Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS BERLAKUNYA UU CIPTA KERJA

BERDASARKAN PERSPEKTIF METODE FILSAFAT HUKUM YAITU :


ONTOLOGI HUKUM, EPISTIMOLOGI HUKUM DAN AKSIOLOGI
HUKUM

Dosen Pengampu :
Wasis, SH, M.Si., M.Hum
Disusun oleh
M. Asyrof Ash Shoirafi - 201710110311434

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMDYAH MALANG
2020
Kata Pengantar

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan mata kuliah Filsafat Hukum tepat
waktu untuk memenuhi Ujian Tengah Semester. Tidak lupa Sholawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan ini berjudul “ANALISIS BERLAKUNYA UU CIPTA KERJA BERDASARKAN


PERPEKTIF METODE FILSAFAT HUKUM YAITU : ONTOLOGI HUKUM, EPISTIMOLOGI
HUKUM DAN AKSIOLOGI HUKUM” dapat diselesaikan. Saya berharap penulisan ini dapat
menjadi referensi bagi banyak pihak serta bisa bermanfaat bagi kita semua. Selain itu,
saya juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
dalam penulisan ini.

Penulis menyadari masih banyak memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian isi. Saya menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
penulisan. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya memohon maaf.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Wassalamualaikum. Wr. Wb,

Malang, 26 November 2020

Penulis
Daftar isi

Cover............................................................................................................1

Kata Pengantar.............................................................................................2

Daftar isi........................................................................................................3

BAB 1

1.1 latar belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5

1.3. Tujuan....................................................................................................5

BAB II

2.1 Pengertian filsafat hukum....................................................................6

2.2 analisis filsafat hukum dengan omnibus law........................................6

BAB III

3.1 Kesimpulan.......................................................................................8

3.2 Saran.................................................................................................8

Daftar Pusaka..........................................................................................9
BAB I

1.1. Latar Belakang

negara yang menganut Civil Law System lebih mengutamakan adanya kodifikasi
hukum agar ketentuan hukum tersebut dapat berlaku secara efektif sebagaimana yang
diharapkan dari politik hukum yang ingin diwujudkan. Berbeda halnya dengan Common
Law System yang menempatkan yurisprudensi sebagai sumber hukum yang utama
sehingga tidak menempatkan kodifikasi hukum sebagai prioritas dalam konsiderans
putusan yang akan dikeluarkan terhadap suatu perkara (judge made law) sehingga jelas
bahwa sebuah kodifikasi hukum atau sebuah hukum tertulis adalah sesuatu yang sangat
vital kedudukannya di negara penganut Civil Law System karena apa yang tertulis
menjadi penentu arah hakim dalam menentukan putusannya, dalam kata lain hakim
sangat terikat dengan kodifikasi hukum yang ada, hukum yang tertulis, serta hukum
yang diundangkan secara resmi oleh negara.

Berbeda halnya dengan Common Law System yang sebagaimana sumber


hukum yang utama adalah putusan hakim terdahulu bukan ketentuan-ketentuan yang
ada dalam sebuah kodifikasi hukum di negara tersebut. Selain itu menurut Common
Law, menempatkan kodifikasi hukum atau undang-undang sebagai acuan yang utama
dianggap sebagai hal yang berbahaya karena aturan undang-undang merupakan hasil
karya teoretisi yang dikhawatirkan berbeda dengan kenyataan dan tidak sinkron dengan
kebutuhan masyarakat sehingga memerlukan interpretasi pengadilan. Maka,
penekanannya di sini adalah bahwa mudah bagi negara Common Law System
menciptakan Omnibus Law dan sangat sulit bagi negara Civil Law System menciptakan
Omnibus Law di negaranya.

Omnibus Law ini memiliki esensi sebagai penyederhanaan beberapa undang-


undang yang telah dianggap tumpang tindih dan tidak harmonnis. Selain itu, Omnibus
Law sekaligus bertujuan mencabut, menambah, dan mengubah beberapa UU sekaligus
dan menjadikannya sebagai satu dokumen sehingga semakin jelas bahwa Omnibus Law
nantinya dianggap oleh pemerintah sebagai solusi penyederhanaan regulasi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana omnibus law dalam kaitanya dengan filsafat hukum ?

2. Dimanakah letak asas kepastian hukum, kemanfaatan serta keadilan dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja bagi kehidupan masyarakat
Indonesia khususnya bagi pekerja/buruh ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui nilai nilai yang ada pada Omnibus law dari segi filsafat hukum

2. Untuk mengetahui aspek – aspek apa saja yang ada dalam omnibus law

3. Agar lebih memahami terkait dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja 
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat hukum

Filsafat hukum adalah cabang dari filsafat yaitu filsafat etika atau tingkah laku
yang mempelajari hakikat hukum. Filsafat hukum memiliki objek yaitu hukum yang
dibahas dan dikaji secara mendalam sampai pada inti atau hakikatnya. Pertanyaan yang
mungkin tidak dapat dijawab oleh cabang ilmu hukum lainnya merupakan tugas dari
filsafat hukum untuk menemukannya. Bila ingin menarik pengertian filsafat hukum,
maka harus terlebih dahulu mempelajari akan hukum itu sendiri. Seperti pertanyaan,
apakah hukum itu juga merupakan tugas dari filsafat hukum, karena sampai saat ini
belum ditemukan definisi dari hukum itu secara universal, karena pendapat para ahli
hukum berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri.

Ahli hukum J. Van Kan (1983:13) memberikan pendapat defisi hukum adalah
sebagai keseluruhan ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa, melindungi
kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. Dan Hans Kelsen mengatakan
definisi hukum adalah norma-norma yang mengatur bagaimana seseorang harus
berperilaku.

2.2 analisis filsafat hukum dengan omnibus law terkait ilmu ontologi, epistimologi serta
aksiologi.

Dalam ilmu filsafat hukum dijelaskan bahwa keseluruhan dan kehidupan manusia
adalah untuk kepentingan dalam mempelajari akan hukum itu sendiri, kemudian ilmu itu
akan dibahas dan dikaji sampai ada pemahaman mendasar terkait masalah yang ada
saat ini, dalam kaitanya omnibus law merupakan sebuah peraturan yang dibuat oleh
suatu negara yang mana peraturan tersebut menurut banyak kalangan terutama
masyarakat kecil seperti petani/buruh dan pekerja swasta dirasa mencekam karena hal
tersebut membuat hak hak sebagian dari mereka terenggut oleh peraturan tersebut,
Kajian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bukan suatu hal yang mudah dan
harus melalui penelitian yang cukup panjang karena hal tersebut membuktikan bahwa
ilmu yang akan dikembangkan dalam maslahat di masyarakt tentunya akan berdampak
bagi masyarakat itu sendiri, oleh karena itu tidak hanya dilihat dari ukuran maslahat
yang ada di masyarakat akan tetapi juga perlu kajian lain seperti dari aspek ilmu filsafat
hukum, ontologi, epistimologi serta aksiologi.

Jujun S berpendapat bahwa pada intinya filsafat ilmu merupakan telaah untuk
memberikan jawaban mengenai hakikat ilmu, pendapat tersebut menjelaskan dari
sekian banyaknya pertanyaan dalam benak manusia tentang mekanisme dari pada ilmu
pengetahuan yang digunakan, objek dari ilmu, kebenaran, kriteria, serta sarana nya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka inti filsafat atau sebagai penyangga eksistensi
ilmu didasarkan pada 3 ilmu yaitu :
1. Ontologi
2. Epistimologi
3. Aksiologi
Menurut Ontologi menjelaskan bahwa keyakinan kita masing masing tentang
bagaimana yang ada sebenarnya sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari
Sedangkan menurut epistimologi merupakan proses mendapatkan materi , metode ,
struktur, validitasinya serta bagaimana menyusun menjadi batang tubuh ( body of
knowledge ), kemudian aksiologi mengajarkan bagaimana nilai nilai yang ada terutama
bagaimana manfaatnya bagi manusia sebagai sarana untuk meningkatkan taraf dan
kualitas serta martabat manusia dalam menjaga kesejahteraan kehidupan.
Keterkaitanya dengan omnibus law yakni dari mulai kebenaran yang pada peraturan
tersebut masih perlu dipertanyakan karena omnibus hanya berkembang pada negara
common law dan itu pun dari statistiknya ada beberapa negara yang gagal dalam
menjalankan peraturan Undang undang cipta kerja tersebut.
BAB III
PUNUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pembentukan UU cipta kerja/ Omnibus law dijelaskan bahwa indonesia lebihi
condong kepada sistem europe continental bukan common law sistem dan yang
manganut omnibus tersebut hanya common law atau anglo saxon, kemudian menurut
pengertian nya filsafat ilmu membagi ilmu tersebut menjadi beberapa ilmu seperti
ontologi, epistimologi dan aksiologi yang menyebutkan bahwa kebenaran , dan hakikat
untuk menyakin kan manisfestasi yang kita cari serta nilai nilai manfaat yang terkandung
dalam sebuah ilmu pengetahun ataupun kelestarian alam, jadi apabila dikaitkan dengan
omnibus law maka masih perlu dipertanyakan adanya kepastian, keadilan serta manfaat
nya bagi kehidupan berbangsa dan negara khususnya bagi masyarakat seperti
buruh/pekerja, petani serta pekerja swasta lainya.

3.2 Saran
Perlu adanya sosialisasi terkait sebelum peraturan No 1 tahun 2020 tentang cipta kerja
kepada masyarakat yang akan merasakan akibat atau dampaknya dalam jangka
kedepan, karena hal ini banyak yang bertentangan asas asas legalitas, seperti asas
kepastian keadilan serta asas kemanfaatan, namun tidak menutup kemungkinan dalam
undang undang tersebut masih mempunyai nilai nilai yang terkandung baik didalamnya,
kemudian perlu adanya pengkajian ulang terkait undang undang yang tumpang tindih
dan yang bertentangan dengan kinerja suatu negara kedepanya.
Daftar Pusaka
https://media.neliti.com/media/publications/13129-ID-filsafat-ilmu-ilmu-hukum.pdf
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/62997385/Mengupas-Omnibus-Law-Bikin-
GakLaw-8_-_Collective_Work20200418-40987-aewpsa.pdf?1587202251=&response-
content-disposition=inline%3B+filename
%3DKajian_Mengupas_Omnibus_Law_Bikin_Ga_k_L.pdf&Expires=1606566495&Signatu
re=BKe3yTB75~TqWyAwjq36s9449yk88w66~0AXBAlvuGWRoGkrVR9zOP2GjkngvrObZW
wfCCefwQwwuZnM0BF8tCQPFnb7Kb47b8-
VnRyUyx5vUvv~G2OgooN1J1wXYIQU2FpsgsxuCzKu9jXUuHcjpXX7V80V~ZXy-
xEzBhQKajf5oncNleDg-lDDNASPnyoA74-
~z~hRxkMwIPleN60faRaTPp82q258wpREKPBGAnPn4wXAWi0YtPq1z8N0Eb6sOFWdOrS
MYE-
aJcCNtniPJV9bBFw4m23WCvKVvQrYDi0af85MC2CNKYFHvDZAKPkIzvk~haC98TPHxbfZtnL
bng__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
Berita Hukum Online, Januari 25, 2020, “Menelusuri Asal-Usul Konsep Omnibus Law”,
https://www.hukumonline. com/berita/baca/lt5e2c1e4de971a/menelusuri-asal-usul-
konsep-omnibus-law/, diakses pada tanggal Februari 15, 2020.
Jimly Asshiddiqie, 2019, UU Omnibus(Omnibus Law), Penyederhanaan Legislasi, dan
Kodifikasi Administratif

Anda mungkin juga menyukai