestinya menghindarkan diri dari segala bentuk
Plagiarisme. Untuk itulah diperlukan Integritas dan Kepercayaan diri yang tinggi. Guru akan lebih
efektif dan berhasil menanamkan nilai ilmiah pada dirinya dan muridnya, apabila nilai-nilai (seperti
nilai kedisiplinan, kejujuran, keadilan, dan memiliki pengharapan) itu “diterjemahkan dan
implementasikan” dalam dirinya dan memberi teladan untuk memegang nilai-nilai tersebut.

Anda mungkin juga menyukai