Anda di halaman 1dari 2

Remaja atau adolescence berasal dari Bahasa latin (adolescer) yang artinya tumbuh.

Pada masa ini


terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara anak-anak
sebelum dewasa.Kategori periode usia remaja dari berbagai referensi berbeda-beda,namun WHO
menetapkan remaja (adolescent)berusia antara 10-19 tahun.Pembagian kelompok remaja tersebut
adalah remaja awal (early adolescent) usia 10-14 tahun atau 13-15 tahun,remaja menenggah (middle
adolescent) usia 14/15-17 tahun,dan remaja akhir (late adolescent) usia 17-21 tahun.Terdapat istilah
lain,yaitu youth untuk usia 15-24 tahun,atau young people untuk usia 10-21 tahun.Beberapa
permasalahan yang terkait dengan gizi akan terjadi pada periode transisi kehidupan remaja ini.

Selama masa remaja,seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat.Dibandingkan
periode lainnya setelah kelahiran,masa remaja mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun
pertama kehidupan.lebih dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa tulang tubuh
telah dicapai pada periode ini.Oleh sebab itu,kebutuhan zat gizi meningkat lebih kebutuhan pada masa
kanak-kanak (Krummel & Kris-Etherton,1996).

Pada remaja wanita,puncak pertumbuhan (peak growth velocity)terjadi sekitar 12-18 bulan
sebelum mengalami menstruasi pertama,atau sekitar usia 10-14 tahun. Pertumbuhan tinggi badan terus
berlangsung hingga 7 tahun setelah terjadi menstruasi.Maksimal tinggi badan wanita diperoleh paling
awal pada usia 16 tahun,atau paling akhir 23 tahun (terjadi pada populasi yang kekurangan
gizi).Beberapa tahun setelah selesai pertumbuhan tinggi badan (2-3 tahun),tulang pinggul masih
tumbuh,sedangkan puncak masa tulang akan tercapai hingga usia 25 tahun.Proses optimalisasi
pewrtumbuhan ini penting untuk mengurangi risiko gangguan ketika proses melahirkan
(ADB/SCN,2001).

Proses biologis pada masa pubertas ditandai oleh cepatnya pertumbuhan tinggi,berat
badan,perubahan komposisi jaringan,dan terdapat perubahan karakter seksual primer dan
sekunder.Gambar 2.1 menunjukan karakteristik utama yang terjadi pada masa puber.Diantara wanita
terdapat variasi antara waktu,intensitas,dan lamanya pertumbuhan yang pesat (growth spurt).Rata-rata
masa puber tersebut terjadi 4 tahun, dengan rentang 1,5 – 8 tahun. Tertinggi terjadi saat puncak
pertumbuhan. Karena terdapat variasi antarindividu dalam kematangan dan pertumbuhan, kebutuhan
zat gizi berkorelasi dengan perkembangan fisiologis pada usia kronologis. Misalnya, seorang anak
perempuan usia 12 tahun yang telah puber, kebutuhan gizinya akan berbeda dibandingkan teman
seusianya yang belum puber.

Tahapan perkembangan pubertas remaja dapat diukur dengan sexual maturation rate (SMR)
berdasarkan karakter seksual sekunder. Skala Tanner paling sering digunakan dalam perkembangan
pubertas; untuk remaja wanita yang indikator yang digunakan dalam perkembangan purbertas; untuk
remaja wanita indikator yang digunakan berdasarkan perkembangan payudara dan rambut kelamin
(tabel 2.1) dan pada remaja pria berdasarkan rambut kelamin serta pembesaran penis/testis (tabel 2.2).
Pada tahap 1 SMR masa prapubertas belum terdapat perubahan tanda seksual sekunder, dan pada
tahap 5 SMR ditandai perubahan payudara dan rambut kelamin seperti pada orang dewasa.

Secara biologis, social, psikologis, dan kognitif, perubahan yang terjadi saat remaja dapat memengaruhi
status gizi dan kesehatan. Pertumbuhan fisik yang cepat memerlukan energi dan zat gizi yang tinggi.
Sedangkan wanita yang berstatus gizi buruk pertumbuhannya akan pelan dan lama, serta menstruasinya
lebih lambat. Di india, puncak pertumbuhan berat dan tinggi badan terlambat 18 bulan pada anak-anak
yang yang mempunyai riwayat tubuh pendek (stunting). Kondisi awal akibat stunting pada masa kanak-
kanak , akan menentukan hasil akhir tinggi badan setelah dewasa. Keterlambatan menstruasi sebagaian
disebabkan oleh simpanan zat besi yang kurang didalam tubuh anak yang mengalami kurang gizi
(ADB/SCN,2001).

Pada siklus kehidupan manusia, masa remaja adalah periode kritis kedua untuk pertumbuhan fisiknya
setelah bayi. Tinggi badan orang dewasa hampir 25% diperoleh pada saat remaja. Bagi sebagian besar
remaja, kualitas pangan yang buruk merupakan penyebab utama dari masalah gizi. Aktivitas fisik yang
berlebihan dan infeksi kemungkinan juga menjadi penyebab rendahnya status gizi. Stunting adalah kasus
yang paling banyak ditemukan (27 – 65 %) oleh studi International Center for Research on Women pada
awal tahun 1990-an. Masalah kegemukkan/obesitas ditemukan kasus penyakit degenaratif. Pravelensi
obesitas ditemukan meningkat dari 6-8% menjadi 10-15% selama tahun 1982-1992 (World Bank, 2003).

Jika defisiensi asam folat tidak ditanggulangi selama prakonsepsi, maka akan menyebabkan kerusakan
pada janin yang bersifat ireversibel. Pengobatan pada pertengahan kehamilan tidak akan
menyembuhkan rusaknya jaringan saraf janin (neural tube defect,NTD) yang terjadi pada minggu awal
usia kehamilan. Kehamilan pada saat remaja, yang sering terjadi di luar rencana, dapat memperburuk
kondisi ini. Masalah zat gizi mikro lain pada remaja adlah kekurangan vitamin A, seng, dan kalsium.
Defisiensi vitamin A akan menganggu proses pertumbuhan dan kematangan organ seksual. Selain itu
juga sangat diperlukan untuk fungsi imunitas dan penglihatan. Seng dan kalsium diperlukan untuk
pertumbuhan skeletal. Asupan kalsium yang cukup selama remaja akan mengurangi risiko osteoporosis
setelah dewasa (World Bank,2003).

Anda mungkin juga menyukai