Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI MENGENAI PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB)

2.1.1 DEFINISI TB

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang langsung yang disebabkan


oleh kuman TB (Mycrobacterium Tuberkulosit) termasuk dalam family Mycrobacteriaceace
dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.Mycrobaterium Tuberkulosit masih keluarga
besar genus Mycrobacterium.Berdasarkan beberapa kompleks tersebut,Mycrobacterium
Tuberkulosit merupakan jenis yang penting dan paling sering di jumpai (Kemenkes,2011).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru,tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya,namum yang paling sering terkena adalah organ paru (90%) (Suarni,2009).Bila
menyerang selain organ paru (kelenjar limfe,kulit,otak,tulang,usus,ginjal) di sebut
tuberkulositeksra paru 9Depkes,2002).

Berdasarkan beberapa definisi diatas,dapat disimpulkan bahwa tuberkulosit


adalah suatu penyakit infeksi tersebut adalah Mycrobacterium tuberkulosit yaitu suatu bakteri
yang tahan terhadap asam,sehingga sangat sulit untuk diobati.

2.1.2 KLASIFIKASI TB

a.Tuberkulosit paru

TB pau adalah tuberkulosit yang menyerang jaringan paru,tidak termasuk pleura


(selaput paru).Berdasarkan hasil 3 kali pemeriksaan dahak,radiologis atau kultus
mycobacterium tuberkulosit.TB di bagi atas:

1) Tubercolosit Paru BTA Positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (sewaktu) hasilnya BTA positif.Satu


spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran TB
aktif.

2) Tuberkulosit Paru BTA Negatif

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran TB aktif.TB paru BTA negatif rontgen positif di bagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila di gambarkan foto
rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum
penderita buruk.

b.Tuberkulosit Ekstra Paru

TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura,selaput otak,selaput jantung
(pericardium,kelenjar limfe,tulang,persendian,kulit,usus,ginjal,saluran kencing,alat kelamin
dan lain-lain). Tb ekstra paru i bagi berdasarkan pada tingkat keparahan pnyakit nya yaitu :
1) TB Ekstra Paru Ringan

Misalnya : TB kelenjar Limfe,pleuritis eksudatuva unilateral,tulang (kecuali tulang belakang)


sendi dan kelenjar adrenal.

2)TB Ekstra Paru Berat

Misalnya : Meningitis,miler,perikarditis,peritonitispleoritis eksudativa duplex,TB tulang


belakang,TB usus,TB saluran kencing dan alat kelamin (Zulkarnain,2005).

2.1.3 Etiologi TB

Kuman ini berbentuk batang,mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan.oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung,tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab.Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant tertidur lama selama beberapa
hari (Depkes,2002).

2.1.4 Patofisiologi TB

Tempat masuknya kuman Mycobacterium Tuberkulosit adalah saluran pernapasan,saluran


pencernaan,dan luka terbuka pada kulit.Kebayakan infeksi TB terjadi melalui udara,yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi TB.Infeksi TB di kendalikan oleh respon imunitas sel. Sel efektonya
adalah limfosit (biasanya sel T) dan makrofag (Price,dkk,2006).

Individu yang retan dan menghirup basil tuberkulosit serta terinfeksi.Bakteri dapat berpindah
melalui jalan napas ke alveoli,tempat berkumpulnya bakteri tersebut dan berkembang biak.
Basil tersebut juga dapat berpindah melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh
lainnya seperti ginjal,tulang,kortek erebri dan area paru-paru lainya seperti lobus atas.Sistem
imun tubuh hospis berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.Fagosit (neutrofil dan
makrofag) memakan banyak bakteri,limfosit spesifik tuberkulosit melisis basil dan jaringan
normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,menyebabkan
bronkopenomonia,infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemanjanan
(Smeltzer,dkk,2002).

Patogenesis tuberkulosit pada individu imunokompoten yang belum pernah terpajan berfokus
pada pembentukan imunitas selular yang menimbulkan resistensi terhadap organisme dan
menyebabkan terjadinya hipersensivitas jaringan terhadap antigen tuberkular (Robbins,2007).
Masa jaringan baru yang di sebut dengan granulomas,yang merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan sudah mati.Dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif,Granulomas tersebut diubah menjadi masa jaringan fibrosa.Bagian sentral dari masa
fibrosa ini disebut tuberken ghon.Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik dan
membentuk masa seperti keju.masa ini dapat mengalami klasifikasi dan membentuk skar
kolagenosa.

2.15 Simptompatologi TB
Gejala pada penyakit tuberkulosit adalah :

a.Demam tidak terlalu tinggidisertai keringat malam hari

b.Demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul

c.Penurunan napsu makan dan berat badan

d.Batuk-batuk selama 3 minngu dapat disertai dengan darah

e.Perasaan tidak enak,lemah

f.Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus,yakni saluran yang menuju paru-paru,maka akan
menimbulkan suara mengi suara nafas yang melemah disertai sesak.

g.Bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) maka penderita akan mengalami
keluhan sakit dada.

h.Bila mengenai tulang,maka akan terjadi gejala seperti infeksitulang yang ada pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atas nya.pada muara iniakan keluar
nanah.

i.Muncul benjolan di daerah leher,ketiak, dan lipatan paha (Sandina,2011)

2.1.6 Pencegahan TB

Pencegahan penularan di lakukan oleh pasien TB paru sendiri dan di bantu oleh petugas
pelayanan kesehatan,pencegahan tuberkulosit paru menurut zain dalam Ardiansyah (2012)
yaitu dengan :

a.Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan individu terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderitaTB paru BTA positif.

b.Mass chest X-ray yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi


tertentu,misalnya karyawan rumah sakit atau puskesmas atau balai pengobatan dan lain-lain.

c.Vaksinasi BCG ; reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi langsung terdapat
lesi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.

d.Kemoprofilaksis,dengan menggunakan INH mg/kg BB selama 6-12 bulan dengan tujuan


menghancuekan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.

e.Komunikasi,informasi,dan edukasi tentang penyakit tuberkulosit kepada masyarakat di


tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas kesehatan.Pada setiap pelayanan
kesehatan,Arias (2010) menyebutkan tindakan pengendalian yang paling penting dalam
mencegah penularan tuberkulosit meliputi :

a.Pengenalan segera orng-orang (pasien dan petugas) yang menderita TB paru


b.Isolasi segera pasien yang di ketahui atau di duga menderita TB paru dalam sebuah ruangan
khusus yang tidak bertukar udara

c.Membuat diagnosis yang tepat dengan cepat untuk orang-orang dengan tanda dan gejala
tuberkulosit paru (misalnya riwayat medis dan fisik,radiologi dada,uji kulit tuberkulin,dan
pulasan serta biakan sputum untuk uji bakteri tahan asam(BTA).

d.Penggunaan alat pelindung pernapasan (masker) untuk petugas yang merawat pasien yang
di ketahui atau di duga TB.

e.Perawatan segera pasien dengan pengobatan anti tuberkulosit

f.Anjukan pasien rawat jalan untuk menggunakan masker

2.1.7 Pengobatan TB

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,mencegah kematian,mencegah


kekambuhan,memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resitensi kuman
terhadap OAT.Terdapat 5 jenis antibiotik yang dapat digunakan bagi penderita TB.Infeksi
tuberkulosit pulmoner aktif seringkali mengandung 1 miliar atau lebih bakteri,sehingga jika
hanya di berikan satu macam obat,maka akan menyisakan ribuan bakteri yang resisten
terhadap obat tersebut,oleh karena itu,paling tidak di berikan 2 macam obat yang memiliki
mekanisme kerja yang berlainan.Antibiotik yang sering di gunakan adalah
isoniazid,ripamficin pirazinamid,streptomicin dan etambutol.Isoniazid,Rifamficin
pirazinamid dapat di gabungakan dalam satu kapsul.Ketig obat tersebut dapat menyebbkan
mualdan muntah sebagai akibat dari efeknya terhadaphati (Mahdiana,2010).

Dalam rangka progam pemberantas tuberkulosit paru,Depertemen Kesehatan RI


menggunakan pedoman terapi jangka pendek dengan pengobatan TB paru,yaitu :hRE/5
HaRa= isoniazid+rifamficin+etambutol setiap hari selama 1 bulan.kemudian di lanjutkan
dengan isoniazid+rifampicin 2 kali seminngu selama 5bualn.Pengobatan ini di lakukan
pengawasan ketat,disebut dengan DOTs (Directly Observel Treatment Short Course) atau i
sebut juga pengawas menelan obat (PMO).Tujuan dari progam TB paru ini adalah untuk
memutus rantai penularan sehingga penyakit tuberkulosit paru tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat di indonesia.Atau dengan cara lain yaitu :

a.Penderita yang dalam dahaknya megandung kuman diajurkan untuk menjalani pengobatan
di puskesmas.

b.Petugas dapat memberikan pengobatan jangka pendek di rumah bagi penderita secara
darurat atau karena jarak tempat tinggal penderita dengan puskesmas cukup jauh untuk bisa
berobat secara teratur.

c.Melaporkan adanya gejala sampingan yang terjadi ,bila perlu penderita di bawa ke
pusksmas.

2.2 TINJAUAN TEORI TENTANG SURVEILANS


2.2.1 Pengertian Surveilans

Menurut Center For Disease Control tahun 1996 surveilans merupakan pengumpulan,analisis
dan interprestasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus,yang diperlukan untuk
perencanaan,implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat,di pandukan dengan
diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.Sedangkan
menurut WHO (2004),Surveilans adalah proses pengumpulan,pengobatan,analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

Sejalan denga pengertian surveilains di atas,menurut Depkes RI tahun 2011 surveilans


adalah proses pengamatan berbagai masalah yang berkaitan dengan suatu progam secara
terus menerus melalui kegiatan pengumpulan,pengolahan analisis dan interprestasi data
secara sistematis serta penyebarluasan informasi kepada unit terkait yang membutuhkan
dalam rangka pengambilan tindakan.Surveilans dapat memantau terus-menerus kejadian dan
kecenderungan penyakit,meneteksi dan memprediksi outbreak pada populasi,mengamati
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit,seperti perubahan-perubahan biologis
pada agen,vektor dan reservoir.Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut
kepada pembuat keputusan agar dapat di lakukan langkah-langkah pencegahan dan
pengendalian penyakit (Last,2001).

Surveilans dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang sistematis dan


bersenambungan dalam pengumpulan,analisis,interperstasi data dan penyampaikan
informasindalam upaya menguraikan dan memantau suatu penyakit atau peristiwa
kesehatan.Sedangkan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular (Amirudin,2013).

Berdasarkan permenkes RI No.45 tahun 2014 surveilans kesehatan adalah kegiatan


pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi
guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.

2.2.2 Tujuan Dan Manfaat Surveilans

a.Tujuan Surveilans

Pelaksanaan sistem surveilans epidemiologi memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai


berikut (WHO,2002)

1.Memprediksi dan mendeteksi secara dini terjadinya epidemi/wabah (outbreak)

2.Memonitor,mengevaluasi dan memperbaiki progam pencegahan,pengendalian penyakit dan


masalah kesehatan
3.Menyedikaan informasi untuk menentukan prioritas progam intervensi,pengambilan
kebijakan,perencanaan ,implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.

4.Monitoring kecenderungan (trend) penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di


masa datang.

5.Mengindentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

b.Manfaat Surveilans

Mmpelajari pola kejadian penyakit potensial pada populasi sehingga dapat efektif dalam
investigasi,cortoling dan pencegahaan penyakit di populasi.

1)Identifikasi dan perhitungan tren dan pola penyakit

a)Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu,orang dan tempat

b)Identifikasi faktor resio dan penyebab lainnya.

c)Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi

d)Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis

e)Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologisnya

f)Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan

g)Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran progam pada
tahap perencanaan.

2.2.3 Sumber Data Surveilans

Beberapa sumber data yang tersedia dapat di gunakan untuk surveilans kesehatan masyarakat.
World Health Organizasion (WHO) meyusunnya sebagai kunci dari sumber data surveilans
sebagai berikut :

a.Laporan kematian

b.Laporan kesakitan

c.Laporan epidemik

d.Laporan penggunaan laboratorium (termasuk hasil tes laboratorium)

e.Laporan penyelidikan kasus individu Survei khusus(misalnya:pengunjung masuk ke rumah


sakit,daftar penyakit dan survei serologi)

1)Informasi Hewan Reservoir

2)Data Demografi

3)Data lingkungan
Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi menurut (Kepmenkes RI
No.1116/Menkes?SK/VIII/2003)

a)Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat

b)Data kematian yang dapat di peroleh dari unit pelayanan kesehatan serat laporan kantor
pemerintah dan masyarakat.

c)Data demografi yang dapat di peroleh dari unit statistik kependudukan dan msyarakat.

d)Data geografi yang dapat diperoleh dari unit-unit meterologi dan geofisika.

e)Data laboratorium yang di peroleh dari unit pelayanan ksehatan dan masyarakat

f) Data kondisi lingkungan

g)Laporan wabah

h)Laporan penyelidikan wabah/KLB

i)Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan

j)Studi epidemiologi dan hasil penilitihannya

K) Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat di peroleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat

j)Laporan kondisi pangan

2.2.4 Atribut Surveilans

Atribut surveilans terbagi menjadi tujuh adalah sebagai berikut :

A)Simplicity (kesederhanaan surveilans berarti struktur yang sederhana dan mudah di


operasikan.Sistem surveilans sebaiknya sederhana mungkin,tetapi dapat mencapai
objektif.metode yang digunakan dalam atribut simplicity (kesederhanaan) adalah kerangka
yang menggambarkan alur informasi dan hubungan nya dengan sistem surveilans dapat
menolong untuk menilai keseerhanaan atau kemajemukan suatu surveilans.ukuran-ukuran
yang dapat di pertimbangkan dalam menilai kesederhanan sistem yaitu :

1)Banyak nya jenis sumber informasi untuk menegakkan diagnose

2)Cara penyaluran data informasi kasus

3)Banyaknya organisasi yang terlibat dalam penerimaan laporan kasus.

4)latihan staf yang di butuhkan

5)bentuk analisis data

6)Banyak dan jenis pemakai informasi


7)Cara penyebaran laporan kepada pemakai data

8)Waktu yang di pakai dalam kegiatan

9)Kesinambungan sistem ;

a.Pengumpulan informasi kasus

b.Penelurusan informasi kasus

c.Analisis informasi kasus

d.Penyiapan dan penyebaran laporan surveilans

B)Fleksibilyti (fleksibiitas)

Suatu sitem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan perubahan informasi
yang di butuhkan atau situsi pelaksanaan tanpa disertai peningkatan yang berarti akan
kebutuhan biaya,tenaga dan waktu.Sistem yang fleksibel dapat menerima,misalnya penyakit
dan masalah kesehatan yang baru diidentifikasikan,perubahan definisi kasus,dan variasi-
variasi ari sumber pelaporan.Fleksibilitas ditentukan secara retrospektif dengan mengamati
bagaimana suatau sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhn baru.Fleksibilitas sulit di nilai
apabila sebelumnya tidak ada upaya untuk menyesuaikan sistem tersebut dengan masalah
kesehatan lain.

C)Acceptability (kemampuan untuk di terima)

Acceptability di maksudkan dengan keinginan individu atau organisasi untuk ikut serta dalam
melaksanakan sistem surveilans.Dalam hal evaluasisistem surveilans,acceptability
menunjukan keinginan untuk di gunakan sistem oleh:

1)Orang-orang di luar kedinasan,misalnya mereka yang diminta melakukan sesuatu sistem.

2)Orang yang dalam kedinasan yang melaksanakan sistem untuk menilai


acceptability,seseorang mesti mempertimbangkan titik-titik interaksi antara sistem dan
partisipasinya,termasuk orang-orang yang pelaksana dan kasus yang di laporkan.

Indikator kuantitatif acceptability meliputi :

a.Angka partisipasi subjek dan dinas

b.Jika partisipasi tinggi,bagaimana agar cepat tercapai

c.Angka kelengkapan interview dan angka penolakan pertanyaan (jika sistem melakukan
interview pada subjek)

d.Angka pelaporan dokter,laboratorium atau rumah sakit/fasilitas lainnya

e.Ketepatan waktu pelaporan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi acceptability dari suatu sistem adalah :
a.Pentingnya suatu masalah kesehatan

b.Pengakuan dari sistem terhadap kontribusi individual

c.Tingkat responsifdari sistem terhadap saran-sarn dan komentar

d.waktu yang di perlukan di bandingkan dengan waktu yang tersedia

e.Keterbatasan yang di akibatkanoleh adanya peraturan-peraturan baik di tingkat pusat


maupun daerah dalam hal pengumpulan data dan jaminan kerahasian data.

f.Kewajiban untuk melaporkan suatu peristiwa kesehatan sesuai dengan peraturan di daerah
maupun pusat.

D)Sensitivity (Sensitivitas)

Sensivitas sistem surveilans dapat di nilai dari dua tingkat.Pertama pada tingkat pelaporan
kasus,kedua proporsi kasus atau masalah kesehatan yang dideteksi oleh sistem
surveilans.Sensivitas sistem surveilans dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan seperti :

1)Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan yang mencari pengobatan
medis

2)Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosi,ketrampilan petugas kesehatan dansensivits tes
diagnosis dan

3)Kasus yang akan di laporkan kepada sistem dan pemberian diagnosisnya.

Ketiga keadaan ini dapat dikembangkan terhadap sistem surveilans yang tidak sama dengan
model petugas kesehatan tradisional.Misalnya,sensivitas sistem surveilans untuk morbiditi
atau faktor risiko berdasarkan telepon di pengarui oleh :

1.Banyak yang mempengaruhi telepon,berada di rumah ketika di telepon dan setuju untuk
ikut serta

2.Kemampuan orang untuk mengerti pertanyaan dan menentukan status mereka secara tepat

3.Keinginan responden untuk melaporkan keadaan mereka

E)Predictive value positive (positif preditif value)

Nilai prediksi positif adalah proporsi dari populasi yang diidentifikasikan sebagai kasus oleh
suatu sistem surveilans dan kenyataannya memang kasus.Nilai prediktif positif (NPP) sangat
penting karena nilai NPP yang rendah berarti :

1.Kasus yang telah di lacak sebenarnya bukan kasus

2.Telah terjadi kesalahan dalam mengidentifikasikan KLB

F)Representativeness (kerepresentatifan)
Sistem Surveilans yang representative adalah dapat menguraiakan dengan tepat kejadian
terhadap peristiwa kesehatan sepanjang waktu dan distribusinya dalam populasi nya menurut
tempat dan waktu.

Sistem representative akan menggambarkan secara akurat:

1.Kejadian peristiwa kesehatan dalam periode waktu tertentu

2.Distribusi kejadian menurut tempat dan orang.

Dinilai dengan membandingkan karakteristik dari kejadian dengan semua kejadian yang ada
dalam hal:karakteristik populasi,riwayat,upaya kesehatan yang tersedia dan sumber data yang
ada.

G)Timelines (ketepatan waktu)

Ketepatan waktu berarti kecepatan atau keterlambatan diantara langkah-langkah dalam sistem
surveilans .Aspek lain dari ketepatan waktu adalah waktu yang di perlukan untuk
mengidentifikasi trend,KLB, atau hasil dari tindakan penanggulangan.Untuk pnyakit akut
biasanya di pakai waktu timbulnya gejala.

Ketepatan waktu hendaknya dinilai dalam arti adanya informasi mengenai upaya
penanggunglangan maupun rencana jangka panjang dari upaya yang di rencanakan.

H)Data Quality (kualitas data)

Kualitas data mencerminkan kelengkapan dan validitas data yang tercatat dalam sistem
surveilans kesehatan masyarakat.Data yang berkualitas tinggi dapat diterima oleh mereka
yang berpartisipasi didalamnya.Namun,penilitihan penuh kelengkapan dan validitas data
surveilans memerlukan studi khusus.Kualitas data di pengaruhi oleh kinerja tes skrining dan
diagnostik(misalnya definisi kasus) yang berhubungan dengan kesehatan dan kejelasan
bentuk pengawasan pada pengolahan data.

I)Stability(Stabilitas)

Stabilitas mengacu pada dua hal antara lain :

1.Reability yaitu kemampuan untuk pengumpulan manajemen dan menyediaakan data secara
benar

2.Availability yaitu kemampuan untuk melaksanakan surveilans jika dibutuhkan,dengan


metode :

a.Jumlah kejadian tak terjadwal

b.Jumlah kejadian kerusakan sistem/computer

c.Biaya yang di keluarkan untuk memperbaiki kerusakan sistem (hardware,sofware,service


dan waktu yang di butuhkan.
d.Persentase waktu sistem dapat berjalan secara penuh

e.Waktu yang di rencanakan dan waktu dibutuhkan dalam


mengumpulkan,menerima,manajemen (Tranfer,Entry,Editing,Penyimpanan,dan Backup) dan
mengeluarkan data.

2.2.5 Evaluasi Sistem Surveilans

Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematik untuk mengetahui efetifitas
progam.Secara umum tujuan nya untuk menjelaskan kegunaan dari sumber kesehatan
masyarakat (public healt resource) melalui pengembangan sistem surveilans yang efektif dan
efisien.Pedoman ini dapat di pakai sebagai pedoman perorangan dalam melakukan evaluasi
dan sebagai bahan acuan untuk mereka yang sudah bisa dengan proses evaluasi.

Garis besar kegiatan evaluasi sistem surveilans adalah sebagai berikut:

a.Uraian pentingnya suatu peristiwa kesehatan dilihat dari segi kesmas

b.Uraian sistem yang akan dievaluasi

c.Tingkat pemanfaatan data

d.Evaluasi sistem menurut atribut

e.Uraian kesimpulan dan saran atau rekomendasi

Adapun Tujuan Evaluasi Sistem Surveilans adalah sebagai berikut:

a.Menjamin bahwa permasalahan kesehatan dan dipantau secara efektif dan efisien

b.Mengetahui kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem surveilans

c.Mengetahui peran dan dampak surveilans dalam menunjang tujuan progamm kesehatan dan
pembutan kebijakan.

d.Mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem surveilans yang sedang berjalan

e.Mengetahui manfaat surveilans bagi stakeholder

2.3 Tinjauan Tentang Surveilans Epidemiologi Penyakit Tuberkulosit

2.3.1 Indikator Progam Pengendalian TB

Pencapaian Target Pengendalian TB dalam tujuan Pembangunan Millenium di indonesia


(kementrian PPN/Bappenas 2010)

-Angka kejadian prevalensi dan tingkat kematian akibat tuberkulosit tahun 2015
-Angaka kejadian tuberkulosit (semua kasus/1000 penduduk/tahun Diberhentikan mulai
berkurang,sudah tercapai ,dan laporan TB global WHO 2009

-Tingkat prevelensi Tuberkulosit (per 100,000 penduduk) sudah tercapai

-Kematian karena Tuberkulosit(100,000 penduduk) sudah tercapai

-Proporsi jumlah kasus yang terdeteksi dan diobati dalam progam DOTS

-Proporsi jumlah kasus Tuberkulosit yang terdeteksi dalam progam,sudah tercapai,dan


laporan TB global WHO,2009

-Proporsi kasus tuberkulosit yang diobati dan sembuh dalam progam DOTS ,85,0% dan
laporan Kemenkes 2009.

2.3.2 Pengumpulan /Pencatatan Kejadian Tuberkulosit

Secara umum pencatatan dan pelaporan di puskesmas berupa hasil kegiatan


kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung.Mekanisme Pencatatan di puskesmas ,pada
prinsipnya yang berkunjung pertama kali atau kunjungan ulang ke puskesmas harus melalui
loket untuk mendapatkan kartu tanda pengenal atau mengambil berkasnya dari petugas loket.

Formulir pencatatan terdiri dari :

1.Kartu rawat jalan untuk mencatat identitas dan status pasien yang berkunjung ke
puskesmas/sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk memperoleh layanan rawat jalan.

2.Kartu rawat tinggal sama kegunaannya dengan kartu rawat jalan namun di peruntukan bagi
pasien rawat inap di puskesmas.

3.Kartu penderita tuberkulosit yang berisikan identitas penderita TB yang di layani di


puskesmas dan di berikan kepada penderitanya.

4.Formulir laporan bulanan penyakit TB (sesuai format laporan surveilans yang sudah ada)

5.Buku register seperti buku register tatalaksana dan buku regiter rujukan.

2.3.3 Sumber Data Surveilans Tuberkulosit

Penatalaksana surveilans Tuberkulosit berbasis pada kesehatan masyarakat(public


health)didahului oleh pengumpulan data dan informasi.Merujuk pada kebijakanyang ada,data
dan informasi yang di butukan adalah yang berhubungan dengan kesakitan,kematian
sertafaktor risiko.Beberapa sumber data dan informasi yang dapat menjdi acuan antara lain
adalah dari Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS),Survei kesehatan Rumah
Tangga(SKRT),sistem pencatatan dan pelaporanRumah sakit (SP2RS),Rekording dan
Reporting (RR) puskesmas.

Penggunaan data dari SURKERNAS<SKRT di maksudkan bila pada daerah yang


rencananya akan di lakukanintervensi tidak mempunyai data informasi yang spesifik daerah
tersebut,surveilans yang di lakukan di masyarakat di tunjukan bagi faktor risiko penyebab
tuberkulosit,seperti pola makan,aktifitas ,merokok.

2.3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Unit surveilans puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP-Pus(Surveilans


Terpadu Penyakit Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan di puskesmas dan
puskesmas pembantu,tidak termasuk data dari unit pelayanan buakn puskesmas dan kader
kesehatan.Pengumpulan dan pengolahan data tersebut di manfatkan untuk bahan analisis dan
rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

Unit surveilans puskesmas melaksanakan analisi bulanan terhadap tuberkulosit di


daerahnya dalam bentuk tabel menurut kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit
mingguan,jika sudah tiga kali kunjungandimsukan kedalam kasus lama,kemudian
menginformasikan hasilnya kepada kepala puskesmas,sebagai pelaksanaan pemantau wilayah
setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini TB di puskesmas.Apabila di temukan adanya
kecenderungan peningkatan jumlah penderita TB,maka kepala puskesmas melakukan
penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas kesehatan kota sebulan sekali.

Unit surveilans puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan TB dan


menghubungkannya dengan faktor risiko,perubahan lingkungan serta perencanaan
puskesmas,informasi progam dan sektor terkait serta Dinas kesehatan provinsi/kota.

2.3.5 Sistem Pelaporan

Sistem pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan Provinsi/Kota ini menggunakan


formulir standart yang sudah ada.Setiap bulan paling lambat tanggal 10 telah terkirimkan di
Dinkes Kota ke Provinsi/Pusat dalam disket hasil entri data rekapitulasi frekuensi laporan
triwulan dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya ke Dinkes Provinsi/Direktorat
Jenderal PP dan PL Depkes RI.Berikut ini mekanisme pelaporan penyakit TB :

a.Di mulai dari tingkat puskesmas ,pustu, bides ke pelaksana kegiatan di puskesmas.
Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang di catat baik didalam gedung maupun di luar
gedung.,serta laporan dari pustu dan bides.Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan diolah
dan di manfaatkan untuk tindak lanjut yang di perlukan dalam rangka meningkatkan kinerja
yang menjadi tanggung jawabnya.

b.Di tingkat Dinas Kabupaten/Kota hasil rekapitulasi/enrti data,setiap tanggal 5 di sampaikan


ke pengolah progam kabupaten kemudian rekap di koreksi,diolah dan di manfaatkan sebagai
bahanuntuk umpan balik,bimbingan teknis progam dan tidak lanjut yang di perlukan dalam
melaksanakan progam.Setiap tiga bulan hasil rekap dikirimkan ke Dinkes Provinsi dan
Direktoral Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI.
c.Di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi laporan di terima untuk diolah dan di manfaatkan
dalam rangka tindak lanjut dan pengendalian yang di perlukan.Hasil kompilasi yang telah di
olah menjadi umpan balik dinkes kabupaten/kota.

d.Di tingkat pusat hasil olahan yang tealh di lakukan oleh Dijen PP dan PL paling lambat dua
bualn setelah berakhirnya triwulan di sampaikan pada pengolah progam untuk di analisis
serat dikirimkan ke dinas kesehatan provinsi sebagai umpan balik.Hasil laporan yang diolah
kemudian di jadikan sebagai bahan koordinasi dengan insitusi terkait di masing tingkatan.

2.3.6 Diseminasi

Diseminasi adalah penyebarluasan hasil kegiatan surveilans kepada pihak yang


berkepentingan (stakeholders,pengelola progam) untuk di lakukan action dengan cepat dan
tepat.

Diseminasi informasi dapat di sampaikan kepada :

a.Pengolah progam penanggulangan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan

b.Pemberi (sumber ) data. Hal tersebut dikatakan umpan balik.

Anda mungkin juga menyukai