Anda di halaman 1dari 3

1.

Sejak awal kelahirannya Koperasi diharapkan menjadi soko guru perekonomian


Indonesia. Pola pengorganisasian dan pengelolaannya yang melibatkan partisipasi
setiap anggota dan pembagian hasil usaha yang cukup adil menjadikan koperasi
sebagai harapan perngembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari pemerintah
dan berbagai lembaga lainnya membuat koperasi dapat tumbuh subur di tanah air,
akan tetapi perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa yang diharapkan dan
dibayangkan. Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap
perkembangannya, harapan menjadikan koperasi menjadi soko guru perekonomian
Indonesia belum dapat diwujudkan. Pada prakteknya, banyak koperasi yang setelah
berkembang justru kehilangan jiwa koperasinya.  Dominasi pengurus dalam
melaksanakan kegiatan usaha dan koperasi yang membentuk PT (Perseroaan
Terbatas) merupakan indikasi kekurang-mampuan koperasi mengembangkan usaha
dengan tetap mempertahankan prinsip koperasi. Dalam kondisi sosial dan ekonomi
yang sangat diwarnai oleh peranan dunia usaha, maka mau tidak mau peran dan juga
kedudukan  koperasi di Indonesia dalam masyarakat akan sangat ditentukan oleh
perannya dalam kegiatan usaha (bisnis). Persaingan telah menuntut tersedianya
rancangan strategi-strategi  dan kiat-kiat tertentu agar koperasi dapat tumbuh dan
berkembang dalam kancah persaingan yang semakin ketat. Hal ini menyatakan bahwa
kondisi perkoperasian saat ini cukup sulit dan menghambat kemajuan koperasi di
Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka pada 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan
Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Momentum inilah yang ditetapkan sebagai
hari koperasi Indonesia. Saat ini, koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992,
didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-perorang atau badan hukum
koperasi yang bergerak berdasarkan prinsip-prinsip koperasi. Selain itu, koperasi juga
berperan sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berdasarkan asas kekeluargaan sesuai
prinsip koperasi yang tercantum dalam UU nomor 12 Tahun 1967 dan UU nomor 25 Tahun
1992. Pada prinsipnya, koperasi di Indonesia sama saja dengan yang diakui dunia
internasional, namun perbedaan, mengenai SHU (sisa hasil usaha). Prinsip koperasi
merupakan petunjuk untuk membangun koperasi efektif dan tahan lama. Hal itu, sesuai
dengan UU nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, bahwa keanggotaan bersifat
sukarela, terbuka, pengelolaan secara demokrasi, dan pembagian SHU secara adil sesuai
dengan jasa usaha masing-masing anggota.
Koperasi adalah organisasi bisnis yang dikelola oleh banyak orang untuk kepentingan
bersama, dengan berasaskan kekeluargaan. Koperasi berwatak ekonomis sosial, dimana
jangkauannya berdasarkan rasa solidaritas kekerabatan. Berasal dari kata-kata latin cum yang
berarti “dengan” dan operari yang berarti “bekerja”. Dari dua kata tersebut diperoleh kata ko-
operasi yang berarti “bekerja dengan orang lain”. Pada pasal 3 UU No.12 Tahun 1967
dijelaskan “Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial
(disebut berwatak sosial karena semangat orangnya untuk memperbaiki masyarakat melalui
kerja sama), beranggotakan orang-orang (atau badan-badan hukum koperasi) yang
merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa koperasi mempunyai ciri-ciri “kumpulan
orang”,  bukan “kumpulan modal”. Sangat kontras sekali apabila dibandingkan dengan situasi
dan kondisi yang terjadi saat ini. Dimana, para pengusaha baik itu dari dalam maupun dari
luar negeri menanam modalnya demi untuk memperkaya diri. Ironis memang apabila
dikaitkan dengan asas koperasi yang dulu sangat di elu-elukan sebagai sokoguru
perekonomian nasional. Seiring dengan berjalannya waktu, asas tersebut lambat laun hilang
dan hanya dijadikan pajangan baik itu di tulisan maupun di dalam hati orang-perorang.
Memang dengan adanya para pengusaha tersebut sedikit membantu masyarakat Indonesia
dalam memperoleh mata pencaharian. Tetapi yang namanya memanfaatkan tersebut beda arti
dengan mensejahterakan.
 Soko guru berarti pilar atau penyangga perekonomian Indonesia. Menurut saya pribadi
kenapa koperasi di Indonesia belum bisa menjadi soko guru karena beberapa hal diantaranya
yaitu :
 
1. Kurang berperan aktif dalam dunia bisnis di Indonesia, dikarenakan kurang
berminatnya para inverstor untuk bekerja sama dengan koperasi.
2. Para investor yang masih belum  mempercayai kredibilitas dari koperasi.
3.  Karena koperasi sebagian besar bersifat internal yang hanya terdiri dari anggota-
anggota suatu instansi atau lembaga-lembaga yang bersifat bisnis.
4. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap koperasi didalam dunia bisnis di Indonesia.
5. Banyaknya kompetitor-kompetitor lain yang memiliki daya saing tinggi terhadap
koperasi yang membuat koperasi menjadi sulit berkembang di dunia bisnis.
6.  Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para
anggota koperasi.
7. Kurangnya motivasi terhadap para anggota koperasi yang menyebabkan koperasi
kurang bersaing di dunia bisnis.
8.  Karena banyak yang beranggapan koperasi hanya untuk kepentingan pribadi atau
sekelompok orang.

2. Dalam   hal ini, istrilah  privatisasi adalah  usaha penjualan saham ke masyarakat yang
menyebabkan  berkurangnya persentase kepemilikan Pemerintah Republik
Indonesiadalam sebuah BUMN.

Sebagai contoh dalam  PT Pertamina, pada awalnya persentase kepemilikan Pemerintah
Republik Indonesia di (Persero) 100 persen, kemudian bila saham Pertamina dijual maka
persentase kepemilikan Pemerintah tidak lagi 100 persen.
Menurut Undang-Undang No.59 Tahun 2009, yang dimaksud dengan privatisasi BUMN
adalah  penjualan saham dengan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public
Offering / IPO) dan penerbitan obligasi konversi serta efek lain yang bersifat ekuitas seperti
right issue.  
Dalam hal penjualan saham ini,juga bias dilakukan dengan langsung menjualnya kepda
investor yang strategis dengan mekanisme private placement. Hal ini juga dapat dilaakukan
penjualan kepda managemen ataupun pada karyawan dari BUMN tersebut.  
Hal ini diatur juga dalam Undang-Undang mengenai syarat-syarat suatu BUMN dapat
melakukan privatisasi, diantaranya membutuhkan  bantuan dan keahlian teknis, memerlukan
dana yang besar guna untuk  mengembangkan usaha akan tetapi terhalang keterbatasan dana
Pemerintah dan mendorong kelanjutan pengembangan aset melalui kerjasama dengan mitra
strategis.
Dengan demikian rtinya Pemerintah tidak dapat semena-mena dalam melakukan privatisasi
terhadap BUMN.  
Dan diharapkan setelah adanya privatisasi ini nilai dari BUMN tersebut akan meningkat
sesuai dengan tujuan yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang, sehingga tidak  lagi ada
kerugian bagi Pemerintah dan juga sebaliknya nilai investasinya Pemerintah pada BUMN
akan bertambah dan mrngalami kemajuan setelah mendapatkan dana dari investor.
Berbeda dengan BUMN, ada juga istilah privatisasi bagi perusahaan swasta yang telah
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO -- disebut dengan istilah
emiten
Dalam hal ini tindakan privatisasi bagi perusahaan swasta  merupakan tindakan untuk
membeli kembali dari  saham perusahaan yang sudah beredar dalam  masyarakat dan kembali
menjadi perusahaan tertutup. Sehingga berbanding terbalik dengan pengertian privatisasi di
BUMN.

Anda mungkin juga menyukai