Anda di halaman 1dari 13

SISTEMATIKA LAPORAN PROJECT

FORMULIR PROJECT PRAKTKUM SINTESIS DAN IDENTIFIKASI


ASETALDEHID

N Sistematika PJ
o.
1. Judul Praktikum

2. Tujuan Praktikum

3. Alat dan Bahan


 Alat

 Bahan
4. Langkah kerja ( dibuat skematis atau alur)

5. Reaksi yang terlibat (cari dari literature)


ULFA CAHYANI (051201054)
1. Reaksi (Asam sulfat)
O O

S
O O H
(Asam sulfat)

+ O
H H
(Air)

2. Reaksi (Etanol) O

CH3 CH2 OH CH3 C H


H2SO4

H H
H C C O H (Etanol)

H H

6. Data hasil praktikum lengkap dengan


perhitungan ( lihat video tutorial yang
diberikan, data ditulis secara lengkap dan
sistematis)

7. Pembahasan ( menganalisis hasil percobaan


yang disesuaikan dengan pustaka. Pembahasan ULFA CAHYANI (051201054)
harus jelas dan spesifik)

1. Uji Tollens
1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji
Tollens dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan
untuk membedakan senyawa aldehid dan keton
dalam suatu sampel dengan menambahkan
reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan
terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid
dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+
dalam reagensia Tollens direduksi menjadi
logam Ag. Uji positf ditandai dengan
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi (Acton, 2013).
Dalam praktikum identifikasi aldehid
dan keton menggunakan uji Tollens, langkah
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini
antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi,
penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet
tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain
larutan AgNO3 5%, NH4OH 6 M dan lima
sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton,
formaldehid dan sukrosa. Setelah alat dan
bahan disiapkan, AgNO3 dimasukkan kedalam
lima tabung reaksi sebanyak 1 ml
menggunakan pipet ukur. Selanjutnya kedalam
tiap tabung reaksi ditambah beberapa tetes
NH4OH menggunakan pipet tetes sampai
larutan menjadi bening kembali, tujuan
penambahan NH4OH ini adalah untuk
mencegah terjadinya endapan. Selanjutnya
kedalam lima tabung reaksi tersebut
dimasukkan 1 ml sampel yang terdiri atas
glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan
sukrosa menggunakan pipet ukur. Kemudian
dipanaskan menggunakan penjepit tabung
reaksi diatas api bunsen. Selanjutnya diamati
perubahan warnanya dan dicatat pada tabel data
hasil percobaan.
Berdasarkan data hasil percobaan yang
diperoleh, dapat diketahui bahwa pada sampel
formaldehid dibutuhkan lima tetes NH4OH
agar AgNO3 kembali berwarna bening,
selanjutnya setelah ditambahkan 1 ml
formaldehid, tanpa pemanasan sudah terbentuk
endapan cermin perak, oleh karena itu tidak
perlu dilakukan pemanasan, karena pemanasan
sendiri tujuannya adalah untuk mempercepat
reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji
tollens dengan formaldehid adalah positif dan
formaldehid termasuk aldehid. Hal ini sesuai
dengan literatur bahwa formaldehid merupakan
gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas
sehingga bereaksi dalan uji tollens ini dan
membentuk cermin perak (Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada
sampel aseton dibutuhkan 6 tetes NH4OH
supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya
setelah diberi sampel (tanpa pemanasan)
berwarna bening dan setelah dilakukan
pemanasan selama kurang lebih 2 menit
warnanya tetap bening. Hal ini menunjukkan
bahwa aseton tidak bereaksi dengan reagen
AgNO3 sehingga hasil ujinya adalah negatif,
jadi aseton bukan termasuk aldehid tetapi
keton. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak
bisa bereaksi dalam uji tollens karena aseton
tidak memiliki gugus OH atau H bebas
(Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah sampel glukosa. Pada
sampel glukosa ini dibutuhkan 5 tetes NH4OH
supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya
setelah diberi sampel (tanpa pemanasan)
berwarna bening dan setelah dilakukan
pemanasan selama kurang lebih 2 menit
terdapat endapan cermin perak. Hal ini
menunjukkan bahwa uji tollens dengan glukosa
adalah positif dan glukosa termasuk aldehid.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa glukosa
merupakan gugus aldehid dan glukosa
memiliki gugus H bebas sehingga dapat
bereaksi dengan AgNO3 dengan memebentuk
endapan cermin perak (Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada
sampel ini dibutuhkan 14 tetes NH4OH supaya
AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah
diberi sampel (tanpa pemanasan) berwarna
bening dan setelah dilakukan pemanasan
selama kurang lebih 2 menit terdapat endapan
cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa uji
tollens dengan glukosa adalah positif.
Meskipun fruktosa adalah keton, tapi karena
fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga
dapat bereaksi dalam uji ini dan membentuk
endapan cermin perak (Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah uji sukrosa. Dalam uji
sampel sukrosa ini membutuhkan 8 tetes
NH4OH supaya AgNO3 kembali bening,
selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah
dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2
menit terjadi perubahan warna menjadi hitam.
Hal ini menunjukkan bahwa uji tollens dengan
sukrosa adalah negatif, karena tidak terbentuk
endapan cermin perak. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur bahwa sukrosa termasuk
disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens
karena sukrosa terdiri dari fruktosa dan
glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa
dan gugus H bebas dari glukosa berikatan
sehingga sukrosa tidak memiliki gugus OH
atau H bebas (Sudarmo, 2006).
Dalam penambahan NH4OH terjadi
bervariasi tetesan agar AgNO3 kembali bening.
Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan
NH4OH dengan pipet tetes terdapat
gelembung, pergantian praktikan dalam
meneteskan dan cara penetesan yang kurang
tepat. Sehingga didapati tetesan NH4OH pada
AgNO3 yang bervariasi.
2. Uji Fehling
1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji
Fehling dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan
gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel
dengan menambahkan reagen Fehling A dan
Fehling B, dimana Fehling A adalah CuSO4
dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan
Na-K-tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi
reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi
membentuk asam karboksilat, sementara ion
Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji
positif apabila dalam suatu sampel terbentuk
endapan merah bata (Raymond, 2009).
Dalam melakukan percobaan ini, langkah
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi,
penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet
tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain
larutan Fehling A, Fehling B, NaOH dan lima
sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton,
formaldehid dan sukrosa. Setelah alat dan
bahan disiapkan, selanjutnya Fehling A
sebanyak lima tetes dimasukkan dalam tabung
reaksi menggunakan pipet tetes. Selanjutnya
ditambahkan lima tetes NaOH menggunakan
pipet tetes, tujuannya adalah untuk membuat
suasana basa. Selanjutnya ditambahkan sepuluh
tetes Fehling B menggunakan pipet tetes.
Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 1 ml
dan kemudian dipanaskan dengan api bunsen
dan diamati perubahan warnanya. Selanjutnya
diperoleh hasil uji dan dicatat pada tabel data
hasil percobaan. Dalam melakukan praktikum
ini tidak bisa lima sampel sekaligus seperti
yang dilakukan pada uji Tollens, namun dalam
uji Fehling ini harus dilakukan satu per satu
sampel sampai menemukan hasil. Hal ini
dikarenakan larutan Fehling tidak boleh
disimpan lama, karena mudah teroksidasi
sehingga harus dilakukan dengan cepat supaya
hasilnya akurat.
Berdasarkan data hasil percobaan yang
telah diperoleh dapat diketahui bahwa reagen
fehling yang ditambahkan sampel formaldehid
sebelum dipanaskan warnanya biru dan setelah
dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk
cicin merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa
uji fehling dengan sampel formaldehid adalah
positif dan formaldehid merupakan aldehid.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
formaldehid merupakan gugus aldehid,
memiliki gugus OH bebas sehingga ketika diuji
dengan fehling membentuk endapan merah
bata (Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada
sampel aseton yang sudah ditambahkan reagen
fehling berwarna biru tua dan setelah
dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk
endapan biru tua. Hal ini menujukkan bahwa
uji fehling dan aseton adalah negatif dan aseton
bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur bahwa aseton merupakan
gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau
H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji
fehling (Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah sampel glukosa. Pada
smapel glukosa yang sudah ditambahkan
reagen fehling berwarna biru dan setelah
dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk
endapan merah bata. Hal ini menujukkan
bahwa uji fehling dan glukosa adalah positif
dan glukosa merupakan aldehid. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur bahwa glukosa
merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH
bebas sehingga ketika diuji dengan fehling
membentuk endapan merah bata (Sudarmo,
2006).
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada
smapel fruktosa yang sudah ditambahkan
reagen fehling berwarna hijau lumut dan
setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit
terbentuk endapan merah bata. Hal ini
menujukkan bahwa uji fehling dan fruktosa
adalah positif dan fruktosa merupakan keton.
Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa
fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga
ketika diuji dengan fehling dapat bereaksi
dengan membentuk endapan merah bata
meskipun pada kenyataannya fruktosa adalah
keton (Sudarmo, 2006).
Selanjutnya adalah sampel sukrosa. Pada
sampel sukrosa yang sudah ditambahkan
reagen fehling berwarna biru dan setelah
dipanaskan kurang lebih 2 menit menjadi
berwarna hijau. Hal ini menujukkan bahwa uji
fehling dan sukrosa adalah negatif dan sukrosa
bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur bahwa sukrosa merupakan
gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau
H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji
fehling (Sudarmo, 2006).

 Kenapa etanol ditambahkan di akhir


kerena etanol merupakan jenis cairan
yang mudah menguap, mudah
terbakar, dan tak berwarna.
Etanol juga merupakan alkohol
yang paling sering digunakan di dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Kesimpulan

9. Jobdesk Anggota

11. Lampiran jurnal (jurnal acuan mohon dilampirkan di bagian akhir laporan)
PJ : ULFA CAHYANI (051201054)

 Jurnal 1
SINTESIS DIMETIL SITRONELAL DENGAN
KATALIS GAS HCL

 Jurnal 2

SINTESIS SENYAWA CALKON BEBAS


PELARUT SEBAGAI ZAT ANTI BAKTERI
 Jurnal 3
KINERJA REAKTOR SEMI KONTINYU
BEPENGADUK UNTUK OKSIDASI DUA FASE
GAS CAIR ASETASETALDEHID

Anda mungkin juga menyukai