TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 DEFINISI TB
2.1.2 KLASIFIKASI TB
a.Tuberkulosit paru
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran TB aktif.TB paru BTA negatif rontgen positif di bagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila di gambarkan foto
rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum
penderita buruk.
TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura,selaput otak,selaput jantung
(pericardium,kelenjar limfe,tulang,persendian,kulit,usus,ginjal,saluran kencing,alat kelamin
dan lain-lain). Tb ekstra paru i bagi berdasarkan pada tingkat keparahan pnyakit nya yaitu :
1) TB Ekstra Paru Ringan
2.1.3 Etiologi TB
Kuman ini berbentuk batang,mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan.oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung,tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab.Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant tertidur lama selama beberapa
hari (Depkes,2002).
2.1.4 Patofisiologi TB
Individu yang retan dan menghirup basil tuberkulosit serta terinfeksi.Bakteri dapat berpindah
melalui jalan napas ke alveoli,tempat berkumpulnya bakteri tersebut dan berkembang biak.
Basil tersebut juga dapat berpindah melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh
lainnya seperti ginjal,tulang,kortek erebri dan area paru-paru lainya seperti lobus atas.Sistem
imun tubuh hospis berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.Fagosit (neutrofil dan
makrofag) memakan banyak bakteri,limfosit spesifik tuberkulosit melisis basil dan jaringan
normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,menyebabkan
bronkopenomonia,infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemanjanan
(Smeltzer,dkk,2002).
Patogenesis tuberkulosit pada individu imunokompoten yang belum pernah terpajan berfokus
pada pembentukan imunitas selular yang menimbulkan resistensi terhadap organisme dan
menyebabkan terjadinya hipersensivitas jaringan terhadap antigen tuberkular (Robbins,2007).
Masa jaringan baru yang di sebut dengan granulomas,yang merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan sudah mati.Dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif,Granulomas tersebut diubah menjadi masa jaringan fibrosa.Bagian sentral dari masa
fibrosa ini disebut tuberken ghon.Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik dan
membentuk masa seperti keju.masa ini dapat mengalami klasifikasi dan membentuk skar
kolagenosa.
2.15 Simptompatologi TB
Gejala pada penyakit tuberkulosit adalah :
f.Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus,yakni saluran yang menuju paru-paru,maka akan
menimbulkan suara mengi suara nafas yang melemah disertai sesak.
g.Bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) maka penderita akan mengalami
keluhan sakit dada.
h.Bila mengenai tulang,maka akan terjadi gejala seperti infeksitulang yang ada pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atas nya.pada muara iniakan keluar
nanah.
2.1.6 Pencegahan TB
Pencegahan penularan di lakukan oleh pasien TB paru sendiri dan di bantu oleh petugas
pelayanan kesehatan,pencegahan tuberkulosit paru menurut zain dalam Ardiansyah (2012)
yaitu dengan :
a.Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan individu terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderitaTB paru BTA positif.
c.Vaksinasi BCG ; reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi langsung terdapat
lesi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.
c.Membuat diagnosis yang tepat dengan cepat untuk orang-orang dengan tanda dan gejala
tuberkulosit paru (misalnya riwayat medis dan fisik,radiologi dada,uji kulit tuberkulin,dan
pulasan serta biakan sputum untuk uji bakteri tahan asam(BTA).
d.Penggunaan alat pelindung pernapasan (masker) untuk petugas yang merawat pasien yang
di ketahui atau di duga TB.
2.1.7 Pengobatan TB
a.Penderita yang dalam dahaknya megandung kuman diajurkan untuk menjalani pengobatan
di puskesmas.
b.Petugas dapat memberikan pengobatan jangka pendek di rumah bagi penderita secara
darurat atau karena jarak tempat tinggal penderita dengan puskesmas cukup jauh untuk bisa
berobat secara teratur.
c.Melaporkan adanya gejala sampingan yang terjadi ,bila perlu penderita di bawa ke
pusksmas.
Menurut Center For Disease Control tahun 1996 surveilans merupakan pengumpulan,analisis
dan interprestasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus,yang diperlukan untuk
perencanaan,implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat,di pandukan dengan
diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.Sedangkan
menurut WHO (2004),Surveilans adalah proses pengumpulan,pengobatan,analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
a.Tujuan Surveilans
b.Manfaat Surveilans
Mmpelajari pola kejadian penyakit potensial pada populasi sehingga dapat efektif dalam
investigasi,cortoling dan pencegahaan penyakit di populasi.
f)Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan
g)Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran progam pada
tahap perencanaan.
Beberapa sumber data yang tersedia dapat di gunakan untuk surveilans kesehatan masyarakat.
World Health Organizasion (WHO) meyusunnya sebagai kunci dari sumber data surveilans
sebagai berikut :
a.Laporan kematian
b.Laporan kesakitan
c.Laporan epidemik
2)Data Demografi
3)Data lingkungan
Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi menurut (Kepmenkes RI
No.1116/Menkes?SK/VIII/2003)
a)Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
b)Data kematian yang dapat di peroleh dari unit pelayanan kesehatan serat laporan kantor
pemerintah dan masyarakat.
c)Data demografi yang dapat di peroleh dari unit statistik kependudukan dan msyarakat.
d)Data geografi yang dapat diperoleh dari unit-unit meterologi dan geofisika.
e)Data laboratorium yang di peroleh dari unit pelayanan ksehatan dan masyarakat
g)Laporan wabah
K) Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat di peroleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat
9)Kesinambungan sistem ;
B)Fleksibilyti (fleksibiitas)
Suatu sitem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan perubahan informasi
yang di butuhkan atau situsi pelaksanaan tanpa disertai peningkatan yang berarti akan
kebutuhan biaya,tenaga dan waktu.Sistem yang fleksibel dapat menerima,misalnya penyakit
dan masalah kesehatan yang baru diidentifikasikan,perubahan definisi kasus,dan variasi-
variasi ari sumber pelaporan.Fleksibilitas ditentukan secara retrospektif dengan mengamati
bagaimana suatau sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhn baru.Fleksibilitas sulit di nilai
apabila sebelumnya tidak ada upaya untuk menyesuaikan sistem tersebut dengan masalah
kesehatan lain.
Acceptability di maksudkan dengan keinginan individu atau organisasi untuk ikut serta dalam
melaksanakan sistem surveilans.Dalam hal evaluasisistem surveilans,acceptability
menunjukan keinginan untuk di gunakan sistem oleh:
c.Angka kelengkapan interview dan angka penolakan pertanyaan (jika sistem melakukan
interview pada subjek)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi acceptability dari suatu sistem adalah :
a.Pentingnya suatu masalah kesehatan
f.Kewajiban untuk melaporkan suatu peristiwa kesehatan sesuai dengan peraturan di daerah
maupun pusat.
D)Sensitivity (Sensitivitas)
Sensivitas sistem surveilans dapat di nilai dari dua tingkat.Pertama pada tingkat pelaporan
kasus,kedua proporsi kasus atau masalah kesehatan yang dideteksi oleh sistem
surveilans.Sensivitas sistem surveilans dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan seperti :
1)Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan yang mencari pengobatan
medis
2)Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosi,ketrampilan petugas kesehatan dansensivits tes
diagnosis dan
Ketiga keadaan ini dapat dikembangkan terhadap sistem surveilans yang tidak sama dengan
model petugas kesehatan tradisional.Misalnya,sensivitas sistem surveilans untuk morbiditi
atau faktor risiko berdasarkan telepon di pengarui oleh :
1.Banyak yang mempengaruhi telepon,berada di rumah ketika di telepon dan setuju untuk
ikut serta
2.Kemampuan orang untuk mengerti pertanyaan dan menentukan status mereka secara tepat
Nilai prediksi positif adalah proporsi dari populasi yang diidentifikasikan sebagai kasus oleh
suatu sistem surveilans dan kenyataannya memang kasus.Nilai prediktif positif (NPP) sangat
penting karena nilai NPP yang rendah berarti :
F)Representativeness (kerepresentatifan)
Sistem Surveilans yang representative adalah dapat menguraiakan dengan tepat kejadian
terhadap peristiwa kesehatan sepanjang waktu dan distribusinya dalam populasi nya menurut
tempat dan waktu.
Dinilai dengan membandingkan karakteristik dari kejadian dengan semua kejadian yang ada
dalam hal:karakteristik populasi,riwayat,upaya kesehatan yang tersedia dan sumber data yang
ada.
Ketepatan waktu berarti kecepatan atau keterlambatan diantara langkah-langkah dalam sistem
surveilans .Aspek lain dari ketepatan waktu adalah waktu yang di perlukan untuk
mengidentifikasi trend,KLB, atau hasil dari tindakan penanggulangan.Untuk pnyakit akut
biasanya di pakai waktu timbulnya gejala.
Ketepatan waktu hendaknya dinilai dalam arti adanya informasi mengenai upaya
penanggunglangan maupun rencana jangka panjang dari upaya yang di rencanakan.
Kualitas data mencerminkan kelengkapan dan validitas data yang tercatat dalam sistem
surveilans kesehatan masyarakat.Data yang berkualitas tinggi dapat diterima oleh mereka
yang berpartisipasi didalamnya.Namun,penilitihan penuh kelengkapan dan validitas data
surveilans memerlukan studi khusus.Kualitas data di pengaruhi oleh kinerja tes skrining dan
diagnostik(misalnya definisi kasus) yang berhubungan dengan kesehatan dan kejelasan
bentuk pengawasan pada pengolahan data.
I)Stability(Stabilitas)
1.Reability yaitu kemampuan untuk pengumpulan manajemen dan menyediaakan data secara
benar
Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematik untuk mengetahui efetifitas
progam.Secara umum tujuan nya untuk menjelaskan kegunaan dari sumber kesehatan
masyarakat (public healt resource) melalui pengembangan sistem surveilans yang efektif dan
efisien.Pedoman ini dapat di pakai sebagai pedoman perorangan dalam melakukan evaluasi
dan sebagai bahan acuan untuk mereka yang sudah bisa dengan proses evaluasi.
a.Menjamin bahwa permasalahan kesehatan dan dipantau secara efektif dan efisien
c.Mengetahui peran dan dampak surveilans dalam menunjang tujuan progamm kesehatan dan
pembutan kebijakan.
-Angka kejadian prevalensi dan tingkat kematian akibat tuberkulosit tahun 2015
-Angaka kejadian tuberkulosit (semua kasus/1000 penduduk/tahun Diberhentikan mulai
berkurang,sudah tercapai ,dan laporan TB global WHO 2009
-Proporsi jumlah kasus yang terdeteksi dan diobati dalam progam DOTS
-Proporsi kasus tuberkulosit yang diobati dan sembuh dalam progam DOTS ,85,0% dan
laporan Kemenkes 2009.
1.Kartu rawat jalan untuk mencatat identitas dan status pasien yang berkunjung ke
puskesmas/sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk memperoleh layanan rawat jalan.
2.Kartu rawat tinggal sama kegunaannya dengan kartu rawat jalan namun di peruntukan bagi
pasien rawat inap di puskesmas.
4.Formulir laporan bulanan penyakit TB (sesuai format laporan surveilans yang sudah ada)
5.Buku register seperti buku register tatalaksana dan buku regiter rujukan.
a.Di mulai dari tingkat puskesmas ,pustu, bides ke pelaksana kegiatan di puskesmas.
Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang di catat baik didalam gedung maupun di luar
gedung.,serta laporan dari pustu dan bides.Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan diolah
dan di manfaatkan untuk tindak lanjut yang di perlukan dalam rangka meningkatkan kinerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
d.Di tingkat pusat hasil olahan yang tealh di lakukan oleh Dijen PP dan PL paling lambat dua
bualn setelah berakhirnya triwulan di sampaikan pada pengolah progam untuk di analisis
serat dikirimkan ke dinas kesehatan provinsi sebagai umpan balik.Hasil laporan yang diolah
kemudian di jadikan sebagai bahan koordinasi dengan insitusi terkait di masing tingkatan.
2.3.6 Diseminasi