NIM : 192303102178
Kelas : 2.B
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021/2022
Pola Tidur
Pengertian Tidur
Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya.
Tidur memiliki tahapan yakni tidur yang sangat ringan sampai tidur yang sangat
dalam. (Guyton, 2012)
Tipe Tidur
Tidur Gelombang Lambat
Tahap tidur ini begitu tenang dan dapat dihubungkan dengan penurunan
tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-fungsi vegetatif tubuh lain. Pada tidur
gelombang lambat sangat jarang ditemui adanya mimpi. Apabila seseorang
mengalami mimpi pada saat tidur gelombang lambat, biasanya mimpi yang
dialami oleh seseorang tersebut tidak bisa diingat.
Tahapan Tidur
Fase Non- REM
Pada fase NREM ini juga terbagi dalam empat tahap, yakni :
– Tahap 1
Ini merupakan tahap awal individu memulai untuk tidur dari fase terjaga.
Dalam tahap 1 ini akan berlangsung dengan waktu yang sangat singkat, antara 5
hinga 10 menit. Rata-rata orang tertidur pada menit ketujuh. Tahap ini dimana
sangat mudah terganggu dari rangsangan luar karena tahap yang sangat mudah
untuk individu terbangun. Awal fase tahap ini ditandai dengan kelopak mata
tertutup, diiringi dengan berkurangnya tonus otot serta akan terlihat pergerakan
bola mata ke kanan dan ke kiri. Pada tahap ini individu bisa merasakan adanya sensasi seperti
tersentak atau terjatuh karena adanya kontraksi otot yang timbul
secara spontan. Stadium tidur yang paling ringan didapatkan adanya aktivitas
teratur, tegangan rendah, frekuensi 3-7 siklus per detik dan pada
electroencephalography (EEG) terlihat gelombang theta.
– Tahap 2
Tahap yang merupakan lanjutan tahap 1. Pada tahap ini bisa dikatakan
bahwa individu tersebut mulai tertidur. Biasanya tahapan ini berlangsung antara
10-30 menit. Otot tonus yang mulanya berkurang, sekarang menjadi lebih
berkurang (rileks), detak jantung menjadi lambat secara perlahan, aktivitas yang
dilakukan oleh otak pun akan menjadi singkat dan cepat namun berirama (Sleep
Spindle) dan terdapat komplek K trifasik pada EEG serta gerakan dari bola mata
terhenti. Suhu tubuh pun ikut turun secara perlahan. Individu yang sudah berada
pada tahap ini agak susah dibangunkan.
– Tahap 3 dan 4
Kedua tahap ini merupakan tahapan yang paling dalam dari NREM.
Individu akan susah dibangunkan. Namun perbedaan dari kedua tahapan ini
adalah kedalaman tidur individu tersebut. Pada tahapan ini, ketika individu
tersebut diberi rangsangan dari luar agar dia bangun dari tidurnya, maka pada saat
dia terbangun, akan mengalami diorientasi sesaat dikarenakan aktivitas otak
sangat lambat, sehingga membutuhkan beberapa menit untuk dilakukannya
penyesuaian terhadap lingkungan. Pada bagian yang paling dalam dari tahap ini
ialah aliran darah akan lebih banyak diarahkan menuju otot dengan tujuan agar
energi fisik pada tubuh terisi kembali. Pada rekaman EEG juga terdapat perbedaan
antara tahap 3 dan 4. Pada tahap 3 gelombang yang muncul ialah gelombang deltanamun
kurang dari 50%, sedangkan pada tahap 4 gelombang delta muncul lebih
dari 50%. (Sleepdex, 2014)
Selama tahapan Deep Sleep dari fase NREM, tubuh akan melakukan
pembentukan ulang (regeneration) dan memperbaiki sel-sel tubuh serta
memperkuat dari kekebalan tubuh individu tersebut.
Fase REM
Pada fase REM, biasanya akan dimulai ketika memasuki menit ke 70
hingga 90 menit setelah individu tertidur. Fase REM merupakan fase yang lebih
dalam dibandingkan dengan NREM. Selama fase REM, akan terjadi pergerakan
bola mata atau bisa disebut berkedut serta pola pernapasan menjadi tidak teratur
dan juga irama jantung menjadi meningkat. REM merupakan fase saat individu
bisa merasakan mimpi. Otak akan memberikan perintah pada otot-otot tubuh
untuk tidak bergerak, khususnya untuk ekstremitas pada individu tersebut. Saat
individu mengalami mimpi, ektremitas tidak bergerak.
Siklus dari fase NREM dan REM ini terjadi berulang selama individu
tertidur, setidaknya individu tersebut melewati 3 tahapan dalam NREM sebelum
memasuk fase REM. Biasanya perputaran dari fase NREM ke fase REM
mebutuhkan waktu berkisar 1 ingga 2 jam, dan pada orang yang tidur normal,
siklus ini bisa berulang sekitar 3 hingga 4 kali dalam satu malam (Sleepdex, 2014)
Waktu tidur dapat dibagi tiga bagian yaitu sepertiga awal, sepertiga
tengah, sepertiga akhir. Pada orang normal, sepertiga awal tidur lebih banyak
dalam fase 3 dan 4, sepertiga tengah lebih banyak tidur dangkal (fase 2) serta
sepertiga akhir lebih banyak fase REM. Siklus tidur pada tiap individu berbeda
dan relatif dipengaruhi oleh usia, sebagai contoh pola tidur pada laki – laki muda(20 – 29
tahun ), pertengahan (40-49 tahun) dan tua (70 – 90 tahun) akan
memberikan gambaran pola tidur yang berbeda.
Pertambahan umur seseorang dapat menyebabkan total waktu tidur
menurun sedangkan waktu terjaga tetap. Pada orang tua tidur sering terlihat
gelisah dan waktu terjaganya menjadi lebih lama. Sedangkan pada orang muda
15% waktu tidurnya dihabiskan pada fase 4. Fase 4 biasanya tidak ditemukan
pada orang tua, demikian juga lama fase REM akan mengalami penurunan yaitu
28 % dari pascapubertas menjadi 18% pada orang tua. Hal ini menunjukkan
bahwa tidur menjadi lebih singkat sehingga menyebabkan berkurangnya
kesegaran sesuai bertambahnya usia (Sleepdex, 2009).
Pola Tidur
Seseorang pasti memiliki pola tidur yang berbeda-beda, tergantung
dengan aktivitas yang dilakukannya. Pola tidur juga ditentukan oleh keadaan
biologis seseorang yang terletak di bagian dalam otak.
Seseorang yang memiliki pola tidur yang teratur dalam hidupnya akan
memiliki kualitas tidur yang lebih baik dan dalam melakukan aktivitas terlihat
lebih prima. Sedangkan seseorang yang memiliki pola tidur yang berubah-ubah
tiap harinya, memiliki kualitas tidur yang buruk dan juga dalam melakukan
aktivitas terlihat lebih lesu.
Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah perasaan segar dan siap menghadapi hidup baru
setelah bangun tidur. Konsep ini meliputi beberapa karakteristik seperti waktu
yang diperlukan untuk memulai tidur, kedalaman tidur dan ketenangan (Septiyadi,
2007). Kualitas tidur dapat dinilai dengan menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI). PSQI menggunakan 7 komponen untuk menilai kualitas
tidur dari seseorang, antara lain :
– Penilaian terhadap lama waktu tidur
– Kualitas tidur
– Masa laten tidur
– Gangguan tidur
– Efisiensi tidur
– Disfungsi tidur pada siang hari
– Penggunaan obat tidur ( Kunert & Kolkhorst, 2007).
Jadi apabila salah satu dari ketujuh hal tersebut mengalami gangguan,
maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap kualitas tidur. Untuk
penilaian lama waktu waktu tidur dapat dinilai dari waktu tidur yang sebenarnya
dialami seseorang pada malam hari. Pada penilaian terhadap kualitas tidur dinilai
bagaimana seseorang menilai rata-rata kualitas tidurnya. Pada masa laten tidur,
akan dilakukan penilaian dimulai dari berapa menit yang diperlukan seseorang di
tempat tidur sebelum akhirnya tertidur dan apakah orang tersebut tidak dapat tidur
selama 30 menit. Pada penilaian gangguan tidur, dinilai dengan cara apakah
seseoran terbangun dari tidurnya pada saat tengah malam atau bangun pagi yang
terlalu cepat, bangun tidur untuk pergi ke kamar mandi, kesulitan saat bernafas,
batuk atau mendengkur, merasa kedinginan, kepanasan, mengalami mimpi buruk,
merasa sakit dan alasan lainnya yang mengganggu tidur.
Penilaian terhadap efisiensi tidur dinilai ketika seseorang biasanya
memulai tidur pada malam hari dan ketika seseorang biasanya bangun di pagi
hari, serta dinilai juga ketika sesorang tertidur pulas dimalam hari. Selanjutnyapenilaian
terhadap disfungsi tidur pada siang hari yang dimulai dengan melihat
seberapa sering timbul masalah yang mengganggu anda terjaga sadar saat
mengikuti pelajaran di sekolah, makan, dan berkativitas sosial, serta dinilai juga
seberapa banyak masalah yang membuat seseorang tidak antusias untuk
menyelesaikan pekerjaannya serta yang terakhir, pada penilaian terhadap
penggunaan obat tidur hanya ditunjukkan pada penilaian seberapa sering
seseorang mengkonsumsi obat-obatan yang berguna untuk membantu proses
tidurnya. (Wavy, 2008)
Kuisioner PSQI terdiri dari 9 pertanyaan dengan masing-masing
pertanyaan memiliki skor 0-3. Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor
komponen 1-7 dengan rentang 0-21. Skor diatas 5 mengindikasikan pola tidur
yang buruk. Kuisioner ini telah diuji validitas dan reabilitas (Cronbach’s alpha)
yaitu 0,83 (Smyth, 2012).
Kuantitas Tidur
Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur yang dimiliki individu
( Konzier et all, 2004). Jumlah waktu tidur yang dibutuhkan setiap individu
berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangannya, dari bayi sampai lansia.
Seseorang dengan kuantitas tidur yang tergolong normal (usia dewasa tengah 6-8
jam) belum menjamin untuk mendapatkan waktu tidur yang berkualitas.
Perkembangan Emosi
Perkembangan
Pengertian
Perkembangan adalah berkembangnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam poka yang teratur dan dapatdiramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan.(Soejatmiko, 2001) Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel, organ-organ, dan sistem organ
yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan emosi,
perkembangan kognitif, perkembangan psikososial (Patmonodewo, 2008). Dalam
proses perkembangan anak usia prasekolah ada hal yang melekat pada ciri-ciri
anak tersebut. Pertama pada ciri fisik, anak usia prasekolah terlihat lebih aktif
sehingga memerlukan kontrol pada tubuhnya untuk istirahat yang cukup. Kedua
pada ciri sosial, pada tahap ini anak usia prasekolah lebih cepat bersosialisasi
dengan teman-temannya. Ketiga pada ciri emosi, anak usia prasekolah cenderung
untung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sedangkan pada
ciri perkembangan kognitif anak usia prasekolah umumnya terampil dalam
berbahasa.
Aspek Perkembangan
Dalam pemantauan perkembangan memiliki empat aspek dasar yang
dinilai, yaitu :
a) Perkembangan kemampuan gerak kasar
Semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan
dan pengendalian gerak tubuh, yang mana perkembangan tersebut erat kaitannya
dengan perkembangan pusat motorik di otak. Disebut gerakan kasar bila gerakan
yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar, misalnya : gerakan
membalik dari telungkup menjadi telentang, gerakan duduk, berdiri,
berjalan, dan lain-lain.
b) Perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan kecerdasan
Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama
orang lain. Agar dicapai saling pengertian, maka diperlukan kemampuan
berkomunikasi. Pada bayi, kemampuan kata-kata atau komunikasi aktif belum
dapat dilakukan, sehingga menyatakan perasaan dan keinginannya dilakukan
melalui tangisan dan gerakan. Kesanggupan mengerti dan melakukan apa yang
diperintahkan oleh orang lain disebut komunikasi pasif.
Komunikasi aktif dan pasif perlu dikembangkan secara bertahap. Anak
dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi aktif (berbicara, mengucapkan
kalimat, menyanyi, dan lain-lain) serta berkomunikasi pasif (anak mampu
mengerti orang lain).
c) Perkembangan kemampuan gerak halus
Hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh
otot-otot kecil, tetepi memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya : gerakan
mengambil suatu benda yang hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk,
menggunting, gerakan menempel, dan lain-lain
d) Perkembangan kemampuan bergaul (sosialisasi) dan mandiri
Pada awal kehidupannya, seorang anak bergantung pada orang lain
dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berubah
dalam jumlah maupun derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur
anak. Dengan makin mampu anak melakukan gerakan motorik, anak terdorong untuk
melakukan sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang
lain selain anggota keluarganya sendiri.
Emosi
Pengertian
Menurut William Kames (dalam Wegde, 1995), emosi adalah
kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila kita berhadapan dengan
objek tertentu dalam lingkungannya.
Fungsi Emosi
Berhubungan dengan fungsi emosi, Coleman dan Mammen
menyebutkan, setidaknya ada empat fungsi emosi :
1. Emosi adalah sebagai pembangkit energi (energizer)
Tanpa emosi, kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami,
bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisai energi kita;
marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari,
dan cinta mendorong kita untuk mendekat dan bermesraan.
2. Emosi adalah pembawa informasi (messenger)
Bagaimana keadaan diri kita dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah,
kita mengetahui bahwa kita dihambat atau diserang orang lain, sedih berarti kita
kehilangan sesuatu yang kita senangi, bahagia berarti memperoleh sesuatu yang
kita senangi, atau menghindar dari hal yang dibenci.
3. Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi
juga membawa pesan dalam komunikasi interpersonal 19 Ungkapan emosi dapat
diketahui secara universal. Dalam retorika diketahui bahwa 3 pembicaraan yang menyertakan
seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup, dinamis, dan lebih menyenangkan.
4. Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
Kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat
walafiat. Kita mencari keindahan dan mengetahui bahwa kita memperolehnya
ketika kita merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.
Pengelompokan Emosi
Emosi menurut (Syamsu Yusuf: 2008, 117) dapat dikelompokkan
dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris da emosi kejiwaan (psikis)
1. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
2. Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan,
diantaranya:
a. Perasaan Intelektual, yaitu emosi yang mempunyai sangkut paut dengan ruang
lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk; 1) rasa yakin dan
tidak yakin terhadap suatu hal karya ilmiah, 2) rasa gembira karena mendapat
suatu kebenaran, 3) rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan-persoalan
ilmiah yang harus dipecahkan.
b. Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungn dengan orang lain,
baik bersifat perseorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini, seperti a) rasa
solidaritas, b) persaudaraan, c) simpati, d) kasih sayang dan sebagianya.
c. Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan
buruk atau etika (moral). Contohnya; a) rasa tanggung jawab, b) 7 rasa bersalah
apabila melanggar norma, c) rasa tenteram dalam mentaati norma.
d. Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan
keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.
e. Perasaan Ketuhanan, Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan,
dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
Dengan Kata lain, manusia dianugerahi insting religius (naluri beragama). Karena
memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai Homo Divinans dan Homo
Religius, yaitu sebagai makhluk yang berkeTuhanan atau makhluk beragama.
Mekanisme Emosi
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose
Blum ada 5 tahapan yaitu :
a. Elicitors yaitu adanya dorongan peristiwa yang terjadi contoh : peristiwa banjir,
gempa bumi maka timbulah perasaan emosi seseorang.
b. Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf contoh : akibat
peristiwa banjir tersebut maka berfungsi sebagai indera penerima.
c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi contoh :
gerakan reflex atau terkejut pada sesuatu yang terjadi.
d. Experission yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis. Contoh: tubuh tegang
pada saat tatap muka.
Menurut Syamsuddin Kelima komponen tadi digambarkan dalam 3
variabel yaitu:
a. Variabel Stimulus: rangsangan yang menimbulkan emosi.
b. Variabel Organismik: Perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi.
c. Variabel Respon : Pada sambutan ekspresik atas terjadinya pengalaman emosi
(Reza dkk, 2010)